S~2 Bab 17

8.9K 935 19
                                        

[Typo Bertebaran.]
.
.
.
***


***

Al menatap marah kepada Daddynya itu yang sekarang sedang duduk santai menikmati kopi yang diminumnya. Padahal pagi ini ia sudah begitu rapi dengan seragam sekolah yang ia kenakan, tapi seolah-olah Daddynya itu tak ada niatan untuk mengantarkannya kesekolah.

Bibirnya mengerucut sebal dengan pipinya yang mengembung menunjukkan betapa ia sangat marah sekarang.

"Ihh! Daddy_ayo antar Al kesekolah Daddy!" gerutunya kesal.

Rafa hanya melirik sekilas terhadap Putranya itu."Tidak, Kau akan tetap dirumah!" tekannya menolak keinginan Putranya.

Al semakin kesal dibuatnya.
"Ya sudah! Al minta Papa saja yang mengantar!" Iapun segera pergi keluar dari kamar Daddynya itu dengan tasnya yang sudah berada digendongannya. Kakinya dihentak-hentakkan dengan keras. Hingga sepatu yang sudah ia kenakan itu membuat suara yang begitu besar.

Rafa menghela nafasnya lelah, diliriknya arloji ditangannya, waktu masih menunjukkan pukul enam pagi. Harusnya tadi ia tak membiarkan Putranya itu bangun tidur tadi.

Iapun meletakkan gelas yang berisi kopi ditangannya, segera ia pergi keluar untuk menyusul Putranya itu.

"Papa!" Al segera berteriak saat sudah sampai dikamar Papanya itu. Dirinya segera berjalan mendekat kearah Papanya yang baru saja selesai memakai bajunya.

Felix menoleh."Kenapa?" tanyanya bingung tapi, setelah melihat seragam yang dikenakan oleh Putranya itu segera membuat wajah berubah dingin.

Al tubuhnya langsung membeku, rautnya berubah sedih saat menyadari tatapan Papanya itu kepadanya."Al, mau sekolah." cicitnya dengan air mata yang sudah berlinang dikelopak matanya. Al berbalik dan berlari keluar, Rafa yang baru saja berdiri didepan pintu segera di buat terkejut melihat Putranya itu tiba-tiba saja berlari.

Dirinya menatap bingung kearah Felix, sedangkan Felix hanya menghela nafasnya berat.

Al berlari memasuki lift untuk menuju kelantai bawah. Setelah pintu terbuka ia segera berlari keluar, saat melihat sang Om yang baru saja masuk habis dari kegiatan joging paginya, Al segera berlari dan berhambur memeluk Omnya itu dengan tangisnya yang terdengar.

Aska segera terdiam kaku, kepalanya menunduk menatap sang keponakan yang sedang memeluknya dengan erat. Bajunya terasa basah tapi bukan karena keringat tapi, karena air mata Keponakannya itu.

"Al kenapa?" tanyanya bingung, ia tak begitu memperhatikan apa yang Keponakannya itu kenakan sekarang.

"Hiks_Om Aska, Daddy dan Papa jahat. Al kan mau sekolah tapi mereka tidak mau ngatar Al kesekolah." adu nya. Air matanya terus meluruh dengan isakan kecil yang keluar dari mulutnya.

Aska mengehela napasnya mengerti. Sekarang ia tahu apa yang terjadi. Matanya melirik kearah tangga dimana kedua kakaknya sudah berdiri disana.

"Om Aska, antar Al ya kesekolah." Lirih Al memandangi Omnya itu dengan kedua matanya yang basah.

Aska menatap bingung antara Kakaknya yang sekarang menatap tajam kearahnya dan sang keponakan yang menatap memohon Kepadanya. Sampai kalimat yang selanjutnya terucap dari mulut Keponakannya itu segera membuat wajahnya seketika masam.

ALVIN ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang