Pagi yang biasa kujalani dengan rutinitas ku, kali ini aku tidak melakukannya. Sarapan terlambat, sekolahpun tidak. Hanya tiduran di tikar yang kubentangkan semalam.
Setelah kepergian Miko adekku ke sekolah, Ayahku mungkin bertanya tanya kenapa aku sepagi tadi tidak keluar kamar.
"Loh, kenapa tidur dilantai Robby? Kamu enggak sekolah?" sergahnya yang sudah rapi dengan balutan jasnya.
"Takut mengganggu Uda, Yah. Jadi aku tidur dibawah"
"Sekolah?"
"Kepala ku agak pening"
"Gimana enggak pening, kau tidur dibawah. Mungkin masuk angin. Bangun kau, sarapan langsung minum obat" perintahnya.
"Ya Yah. Nanti Robby sarapan. Udah mau berangkat Yah?"
"Ya. Bangun kau beresin semua piring piring bekas sarapan. Sarapan lalu minum obat"
"Ya Yah"sahutku yang langsung ditinggalkannya.
Beberapa saat kemudian Ibuku masuk kamarku.
"Robby, kenapa kau nak?"
"Agak pening aja Bu."
"Gimana kau tak pening, tidur hanya beralas tikar, mungkin kau masuk angin. Sarapan dulu sana. Minum obat. Kalau obatnya gak ada beli di warung"
"Ya Bu. Nanti saya minum obatnya"
"Kami mau pergi. Bangun kau, tuh piring piring diberesin"ibuku memerintah seperti ayahku.
"Ya Bu."
Aku sangat menghararapkan belaian tangan Ibuku di kepalaku, atau setidaknya menyentuh dahiku tapi itu tidak kurasakan.
***
Pikiranku tertuju ke kejadian semalam. Apakah Udaku belum membicarakannya sama Ayahku atau menunggu waktu yang tepat?.
"Uda, tolong jangan beritahu Ayah"bisikku sendiri. "Aku bisa bisa digoroknya. Tolong....."gumamku.
Tak lama kemudian pintu kamarku dibuka.
"Robb, Kami berangkat ya. Istirahat biar besok bisa sekolah" kata Ibuku yang hanya membukakan pintu dan melongokkan kepalanya.
"Ya Bu" sahutku.
Setelah kepergian mereka, aku menuju dapur untuk sarapan. Pemandangan yang kulihat, betapa berantakan semuanya karena bekas makan mereka.
Dengan tidak semangat, karena membayangkan wajah Uda ku melapor ke Ayahku, aku menyendok nasi ke piringku sampai tumpah. Aku benar benar setress berat, karena belum pernah mengalami masalah sebesar ini.
"Ampuuun...."kataku sambil memungut nasi yang jatuh ke tikar. "Mudah mudahan Uda bisa mengerti aku. Semoga dia tidak melaporkan kejadian semalam ke Ayah"kataku sendiri.
Terus terang, makanan yang ku kunyah terasa hambar. Pahit. Tidak dapat ku telan,
karena tidak nafsu. Aku hanya memandangi dinding dan tanganku mengaduk aduk nasi dipiringku. Karena kegalauanku, makanku tidak kulanjutkan. Segera kurapihkan semua alat alat makan dari tikar dan ku cuci.Melamun? Iya aku melamun. Aku hanya berharap agar Udaku akan mengerti aku sebenarnya. Dengan begitu dia tidak akan 'berkicau' ke Ayahku
****
Maksud hati ingin membersihkan rumah dari depan hingga dapur, apa daya tidak bisa kulakukan karena ketika aku memegang sapu dan hendak menyapu ruang utama, Ayahku sudah di depan pintu.
"Ayah kenapa balik lagi"tanyaku tanpa merasa bersalah.
Ayahku tidak menyahut. Tapi sapu yang kupegang dilemparkan. Dan tanganku di tarik ke kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (BI SEX) ALONE
Narrativa generaleAPAKAH ANDA PERNAH MERASAKAN DIUSIR DARI RUMAH, KETIKA ANDA KETAHUAN SEORANG 'HOMO atau GAY?' APA BISA ANDA MERASAKAN BETAPA SAKITNYA? ikuti ceritaku Like dan komen ya. Robby Ferdinand biasa dipanggil Robby atau Ferdi di usir oleh orang tuanya karen...