10.3 Confession | Jake Isa

47 7 0
                                    

Situation: ketika mereka berhasil ngungkapin perasannya ke gebetannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Situation: ketika mereka berhasil ngungkapin perasannya ke gebetannya




Jake dan teman-temannya sedang berdiam diri di aula. Mereka semua terjebak karena hujan yang turun sangat deras sekali ketika pelajaran olahraga. Untungnya, jam pelajaran olahraga adalah jam terakhir.

"Iri banget sama mereka yang udah pulang."

Jake menoleh pada orang yang berbicara entah pada siapa. Ketika dilihat, ternyata Isa lah yang berbicara. Jake memepetkan dirinya ke dinding untuk bersandar, sorot matanya tetap ke Isa yang berada di sampingnya.

"Harusnya gedung olahraga nggak usah jauh-jauh dari gedung utama, ya."

"Iya, bisa-bisa jam setengah tiga pulang ini."

Jake tertawa. Sungguh, dia sangat menyukai mendengar ocehan dari perempuan di sampingnya. Di kelas, Isa sangat pendiam. Bukan pendiam karena tidak memiliki teman, tapi pendiam karena memang dia tidak terlalu banyak bicara.

Jake tahu di kelasnya pun, teman-teman di sekitar tempat duduk Isa sangat berisik. Anehnya, Isa sendiri tidak merasa terusik sama sekali.

"Ujian sebentar lagi, ya?" Tanya Jake.

Isa mengangguk lesu. "Harusnya jangan diomongin. Lo pasti nggak takut sama ujian."

"Kata siapa?" Jake membenarkan posisi badannya yang sudah agak melorot. "Gue khawatir sama nilai-nilai gue nantinya. Khawatir juga sama otak gue. Harusnya lo yang nggak takut sama ujian."

"Harusnya. Sebenarnya gue juga takut, sih."

"Mau belajar bareng?"

Isa menoleh. Dengan senyumannya, kedua alis Isa terangkat. "Apa? Belajar bareng? Yang ada lo makin ketinggalan gara-gara harus ngajarin gue."

"Ya...Nggak apa-apa. Kita bisa saling ngajarin, kan?"

Isa mengangguk. Memang, ini masih terlalu dini untuk belajar bersama dengan laki-laki pintar itu. Dia akui, dirinya juga pintar. Kalau dibanding Jake? Kalah telak.

"Jam berapa sekarang?"

Isa menyalakan handphonenya dan angka yang berderet menyamping itu muncul. "Jam 1 lewat 43. Kenapa?"

Jake mengambil handphonenya juga. "Oh, bener. Gue juga 1.43. Kebetulan."

"Kebetulan apa?"

"Oh...Kebetulan, kita udah nunggu di sini kurang lebih 15 menit."

Jake, kalau confess, nggak lupa membawa unsur-unsur angka dan pelajaran. 143 means I love you.

Republik CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang