30. Sakit hatiku.

336 30 13
                                    

Aku tidak akan pernah tau apa yang dibicarakan Handoko dan Exell setelah kembali dari mengejar pria muda yang dibawanya.

Yang kutau pasti Handoko memanggilku ke ruangannya.
Dengan tidak ada rasa curiga kuturuti permintaannya.

"Berapa sering kamu jumpa dengan Pak Exell, Robby"pertanyaan yang menyudutkanku.

"Berapa sering? Maksud pak Handoko bertanya begitu, apa pak. Namanya saja aku tau dari note pesanannya kalau dia makan. Mana ada hubungan saya dengan beliau"

"Jam istirahat, dia sampai menemuimu, disaat Exell makan, Pak Exell seakan kenal sekali sama kamu. Apa hubungan kalian antara kamu sama Pak Exell"

"Tidak ada hubungan. Pak Exell sebagai tamu ya Robby layani. Pada saat istirahat beliau datang ya aku layani. Tidak lebih dari sekedar ngobrol"jawabku. "Pak Handoko bertanya begitu, sekan akan saya sudah bertahun tahun bekerja di sini dan kenal betul dengan pak Exell"

"Kalau pak Exell datang, ingat Robby, jangan pernah kau melayani dia. Berikan kepada orang lain"

"Kalau itu pak Handoko minta, akan saya turuti. Tidak berjumpa sama pak Exell pun tidak apa apa. Toh saya hanya pekerja disini. Tapi, boleh saya bertanya pak"

"Tanya"

"Apakah Bapak cemburu."

"Cemburu? Cemburu bagaimana?. Jangan asal bicara ya, Robby"

"Mengajari ciuman, memelukku dan..."

"Cukup. Kau pikir kau siapa berani berani menuduhku cemburu"

"Saya memang bukan siapa siapa pak. Robby sadar itu. Tapi perlu Bapak ketahui, dengan ciuman bapak, pelukan bapak ke aku, aku menganggab Bapa suka seperti yang bapak omongkan. Bapak memarahi saya, walaupun sakit hati ini, selalu saya tahan. Kadang seperti resep dokter untuk meminum obat, 3 x dalam sehari bapak memarahi saya, saya tahan karena memang saya membutuhkan pekerjaan ini demi sekolah dan hidup saya. Dan saya pikir tadinya semua itu bapak lakukan untuk menguji kesetiaan saya." aku tersulut emosi.

"Tadinya saya tidak suka ajaran bapak untuk berciuman, tetapi setelah sering pak Handoko mencium saya, saya menikmatinya pak. Mungkin ada jiwa penyuka pria dalam tubuh saya. Saya berharap pak Handoko benar benar suka sama saya. Tapi karena barusan bapak bilang bukan karena cemburu, atau karena Pak Handoko ada hubungan dengan pak Exell, hati saya merasa aman. Berarti saya bisa membunuh rasa suka saya ke pak Handoko. Bapak bisa melanjutkan hubungan dengan pak Exell tanpa memata matai saya, apa saya ada hubungan dengan pak Exell atau tidak.
Karena saya tidak tahan lagi, bapak maki maki, marah marahi karena sebab yang tidak jelas, mulai saat ini, saya keluar pak. Saya mencari pekerjaan, untuk hidup agar bisa tenang, bukan menyodorkan diri buat pelampiasan amarah pak Handoko. Maaf kalau saya banyak salah"kataku dengan mata mulai memanad dan memutar badanku hendak pergi.

"Robby, Aku minta maaf kalau selama ini membuat kau tidak nyaman"

"Maaf pak, aku keluar"

"Robby, tunggu..."

Tidak kuhormati lagi pak Handoko sebagai atasanku, karena aku terlanjur sakit hati. Aku pergi pelan seakan tidak terjadi sesuatu dengan membawa sejuta luka di dadaku.

Aku tidak tau, apakah rekan rekanku dan Exell mengetahui kepergianku dan bertanya, ada apa, hanya mereka yang tau.

***

Menembus malam dalam angkot sejuta asa berkecamuk dalam pikiranku. Terutama apa lagi yang harus kulakukan nanti. Tidak ada dipikiranku akan belas kasihan dari Handoko, Exell atau siapapun. Hanya satu di otakku, pekerjaan apalagi yang harus aku lakoni demi hidup dan sekolahku.

Tiba di rumah, mandi adalah obat mujarab bagiku untuk menentramkan jiwaku yang terguncang. Sambil berfikir, apa yang harus kulakukan besok sepulang sekolah.

Terbersit di otakku akan menjadi pemulung, jualan koran, tukang sapu, penjaga orang sakit atau jompo dan mengamen.

"Mengamen perlu bermodal gitar. Aku harus mengeluarkan uang untuk itu. Jualan koran? Hanya sore hari. Tuhaaaan, tunjukkan jalan bagiku"jerit hatiku.
"Ngamen! Biar harus mengeluarkan uang membeli gitar, akan mendatangkan uang nantinya."kukepalkan tanganku dan kuteruskan mandiku.

Diatas kasur pemberian Exell, kubaca baca buku pelajaranku. Tidak terasa, kantuk ku menguasai diriku hingga aku tertidur.

Dalam tidurku, lamat lamat kudengar ada yang mengetuk pintuku. Aku tidak bangun. Aku tidak tau sudah berapa lama aku tertidur. Kubiarkan saja sampai ketukan itu hilang terbawa mimpi.

***

Pagi pagi sekali, pukul 05.10 aku sudah bangun. Mie instan pemberian bu RT menjadi sasaran kelaparanku pagi itu.

Sambil makan mie, kumasak nasiku untuk siang nanti sebagai bekalku.

Tok

Tok

Tok

"Pasti penggangu hidupku"gerutuku. Mie instan masih dalam piring kubawa untuk membuka pintu.

"Hei..."sapanya.
Aku tidak menjawab. Tidak ada gunanya dijawab juga.

"Maaf pak, kalau boleh tau, ada apa pagi pagi sudah datang"tanyaku seperti tidak ada hubungan antara kami.

"Semalam aku datang, kau tak bukakan pintu"Exell berkata pelan.

"Saya bukan siapa siapa. Hanya seorang gembel yang tiada guna. To the poin saja, pak.Saya mau berbenah, mau berangkat sekolah"

"Masih keras saja kalu bicara. Bukankah kita sudah janji akan berbicara dengan hati, Robby. Saya datang mau bertanya, kemaren kenapa pulang cepat"

"Mau tau?. Anda boleh tanyakan sama kekasih anda yang bernama Handoko. Sudah pernah aku katakan, kalian pasti ada hubungan"

"Handoko?Aku berhubungan apa dengan Handoko?"

"Cinta. Handoko mencintaimu, koh. Dan sebaliknya. Kalian saling cinta. Handoko marah marah ke aku karena melayani kokoh. Kokoh sudah menelantarkan Handoko sejak kokoh mengenal aku."

"Dia berkata begitu?"

"Dia juga cemburu karena kokoh bawa pria muda itu. Dan saya juga cemburu. Tapi sudahlah. Mulai sekarang, aku tidak kerja lagi, untuk apa aku memikirkannya"

"Tidak kerja bagaima, Robby. Sekolahmu, kontrakanmu"

"Hidup adalah hidupku, untuk apa kokoh pikirkan. Hanya Tuhan yang tau, bagaiman aku nanti."

"Hubungan kita, bagaimana Robby"

Aku tertawa.

"Hahahahaha...Hanya ngentot saja tidak mendatangkan uang. Hanya mengumbar nafsu. Tidaklah. Yang kupikirkan, nanti sepulang sekolah apa yang akan aku lakukan. Itu yang ada di otaku ku, koh. Soal kepuasan kokoh, hanya kokoh yang tau. Aku minta maaf, tidak bisa bersama kokoh. Jalan hidupku beda dengan kokoh."

"Robby, sekeji itu kau menilaiku? hanya mengumbar nafsu? Hanya untuk bercinta? Salah kau Robby"

"Kalau aku salah, siapa yang perduli. Kokoh? Kenyataannya, emang begitu kan. Jadi silahkan kokoh tinggalkan aku, dan aku mohon dengan sangat, jangan pernah temui aku. Cukup pelajaran yang kokoh berikan selama ini."

"Handokooooo....!"gumamnya. Tangannya dikepalkan.

"Maaf koh! Silahkan..."tanganku memberi jalan ke puntu.

"Kamu kejam, Robby. Orang yang tidak berasalah jadi sasaran amarahmu"

"Tidak ada yang kejam. Yang Kejam kau dan Handoko. Aku yang sengsara. Tidak puas dengan satu pria. Dasar orang kaya."

Exell penuh emosi, keluar dari kontrakanku dan berjalan cepat menuju mobilnya.

***

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang