47. AKU, EXELL DAN MUKRI

297 29 13
                                    

Tinggal bersama dengan Exell penuh bahagia kurasakan dan juga Exell sangat bahagia. Aku menuruti permintaannya karena hidup sendiri juga sepertinya membosankan.

Pagi hingga dia pulang malamnya, aku setia menantinya. Hanya sekali aku mengingkari janji, ketika dia ada keperluan ke luar kota. Aku yakin bukan masalah pekerjaan, tapi lebih kepada urusan sex. Karena malam itu aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka lewat telpon rumah.

"Mau tidak 2 hari, Sabtu dan Minggu?" itulah kata terakhir yang kudengar.

Kepergiannya pagi itu dengan membawa beberapa pasang pakaian, tidak kutunjukkan keberatan hatiku. Aku hanya tersenyum dan memberikan semangat dan doa.

"Jaga dirimu baik baik, By. Kalau kamu mau pergi, kalau bosan di rumah, kamu boleh pergi, tapi malam kamu sudah di rumah"pesannya padaku.

"Aku juga gak kemana manalah koh, palingan ke rumah Ihot."jawabku.

"Jangan macam macam sama  Om Komandan kamu"

"Kalau bicara asal saja. Ya tidak lah" jawabku.

Dengan pelukan dan ciuman dia meninggalkanku.
Setelah mobilnya hilang dari pandangan, Aku pergi ke kontrakanku. Ingat kartu nama Om Mukri. Maksud hati mencoba bermain mainlah sekalian dapat uang.

Kring

Kring

Kring

Suara telpon diseberang.

"Hallo pak Mukri, masih ingat dengan pengamen, Robby?"tanyaku di gagang telepon.

"Haaaaa....Ingat...Ingat...Kenapa baru sekarang, Robby? Setiap sabtu Om berharap kau telpon. Dimana sekarang? Apa mengamen"?

"Tidak Om. Aku tidak mengamen. Mau jumpa bisa? Masih berlaku tidak undangannya?"

"Pasti Robby. Om sendirian. Mau di jemput dimana?Atau mau datang sendiri?"

"Aku tidak tau kesana Om. Maklumlah tidak pernah pergi pergi"

"Ok. Katakan nama satu tempat, biar Om jemput"

"Halte bla bla"sebutku.

"Tunggu sampai Om datang. Jangan kemana mana"

"Ok Om. Robby siap siap dulu"

Aku mengganti pakaianku dengan sedikit terburu buru. Takut Om Mukri datang lebih dulu, aku belum disana.

***

Menunggu sekitar 10 menit Om Mukri datang dengan sepeda motornya. Dia memandangi aku dari kaki sampai ke kepala hingga akhirnya dia menyebut namaku.

"Robby?"katanya dengan tanya.

"Iya Robby Om."jawabku. "Om tidak kenal atau apa Om"

"Beda waktu kamu pake topi. Tampan sekali kamu, Robby. Ayo naik."pintanya. Aku menaiki motornya, dia membawaku menuju sebuah Perumnas.

Tinggal sendiri di pojok blok dekat di pinggir jalan.

"Masih tanda tanya Robby. Kamu Homo apa tidak. Jawab saja sejujurnya. Karena, Om kepikiran dari mulai terima telponmu. Kalau kau bukan Homosex, untuk apa kau mau jumpa"

"Aku suka sama Om. Tapi tidak berani kalau datang ke rumah orang yang baru aku kenal"

"Hahahah....suka caramu Robby."

"Sekarang kita mau apa Om"
Om Mukri mengamankan, gerbang rumahnya, lalu pintu dan jendela diatur sedemikian rupa.
Dia mendekatiku. menarik kaos ketatku hingga aku telanjang dada. Aku menuruti kemauannya.

Aku tau dia sangat bernafsu. Dia menggelar kasur busa dibalik sofa rumahnya, tidak dikamarnya. Tapi aman dari pantauan orang karena di alingi oleh sofa.

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang