[ Typo Bertebaran.]
.
.
.
***"Daddy__jangan marah-marah dong." Alvin mencoba membujuk Daddynya yang sedari tadi pagi selalu mendiaminya. "Al janji gak akan nakal lagi__jadi, Daddy jangan marah terus nanti Daddy gak tampan lagi loh." Rafa hanya diam duduk disofa dengan sebuah buku ditangannya. Tidak mengalihkan pandangannya terhadap buku yang dibacanya itu.
"Al__sakit loh Daddy, gak boleh cuek-cuek sama orang yang lagi sakit."
"Apakah Daddy ada menyuruh mu untuk keluar tengah malam, hanya untuk bermain hujan." Sarkas Rafa dingin, meletakkan buku di atas meja, Rafa pun berjalan mendekati Al yang bersandar di atas kasur dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya. Bahkan kening anak itu masih tertempel plaster demam.
"Tidak ada__" Al berujar pelan, kepala kecilnya itu menunduk menghindari tatapan tajam sang Daddy yang mulai mendekat. "Al salah Daddy__jangan marah terus__hiks_janji tidak nakal lagi, jangan marah__hiks_hiks." buliran air mata membasahi pipi chubby nya. Bibir pucat nya bergetar menahan tangis yang akan keluar dengan derasnya.
Rafa mengehela napas nya sabar, ia tidak marah, hanya saja ia tak suka saat melihat putranya itu kenapa-napa. Ia takut dan khawatir. Semenjak ia mengangkat anak didepannya ini sebagai putranya, ia sudah memantapkan hatinya untuk menjaga putranya itu sepenuh hati. Tidak akan ia biarkan putranya itu celaka. "Jangan menangis." Rafa menghapus air mata putranya itu dengan lembut. Menduduk kan tubuhnya di sebelah sang anak. "Berbaring lah!" pintanya lembut. Al pun segera menuruti Daddy nya, untuk merebahkan tubuhnya.
"Daddy__kepala nya muter terus_pusing Daddy, Al gak suka." keluh Al yang merasakan sakit di kepalanya.
Rafa mengurut kepala putranya itu dengan lembut." Apakah masih sakit?" tanyanya.
"Eumm__masih Daddy."
"Alvin sayang, sekarang ayo minum obat dulu!" ujar Chris yang baru saja tiba dengan membawa nampan yang berisikan semangkuk bubur dan obat untuk Al.
"Sebelum itu, makan bubur nya dulu." Chris meletakkan barang yang dibawanya itu di atas meja kecil yang berada di sebelah kasur yang Al tempati.
"Tidak mau Oma, Al tidak mau minum Obat." Kepalanya menggeleng-geleng menolak perintah Omanya itu.
"Kenapa tidak mau?, kalau mau sembuh harus minum obat." Celetuk Olivia yang baru saja datang, menghampiri ketiganya.
"Tidak Grandma, kalau Al makan terus tidur pasti akan sembuh."
"Kata siapa memangnya bisa sembuh tanpa minum obat hm?" Giliran Chris yang bertanya. Mereka bertiga menatap Al yang sekarang juga menatap mereka dengan wajah polosnya itu.
Matanya mengerjap lucu." Tentu saja Al."ujarnya, sebenarnya Al tidak mau meminum obat, karena menurutnya obat itu pahit, dan dia tidak suka. Bahkan saat ia sakit dulu ia rela menahan sakitnya dari pada harus meminum obat. Walaupun sebenarnya akan lama sembuhnya, tapi nanti akan sembuh juga seiring berjalannya waktu menurut nya.
"Siapa yang tadi mengatakan tidak akan nakal hm?" Al menatap sang Daddy setelah itu ia menunduk kan kepalanya lagi.
"Al,"
"Jadi?"
"Anak baik harus minum obat." Ujar Al lirih.
Alvin pun dengan terpaksa meminum obatnya setelah memakan bubur. Supaya rasa pahitnya sedikit berkurang, Omanya itu memberikannya sepotong apel yang sudah di potong kecil. Setelah itu ia disuruh istirahat lagi. Karena tubuhnya masih lemah ia hanya bisa menurut tanpa bisa membantah.
*
Selama tiga hari Alvin terkurung didalam kamarnya, karena sang Daddy tidak mengijinkannya untuk keluar. Padahal dirinya sudah sembuh hari ini, walaupun tubuhnya masih sedikit lemah sih, tapi ini lebih baik dari pada sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Teen Fiction~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...