52. Menuju Masa Depan

230 26 8
                                    

Hari terakhir di kontrakanku, aku hanya duduk duduk diatas tikar lusuhku karena semua barang barangku sudah tidak ada lagi. Kuperhatikan tas ranselku yang sudah penuh pakaian pemberian Exell dan Mulyono.

Tidak ada kegiatan yang kulakukan sepanjang hari, hanya memperbanyak tidur, agar ada modal untuk begadang malam harinya, sebab aku harus sudah berada di Sekolah pukul 03.00 dini hari.

Menghitung uang yang kukumpulkan selama ini dan mengkalkulasi biaya kontrak dan uang makanku selama kuliah nanti.

"Biaya yang diperlukan tentu tidak sama seperti di SMA"gumamku.

"Aku harus kerja, harus."tekadku.

Kebahagiaan mendengar kata kata Exell dari memberi uang semeteran hingga uang kuliahku 3.5 tahun tidak kupikirkan lagi. Demikian juga akan janji janji Mulyono. Aku anggap semua itu isapan jempol belaka, yang hanya menyenangkan aku agar mereka bisa tidur denganku.

***

Sesuai dengan janjiku dengan pemilik kontrakan, maka pintu hanya kututup tanpa terkuci bila aku sudah pergi.

"Selamat Tinggal Istanaku" kuucapkan kata itu di depan pintuku sebelum melangkah.

Udara dingin di pagi itu, menyambut tubuhku setelah di jalan besar menuju sekolahku.

"Pagi pak"sapaanku ke Petugas Sekolah dan penjaga kantin yang sudah berada dekat ruang Tata Usaha.

"Pagi bang Robby"balasnya. "Tunggu di kantin aja bang, masih kepagian. Sebentar lagi Bapak kepala sekolah datang. Kubuatkan teh manis ya"

"Baik pak."jawabku menuju kantin. Lampu lampu dinyalakan.

Menghirup aroma teh manis didepanku, ada suara di luar kantin.

"Selamat pagi pak. Bapak siapa ya?" kudengar suara penjaga sekolah kami.

"Robby....bang Robby, ada tamu kau bang" panggilnya tanpa mendatangiku.

"Siapa?"tanyaku dalam hati sambil bejalan keluar.

"Mas Mul...!"sebutku. Kuajak dia kedalam kantin. Tapi dia menolak. Dia mengajak aku ke dalam mobilnya.

"Maaf mas, kemaren aku hanya tidur buat modal hari ini. Takut ketiduran" kataku ketika sudah berada di dalam mobilnya

"Mas tau Robby. Kamu mungkin tidak percaya kata kata mas untuk ikut mengantarmu. Kau meragukannya, karena mungkin kau berpendapat, aku hanya janji palsu."

"Benar mas. Pikiran Robby, mana mungkin mas Mul mau berkorban mengantar seorang Robby yang gembel ini. Siapa aku hingga seorang pemilik perusahaan kontraktor mau berkorban."

"Kenapa kau selalu menilai dirimu rendah, By?. Sudah kubilang, Mas mencintaimu"

"Cinta!. Setelah seharian kurenungkan makna Cinta, sepertinya aku tidak memilikinya mas. Kemaren aku bahagia bersama mas di Hotel. Tapi dibalik itu, aku berfikir, Inilah hari terakhirku bersama orang yang kucintai. Tapi mengingat ingat kejadian yang pernah kualami, Cinta itu ada, tapi entah dimana."

"Robby, jarak kota ini dan tempatmu kuliah hanya memakan 4 sampai 5 jam. Mas bisa mendatangimu setiap mas ada kesempatan."

"Itu yang bikin Robby kecut mas. Hanya datang disetiap kesempatan. Kalau tidak ada kesempatan itu, aku harus bagaimana?"

Cahaya sorot lampu mobil Bapak Kepala Sekolah kulihat sudah memasuki halaman sekolah.

"Maaf mas, mereka sudah datang, Robby masuk dulu"

Tanganku di raih Mulyono dan mencium bibirku.

"Apapun yang terjadi Mas akan mengikuti mobil kepala sekolahmu dari belakang. Masmu ikut, sayang"

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang