[ Typo Bertebaran.]
.
.
.
***Rafa sekarang sedang berada di ruangan pribadi bersama Dokter yang merawat Al. Sedangkan putranya itu di jaga oleh Adiknya.
"Jadi bagaimana hasilnya?" Tanya Rafa menatap sang dokter.
Dokter pun segera memberikan hasil tes pemeriksaan kepada Al.
"Saat pemeriksaan yang kami lakukan, kami melihat ada sedikit gangguan pada paru-paru tuan kecil, akibat asap yang didapatkan nya.""Setelah berulang kali kami melakukan pemeriksaan, kami mendapati bahwa ada gumpalan asap pada saluran pernapasan tuan kecil jadi, dapat kami simpulkan tuan kecil mengalami Pneumonia."
Jelas sang Dokter terhadap kondisi yang Al alami saat ini.Rafa memegang erat kertas yang berada ditangannya." Apakah ini bisa sembuh?"
"Ini bisa saja sembuh, apabila dilakukan penanganan dengan cepat. Mungkin akan membutuhkan sedikit waktu yang lama."
"Dan selama itu, tuan kecil mungkin akan sesekali mengalami sesak nafas dan batuk akibat penyakitnya."
"Selama proses penyembuhan di usahakan tuan kecil tidak terlalu banyak melakukan aktivitas yang dapat memicu penyakitnya." Jelas dokter panjang lebar. Rafa mendengarkan dengan baik, setelah itu dia pun segera pergi meninggalkan ruangan itu dan menuju ruangan putranya berada.
"Daddy!" Teriak Al saat mendapati Daddynya sudah kembali.
Dengan langkah santai Rafa menghampiri putranya itu. "Daddy tadi dokternya bilang apa?" Al menatap sang Daddy dengan mata bulatnya polos.
"Tidak terlalu penting, tidurlah kau harus istirahat." Jelas Rafa kepada putranya itu. Al langsung menuruti memejamkan matanya untuk tidur. Dia sedikit lelah, membuatnya sedikit mengantuk.
Dengkuran haluspun terdengar, menandakan sang empu sudah tertidur.
"Kak dokternya bilang apa?" Aska bertanya pernasaran dengan suara yang sedikit pelan.
"Nanti akan aku beritahu." Tangannya bergerak mengelus kepala putranya dengan lembut dan pelan supaya putranya itu tidak terganggu.
"Daddy akan melakukan apapun untuk mu sembuh Al."
*
Waktu dengan cepat berjalan, matahari sudah berganti dengan terangnya bulan.
Seperti biasa Rafa selalu menemani Al di rumah sakit itu. Sekarang mereka berdua sedang tertidur, Al yang berada di ranjangnya dan Rafa yang terbaring di sofa panjangnya. Tak lupa selimut yang mereka gunakan masing-masing di antara mereka.
Bodyguard yang berjaga di luar juga tertidur karena kelelahan sedari tadi berjaga.
Cklek!
Suara bunyi pintu terdengar dengan pelan. Seseorang berjalan dengan mencoba tidak menimbulkan suara sedikitpun. Berharap tidak ada siapapun yang terbangun akibatnya.
"Al Abang datang kembali." Ujar seorang pemuda sedikit berbisik yang sekarang sudah berdiri di samping Al yang terbaring di ranjangnya.
"Abang sudah mendapatkan kabar bahwa kau sudah sadar, itu artinya waktunya Abang untuk pergi dari sini." Ia adalah Felix yang selalu diam-diam menjenguk Al setiap malam tanpa sepengetahuan siapapun.
"Maafkan keegoisan Abang selama ini, hanya karena haus akan kasih sayang Abang rela melakukan kejahatan pada sahabatnya sendiri."
"Kemungkinan keinginan Abang untuk dipanggil Papa oleh dirimu tidak akan terwujud. Tapi tidak apa-apa, selama kau baik-baik saja itu sudah cukup."
"Maaf tidak bisa secara langsung meminta maaf kepada mu." Pemuda itu mengecup kening Al lembut.
"Anggap saja ini hadiah perpisahan yang Abang pinta dari mau. Hadiah pertama dan untuk terakhir kalinya. Karena setelah ini kita tidak akan bertemu lagi." Ia pun mencoba pergi dari sana dengan keadaan airmata yang sudah membasahi pipinya. Tapi belum sempat ia melangkahkan kakinya.
Tangannya langsung di cekal dan di tahan oleh seseorang."Papa," satu panggilan yang terdengar, membuat pemuda itu segera terdiam membeku. Badannya berbalik dengan lambat. Melihat kearah ranjang yang terdapat sepasang mata yang menatapnya dengan cerah.
Al, anak itu sudah terbangun sedari tadi saat mendengar suara pintu yang terbuka. Walaupun sangat pelan, entah kenapa ia langsung tersadar. Ia sengaja tetap berpura-pura tertidur untuk mengetahui siapa yang telah datang.
Al mendengar semua yang di katakan pemuda didepannya itu.Perasaan yang dirasakan pemuda itu, kata-kata yang diucapkannya yang sedikit terdengar menyedihkan, entah kenapa membuat hati kecilnya menjadi tersentuh.
"Jadi ini alasannya, dia menculik gue?" Al tak mampu menahannya lagi, saat pemuda itu akan pergi. Dengan cepat ia membuka matanya dan menahan pergerakan pemuda itu.
"Papa," panggil Al lagi.
"Jangan pergi." Gumamnya pelan.
"Al," Felix menatap Al terkejut.
"Jangan pergi Papa." Suara itu, panggilan itu yang sangat Felix harapkan. Dan sekarang ia mendengarkannya.
Air matanya semakin deras berjatuhan.
"Maaf Al__maaf." Felix menggenggam tangan kecil itu dengan permohonan maaf yang terus ia katakan.
"Al sudah maafin, jangan nangis terus. Nanti air matanya habis loh." Ujar Al lembut, perkataannya yang sangat lucu seolah-olah sedang membujuk anak kecil.
Felix tersenyum mendengar perkataan yang sedikit nyeleneh itu, dengan cepat ia menghapus air matanya, menuruti perkataan Al.
"Maaf sudah membuatmu terbangun."
"Tidak apa-apa, Al tidak ngantuk lagi." Jawab Al.
" Papa jangan pergi ya. Masa mau ninggalin Al sih."
"Al kan masih mau main bersama Papa." Ungkap Al kepada pemuda didepannya itu.
"Kau memanggil ku apa?" Felix bertanya mencoba memastikan apa yang di dengarnya, ia takut telinganya sedikit bermasalah sekarang."
"Papa," Al menatap Felix polos, matanya mengerjap pelan membuat keimutan pada dirinya itu.
"Bisakah kau ucapkan lagi?" Pinta Felix berharap.
"Papa, Papa Felix." Al mengucapkan lagi perkataannya.
Felix yang mendengar itu tersenyum bahagia."Terimakasih."
"Eum_Papa janji tidak pergi ninggalin Al kan?" tanya Al memastikan.
"Apakah Al tidak ingin Papa pergi?"
"Eum_ jangan pergi!" Jawab Al mengiyakan.
"Papa akan memikirkannya, sekarang Papa tidak bisa berlama-lama disini, papa harus kembali sebelum mereka sadar akan keberadaan Papa."
"Al janji jangan kasih tahu siapapun kalau Papa kesini ya." Ujar Felix mengelus rambut Al lembut.
"Iya." Setelah itu Felix pun pergi meninggalkan ruangan itu.
Al menatap kepergian pemuda itu dengan ekspresi yang sangat sulit diartikan.
"Kali ini gue mode baik, jadi biarlah mereka berdua mengklaim gue jadi putranya, jangan sampai ditambah lagi! Mau taruh dimana ni muka, diangkat menjadi anak oleh remaja SMA." Pikir Al yang hanya bisa menghela nafasnya lelah, ia pun memejamkan matanya mencoba melanjutkan kembali tidurnya yang sempat tertunda.
.
.
.
.
.
~Next
![](https://img.wattpad.com/cover/342439360-288-k252097.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVIN ✓
Roman pour Adolescents~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang anak berumur empat tahun yang hidup di jalanan. Disaat meratapi nasibnya remaja itu di kejar-kejar pre...