Kata Sombong dan Angkuh, merasa Sok Tampan ku dengar dari teman teman kuliahku. Itu semua terjadi setelah kehadiran Om Pierr.
Berawal dari Ulang Tahun Bianka yang tidak bisa ku ikuti beberapa bulan lalu, lanjut ke Acara kumpul kumpul di kediaman Ardan dan acara acara lain teman teman yang tidak bisa kuhadiri karena pekerjaanku.
Tubagus yang menjaga jarak dariku walaupun teman sebangku ku. Dan teman teman yang tidak mau lagi mengajakku kumpul seperti biasa, maka kutanya dia dengan berbicara dari hati ke hati.
"Ada apa dengan kau, Gus? Kenapa akhir akhir ini seperti menjauh dari aku. Dikelaspun kau jarang menanggapi omonganku. Bisa cerita" pintaku.
"Semua orang tau kau anak pejabat By. Mungkin Ayahmu seorang Kapolsek atau punya jabatan apa di Kepolisian. Teman teman menggangab bahwa kau tidak mau bergaul dengan kita kita. Dalam acara apapun kecuali acara Kampus, kau tak pernah mau ikut."
"Oh karena itu."
"Apa kau menganggab tidak selevel dengan kita kita, By?"
"Kau salah, Gus. Tak ada sedikit pun dalam hatiku menjauh dari kalian."
"Masa tidak bisa ikutan dalam acara ulang tahun teman atau kumpul kumpul sebagai teman?. Kawan kawan kita bilang, karena kau anak orang kaya By."
"Orang kaya punya kelas, Gus. Tidak ada dalam diriku style orang kaya."
"Tapi kenapa By?"
"Nanti kau akan tau. Siapa Robby sebenarnya yang kalian anggab anak konglomerat, Sok Ketampanan dan sebagainya yang telah kalian cap di tubuh Robby. Mulai saat ini sampai kapanpun, kau dan teman teman boleh menyingkirkan aku sebagai teman" Sedihnya aku, dan pergi meninggalkan Tubagus.
Dalam langkahku, aku berfikiran bahwa mungkin akan terjadi lagi peristiwa waktu SMA dulu, ketika Ihot cs membenciku.
***
Pagi sebelum kuliah dimulai, kuberanikan diriku meminta waktu ke teman kelasku untuk untuk mengklarifikasi ucapan ucapan minor yang dilontarkan untuk aku.
"Maaf kawan kawan, bisa mengganggu waktunya sebentar sebelum kelas dimulai" kataku berdiri di depan dekat meja dosen.
"Untuk apa By, tidak penting"
"Penting bagiku biar kalian tau siapa sebenarnya aku. Agar kalian dan aku bisa menjaga jarak."
"Silahkan..."
Aku menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya sebelum bicara."Aku si Robby, bukan seperti yang kalian tuduhkan. Menjaga jarak karena anak seorang perwira polisi, karena anak orang kaya, sok ketampanan dan yang negatif yang kalian tuduhkan.
Aku adalah anak seorang petani di desa. Aku berangkat ke kota meninggalkan orangtuaku ketika aku kelas 2 SMA. Selama di SMA aku bekerja paruh waktu di sebuah Restoran, jadi pengamen atau jadi apa saja agar aku bisa menamatkan SMA ku.
Om Pierr orang yang kalian anggab sebagai Ayahku adalah pemilik yayasan tempatku SMA memberikan subsidi Bea Siswa melalui Kepala Sekolah bila aku juara di SMA. Aku memenuhi permintaan itu. Dan bila aku di terima di Perguruan Tinggi Negeri, yang kita tempati sekarang, pihak sekolah akan memberikan bea siswa selama se tahun. Aku bersyukur karena aku diterima lewat jalur PMDK di IKIP dan di Univeraitas ini. Pilihanku jatuh disini.
Kedatangan Om Piere beberapa waktu lalu, hanya melihat keadaanku, memastikan apa aku baik baik saja atau tidak. Sebab Yayasan yang di miliki Om Pierr, sejak aku dinyatakan lulus di 2 PTN mendapat berkah akibat fotoku di pajang di sekolah untuk menarik minat pendaftar siswa baru." aku berhenti sebentar. Kulihat teman temanku fokus sekali dengan ceritaku."Istri Om Pierr memberitahu aku, bahwa siswa siswa yang mendafar melebihi ekspektasi mereka. Pendafar murid baru dan pindahan banyak dibterima disana. Om Pierr kemaren ke admin kampus untuk menjamin aku selama kuliah disini tentu dengan syarat, berkelakuan baik dan berprestasi dengan IP datas 3. Dan untuk biaya hidupku sehari hari, aku sudah bekerja di Hotel sebagai Roomboy, Housekeeping dan lain lain, karena pekerjaan itu yang bisa untuk pekerja paruh waktu. Karena pekerjaan inilah, aku tidak bisa mengikuti kawan kawan untuk acara acara yang kalian lakukan. Karena aku kerja pukul 14 hingga 10 malam tiap hari. Aku harap kalian mengerti keadaanku yang sebenarnya."
"Dan mulai saat ini, bukan kalian yang menjaga jarak ke aku, tapi akulah yang akan menjauhi kalian. Mohon maaf kalau aku sudah membuat kesalahan sama kalian"kataku dan melangkah ke mejaku.
Tepuk tangan dosen yang masuk dari pintu tanpa sepengetahuanku membuatku serasa malu.
"Hebat kau Robby. Bapak juga sudah tau cerita hidupmu dari pak Pierr. Jangan pernah terpengaruh apa pun kata orang lain yang menjatuhkan dirimu, Robby. Tetap semangat"
"Terima kasih, Pak"jawabku. Pak Dosen kami memulai mata kuliahnya, hingga tidak ada seorangpun teman teman yang berbicara.
***
"Maaf By, kalau aku terpengaruh kata teman teman"Tubagus menahan tanganku ketika hendak keluar dari ruangan kelas..
Aku hanya senyum membalasnya. Aku memahami. Demikian juga sebagian teman lain. Parahnya, setelah mendengar ceritaku, banyak yang tidak respek lagi. Dalam hatiku, "aku hidup bukan karena kamu". Tidak menerimaku juga bukan merupakan masalah bagiku.
Sampai kami berpisah, aku tidak terlalu memikirkan masalah pertemanan. Karena aku adalah aku, bukan aku yang lain. Yang penting bukan aku yang mengawali. Nanti nanti juga akan biasa.
3.5 - 5 tahun di bangku kuliah bukanlah waktu yang singkat. Apa selama itu kami akan bermusuhan?Sepertinya 'Ya', karena aku tidak akan bisa bergabung dengan mereka akibat kesibukanku. Tapi aku berjanji dalam hatiku, bila tepat waktunya misalnya aku tidak sibuk, aku akan bergabung walaupun hanya sekali sekali.
Tapi apa mereka bisa menerimaku setelah ku ceritakan siapa aku sebenarnya? Aku yang merasa rendah diri menghadapi mereka yang tnggal dikota dengan segala kemewahan mereka. Naik mobil, motor ke Kampus.
Pikiranku tentang teman temanku hilang seketika karena suara klakson motor di belakangku.
"Kalau jalan jangan melamun, bang"suara yang punya motor.
"Maaf pak, maaf"jawabku.
Kuteruskan langkahku menuju kontrakanku masih dalam pikiran tentang kehadiran Om Pierr. Nilai positiv yang tadinya kumaknai karena Om Pierr disebut sebagai 'Ayahku' kini berubah sedikit 'tidak suka'
"Ini semua gara gara Om Pier"gumamku. "Ngapain juga datang ke kampus petentang petenteng, kalau hanya sekedar ingin jumpa. Begini kan akhirnya".
Tiba di rumah kontrakanku, kubuka semua pakaianku mengganti pakaian santai. Makan siang sebelum berangkat lagi untuk kerja.
Sepi!
Kupandangi sudut sudut kontrakanku, dan mengingat kembali akan kehadiran Mas Mulyono pada bulan bulan pertama dan ke dua.
"Mas Mul, aku tau mas, mas pasti sudah punya yang baru"perih hatiku. "Kini kau tidak pernah hadir lagi untuk memberi warna dalam hidupku, mas. Tidak ada seorangpun selain Om Pierr yang menyentuhku, itu juga karena kesepianku hingga aku menerimanya. Aku tidak tau bahwa Om Pierr juga suka laki laki mas. Maafkan bila aku sudah menodai janjiku padamu. Tapi kapan kau akan datang mas"bathinku "Bila kau ingin menyudahi hubungan ini, datanglah untuk terakhir kali, maaas. Katakan bahwa kita tidak ada hubungan lagi. Biar aku bisa menentukan sikap. Jangan berikan harapan dengan menginginkan kehadiranku di masa liburku. Aku takut mas, aku takut, akan tersakiti lagi. Sekali saja lagi maaaas, datangi aku, untuk mengatakan kau masih atau tidak mencintaiku" tangis tak bersuara tapi air mataku tak bisa kubendung hingga nasi dalam piringku hanya dua suap yang kumakan.
Semua ini terjadi akibat dari kehadiran Om Pierr, yang membuat teman temanku menjauh hingga aku merindukan Mas Mulyono.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (BI SEX) ALONE
Tiểu Thuyết ChungAPAKAH ANDA PERNAH MERASAKAN DIUSIR DARI RUMAH, KETIKA ANDA KETAHUAN SEORANG 'HOMO atau GAY?' APA BISA ANDA MERASAKAN BETAPA SAKITNYA? ikuti ceritaku Like dan komen ya. Robby Ferdinand biasa dipanggil Robby atau Ferdi di usir oleh orang tuanya karen...