21. Exell (3)

464 38 21
                                    

Keluar dari kamar mandi, ku lihat pak Exell sedang duduk di tikar sambil memegang gelas teh manisnya yang kubikin tadi.

"Maaf pak, Robby pakaian dulu"kataku. Sengaja melepaskan handuk yang melilit pinggangku tadi. Hingga aku polos tanpa sehelai benangpun tapi membelakangi pak Exell. Aku tidak tau reaksinya.

Kukenakan celana dalam usangku ( karetnya sudah mengendur hahahaaha). masih di hadapan pak Exell.

"Robby!"panggilnya. Aku hanya menolehkan kepalaku melihatnya.

"Iya pak."Sahutku dan memakai celana kerjaku satu satunya.

"Eehm...gak jadi Rob"

"Ini sudah selesai pakaian. Siap siap mau berangkat"

"Iya. Berangkat"

"Pak Exell kenapa pak. Lesu sepertinya"

"Tidak apa apa"

"Saya harus semangat pak. Tinggal beberapa hari lagi sudah masuk sekolah."

"Saya dukung kamu Robby. Kamu keren pakai pakaian lengan pendek By"pujinya.
Padahal memang baju bajuku semua lengan pendek.

"Baju baju saya semua lengan pendek pak."

"Oh iya. Mau tidak..."

"Itu semua pakaianku"kataku menunjuk pakaian yang terlipat rapi diatas tikar tempat dia duduk.

Pak Exell seperti enggan mau beranjak dari duduknya ketika ku ajak untuk beraangkat. Tapi matanya melihat satu persatu penghuni kontrakanku. Dari pakaian, buku buku, kompor kecil dan handuk yang tergantung.

Aku berharap pak Exell tidak akan datang lagi dengan mengetahui keadaanku. Timpang, bagai langit dan bumi.

Pak Exell yang tinggi kurang lebih 168 cm, berkulit putih, tampan, mapan (aku belum tau) yang pasti setiap makan siang dan kadang malam selalu di resto kami yang menyediakan makanan nusantara, chinese food dan sebagian western.

"Robby mau berangkat, pak. Takut manager menegur saya"aku sudah dekat pintu siap mau berangkat.

"Tidak usah takut, By."katanya sambil bangkit dari duduknya..
Dipintu, dia memegang pundakku dan memencetnya.
Mataku langsung melihat ke wajahnya. Senyumnya kepadaku.

Di luar, tetanggaku memperhatikan kami. Mungkin bertanya tanya siapa dia.

"Bossku" bisikku ke mereka

"Ohh"begitu kata mereka walau tidak terdengar. "Hati hati pejuang"sambung mereka. Dan aku mengangguk.

***

Di dalam Mobil Lancer yang kududuki disamping ak Exell, aku tidak banyak bicara. Mataku tertuju ke depan.

"Hei, diam saja"teguran pak Exell membuatku tersenyum.

"Mau bicara apa pak"

"Apa saja."

"Yang kupikirkan, bagaimana waktu supaya cepat berlalu"

"Maksudmu waktu cepat berlalu, apa By"

"Agar aku cepat keluar dari bangku sekolah. Mungkin dengan Ijazah SMA aku bisa cari kerja untuk melanjutkan kuliah. Aku ingin seperti orang orang menyandang gelar Sarjana, S1"

"Dengan kau bekerja keras begini Robby, Tuhan akan meberikan jalan terbaik"

"Makanya pak, aku bekerja untuk kebutuhanku. Soalnya untuk Kls III aku dapat beasiswa dari sekolahku. Gaji yang ku kumpulkan, kugunakan bayar kontrakan dan keperluanku nanti."

"Kamu hebat Robby. Jarang orang mendapatkan beasiswa"

"Perjuangan pak. Tekad."

"Satu pertanyaan, By. Berjuang menghidupi diri sendiri, orang tuamu?"

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang