[ Typo bertebaran]
.
.
.
***Alvin berdiri dibawah guyuran hujan yang seakan tidak mau berhenti, malam yang gelap disertai dingin yang menyeruak membuat kulit halusnya sedikit menggigil. Tapi walaupun begitu tidak ada niatan dirinya untuk pergi dari halaman taman mansion itu.
Tadi ia tiba-tiba terbangun dari tidurnya, mendengar hujan lebat diluar sana membuatnya segera turun ingin bermain air hujan, mengendap-endap dengan kaki kecilnya itu berharap sang Daddy tidak terbangun karena malam ini ia tidur bersama Daddy nya itu, ia berjalan dengan hati-hati supaya tidak ada siapapun yang melihatnya.
Sebuah keberuntungan yang berpihak kepadanya, tidak ada satupun penjaga dibawah. Kemungkinan mereka sedang tertidur.
Al berlari, melompat-lompat ditaman yang luas itu sendirian. Sesekali ia akan berlari dan meloncat kecil. Menikmati air hujan yang membasahi dirinya. Al sangat menyukai hujan, karenanya hujan itu seperti temanya. Setiap ia melihat hujan, ia akan selalu bernostalgia dengan kehidupannya dahulu.
Ia menatap langit malam, dimana air hujan turun dengan lebatnya, ingatannya seolah-olah terbawa oleh kehidupannya dulu.
Kehidupannya dulu sebelum ia meninggal, dimana ia dulu juga seorang yatim piatu, tanpa orang tua yang hidup disisinya. Bahkan dulupun ia tak tahu kemana kedua orang tuanya, apakah mereka masih hidup atau tiada ia tak tahu. Di saat ia sudah bisa mengingat ia sudah sedari kecil hidup di panti. Hingga disaat ia berusia tujuh tahun ia segera pergi meninggalkan panti tersebut, karena orang-orang di sana selalu berbuat kekerasan terhadap dirinya juga anak-anak yang lain dimana membuatnya tidak tahan.Semenjak itulah hidupnya harus tinggal di jalanan sendirian. Di saat hujan turun membasahi kota, ia harus tertidur dengan air hujan yang menimpa. Tidak ada perlindungan hingga membuatnya terbiasa. Disaat ia bisa berkerja, hujan juga lah yang menemani dirinya saat ia berlari dibawah guyuran air hujan hanya untuk sesuap nasi untuk dimakan.
Disaat anak-anak seusianya harus nya bersenang senang. Ia sendiri harus menahan keras nya kehidupan.
Bertahun-tahun hidup keras ia lalui sampai usianya 17 tahun.Ia pikir kehidupan nya telah berakhir saat ia mengalami kecelakaan waktu itu. Ia harus meninggal dunia karena menyelamatkan seorang anak kecil yang hampir tertabrak di jalanan. Sedikit ingin berguna untuk orang lain, hingga nyawanya pun menjadi taruhannya. Sampai akhir hayatnya pun ia tetap sendirian tanpa pernah merasakan kasih sayang.
Tetapi, bukannya ia ke akhirat, ia malah berakhir disini. Di tubuh bocah kecil yang sayangnya nasibnya hampir sama dengan dirinya. Tapi, sekarang ia bersyukur karena Tuhan telah memberikan ia kesempatan, sekarang ia sudah memiliki keluarga yang sangat-sangat menyayangi dirinya. Walaupun mereka sangat overprotektif terhadap dirinya. Ia tetap senang, akhirnya ia bisa merasakan apa itu keluarga.
*
Rafa terbangun saat mendapati putranya tidak ada disisinya, segera ia bangun dan mencari keberadaan putranya itu. Saat akan menuju ruang tamu, ia melihat pintu yang langsung menuju taman mansion terbuka lebar, seperti telah di buka seseorang. Dengan firasat yang tidak enak ia pun segera melajukan langkahnya menuju taman, di luar sana hujan masih turun dengan lebatnya.Betapa terkejutnya Rafa melihat putranya sedang bermain hujan, bahkan tubuh kecil itu sudah pucat karena kedinginan.
"ALVIN!" teriak Rafa yang keras membuat Alvin segera membalikkan tubuhnya, tubuhnya seketika membeku melihat sang Daddy menghampiri dirinya dengan raut marah dan khawatir menjadi satu.
"Daddy, jangan marah Alvin hanya mau main." Ujar Alvin heboh.
"Apakah harus bermain dengan hujan," ujar Rafa dingin.
"Maaf Daddy, Alvin salah. Daddy jangan marah."
"Maaf Daddy..." Lirih Alvin setelah itu kegelapan merenggut kesadarannya. Tubuhnya langsung ambruk, untung saja Rafa yang sangat cepat langsung menangkap tubuh kecil putranya itu sebelum menyentuh tanah. Tubuh putranya sangat dingin, bahkan wajahnya yang pucat menandakan ia sangat lama di bawah guyuran air hujan.
Rafa segera menggendong putranya itu, ia segera berteriak memanggil para pengawal yang menjaga mansionnya. Suaranya yang menggelar membangunkan seluruh penghuni mension mewah itu. Bahkan para keluarganya pun ikut terbangun.
"Rafa ada apa?" Chris segera turun dari tangga disusul dengan yang lainnya.
"Al, Rafa cucuku kenapa?" Mereka semua di buat terkejut dengan Al yang berada di gendonganya Rafa dengan tubuh yang pucat dan basah kuyup.
"Segera panggil Dokter Sekarang!" Perintah Alex yang segera di laksanakan oleh Aska. Aska pun segera menghubungi dokter pribadi kepercayaan keluarganya itu.
"Segera ke mansion dalam waktu lima menit cepat!"
Segera mereka membaringkan tubuh si kecil di atas kasur, sebelum itu mereka segera mengganti baju yang telah basah dengan baju yang cukup tebal. Supaya Al sedikit hangat.
"Kenapa ini bisa terjadi Raf," Wilyam, sang Opa bertanya dengan dingin.
"Ia bermain air hujan," jawab Rafa.
"Bagaimana bisa ia keluar bermain hujan," sekarang giliran Roslanda yang bertanya.
"Tidak ada satupun penjaga di bawah,"
Percakapan mereka pun terhenti, setelah Thomas, dokter kepercayaan Groston itu telah datang dengan pakaian yang sedikit basah.
Alvin pun segera di periksa oleh Thomas.
"Ia hanya demam, saya sudah meresepkan beberapa obat pereda demam. Di usahakan jangan terlalu banyak beraktivitas." Jelas Thomas setelah memeriksa keadaan Alvin, kepada seluruh orang yang berada di sana.
"Baiklah, silahkan kau pergi!" Thomas yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas pasrah, ia pun segera pergi meninggalkan mereka.
"Gue udah rela-rela nerobos hujan menggunakan mobil sendiri, harus ngerelain tidur nyaman gue untuk kesini. Minimal tuh di suruh nginap kek, untung aja di gaji besar kalau enggak gue lebih milih jadi dokter pribadi orang lain dari pada keluarga itu." Selama perjalanan pulang Thomas hanya bisa membatin kesal.
Semua yang ada di kamar Rafa pun meninggalkan Rafa dan Alvin berdua. Melanjutkan Aktivitas tidur mereka yang sempat tertunda.
"Jangan membuat Daddy khawatir dengan melihat mu sakit Al," Rafa mengelus kening putranya yang tertempel plester pereda demam.
"Daddy~maafin Al." Gumam Al dalam tidurnya.
"Daddy memaafkan mu," Rafa pun membawa Alvin kedalam pelukannya, menyalurkan rasa hangat, untuk mengurangi suhu dingin di tubuh putranya itu. Juga dengan selimut tebal yang ia gunakan. Setelah itu Rafa pun tertidur dengan Al dalam dekapannya.
.
.
.
.
.
~Next
![](https://img.wattpad.com/cover/342439360-288-k252097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Teen Fiction~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...