7 BANGUNAN

662 55 16
                                    

2 Minggu sudah berlalu, aku merasa aman aman saja karena teman siswa siswi tidak ada yang mendekatiku. Mereka mengajak bicara bila Ihot tidak ada. Aku merasa aneh saja, kenapa semua murid takut sama Ihot.

Pikiranku ke Ihot si siswa temperamen ganteng itu buyar seketika Pak Yono menyapaku.

"Eh Robby, kau langsung ke dapur aja, takut tak sempat nanti masak semua" kata pak boss ku.

"Pak Mul, aku tak enak perasaan ini kalau hanya buat masak Pak." protesku di suatu sore.

"Robby, kerja kasarpun kau sama saja hasilnya. Lebih bagus kau masak buat kita semua. Tak ada yang pandai masak. Kau bisa, pintar. Semua memuji masakan kau. Mereka lebih memilih makan di sini daripada beli diluar. Kan irit jadinya."

Memang dalam dua mingguku, aku lebih banyak di dapur untuk memasak buat karyawan. Irit kata pak Mandorku dan teman teman.

"Pak Mul bisa saja. Tapi aku kan mau kerja keras juga pak boss. Tak enak hati aku ini. Bisa bisa mereka irilah sama aku" kataku.

"Kalau itu maumu, nanti saat makan, biar kutanya sama mereka. Apa mereka cemburu tengok kau karena memasak atau tidak" wajah pak Boss sedikit kecewa.

"Ya pak, tanya dululah. Aku mau kerja seperti teman teman, bukan hanya masak. Apa sajalah biar badan ini sedikit terbentuk"kataku yang membuat mandorku tertawa mengilangkan rasa kecewanya.

"Hahahahaha...Robby... Robby. Badan kau sudah bagus itu. Tampan pula. Kau itu gantenglah."

"Pokoknya aku mau kerja keras pak Boss"

"Masak! Aku bilang kau harus masak. Biar pekerja irit. Kalau makan diluar mereka boros."

"Pak Mul, tanya dululah mereka. Tak sedap kalipun hatiku"

"Aku yang terima kau kerja, aku berhak menentukan kau kerja apa, By. Aku itu kasihan liat kau, pulang sekolah harus kerja keras. Kapan kau bisa belajar kalau habis kerja ngantuk lalu tidur"Pak Mulyono serius.

"Pak boss...."

"Kamu gak usah protes. Siapkan semua, sebentar lagi pekerja sudah mau selesai. Aku mau mandi"kata kata Pak Mul seperti ultimatum.

"Ya pak. Saya siapkan"kataku dan beranjak ke dapur terbuka untuk membereskan peralatan makan di meja yang terbuat dari papan yang panjang. Berantakan semua karena habis makan tidak ada yang membereskan lalu memulai kegiatan masak ku.

****

Makan malam terasa asing bagi teman teman pekerja, karena biasanya setiap ambil makan mereka mencari tempat dimana mereka suka. Tidak kali ini karena pak Mandor mengumpulkan kami semua.

"Kalian mau makan di luar apa mau dimasakin?" Pertanyaan pak Mandor dengan tegas. "Yang mau makan diluar, uang makan tidak dipotong dari upah. Yang makan di dalam dipotong tapi ada subsidi" lanjutnya.

Semua pekerja jadi bersahut sahutan, tanya sana tanya sini sama rekan rekannya.

"Bagaimana?" Pak Mandor bertanya lagi.

"Maaf pak boss. Mungkin masakan aku kurang enak. Jadi baiknya mereka bebas aja boss" sahutku memotong pembicaraannya.

"Diam kau" sergahnya. Aku terdiam.

"Bagaimana? Jangan hanya diam."lanjut pak Mandor.

"Masakan si Robby enak nya. Aku makan di dalam" sahut seorang.

"Didalam"

"Didalam"

"Ok kalau kalian mau makan di dalam, si Robby harus pagi pagi sudah masak buat makan siang"

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang