66. Bertengkar dengan Mulyono

308 23 20
                                    

Mendapat kepastian dari Bang Darwin, manager kami, aku akan bekerja lagi minggu depan. Dia memberikan dispensasi untuk liburku selama seminggu.

Aku senang sekali mendengarnya. Karena bahagianya hatiku kupeluk bang Darwin untuk terima kasihku.

Berita ini tidak akan  aku katakan sama Mulyono, itu yang ada di otakku. Tidak penting bagiku dia mengetahuinya.

Keluar dari Hotel, aku langsung menuju Bank guna mengambil uang pemberian Mas Mulyono. Dengan buku bankku, petugas menyerahkan sebesar yang ku tulis di resi. Kusimpan rapi uang tersebut agar tidak tercecer.

Setiba di rumah, Mulyono menyambutku dengan bahagia.

"Giman By? Masih bisa kerja"Mulyono menanyakan dengan mimik serius.

"Masih bisa kerja mas, tapi mulai besok."jawabku berbohong.

"Syukurlah.
By, Mas tadi beli makanan, kamu pasti lapar"
Aku langsung ingat Om Piere. Curigaku pasti ada sesuatu dalam makanannya.

"Maaf mas. Tadi aku sempatkan makan"kataku semakin berbohong. Mulyono memandangku tidak semangat. Aku mengambil uang dari tasku dan memberikannya.

"By.! Kenapa kau sengotot ini. Sudah Mas bilang, bukan ini yang kuinginkan"

"Dan aku tidak mau menyimpan ini untuk menjadi suatu alasan."

"Aku mencintaimu Robby. Kau harus tau itu"

"Yang aku tau, Cinta itu harus diwujudkan mas. Bukan seperti mas lakukan. Datang dan pergi sesuka hatinya"jawabku.

"Baik Robby. Kalau memang ini jalan terbaik, Mas ingin bertanya dan kau harus menjawab secara jujur. Apa masih ada rasa cintamu, sedikiiiiiiiiit saja yang tersisa untuk Mas?"

Aku terdiam.

"Kalau masih ada berikan aku kesempatan sayang untuk memperbaiki kesalahanku, yang mungkin kau anggap melebihi sakit hatimu. Mas mohon maaf dengan sangat Robby. Yang kuminta hanya berikan kesempatan buat mas untuk menebus kesalahan mas"

Aku masih mencintainya, karena dialah pria pertama yang hadir dalam hidupku.

"Apa konsekuensinya bila Robby berikan kesempatan buat Mas"

"Kita Putus seperti yanh kau mau bila Mas membuat kesalahan Robby. Tapi..."

"Tidak ada tapi tapian. Robby berikan kesempatan itu. Dan aku tidak menuntut kau akan datang ke aku. Berikan aku ijin kebebasan."

"Maksudmu"

"Kau bebas sesuka hatimu, akupun bebas sesuka hatiku. Kau bisa datang kapanpun kau mau, dan aku bisa menolakmu kalau aku tidak mau"

"Itu sama saja kita tidak ada rasa cinta Robby"

"Kalau kau mau"

"Ok. Kalau itu maumu. Yang penting mas bisa datang menemuimu, sudah cukup.
Untuk memulai hubungan aneh ini, kita pergi jalan jalan. Aku ingin lihat, kau yang berbuat salah atau aku"

"Baik. Robby ikut''tantangku.

Mobilnya meluncur ke daerah  perkotaan dimana gedung gedungnya sebagian menjulang tinggi. Aku jadi mendapat pengalaman baru. Kekagumanku dilihat oleh Mulyono, karena mataku memandang ke arah gedung gedung dan petokoan yang berjejer rapih itu. Namanya orang desa ya....Begitulah.

"Tidak usah diplototin, By. Bisa bisa rubuh itu gedung kamu pandangi"celetuknya.

"Selama 6 bulanku disini, berarti Robby seperti katak di bawah tempurung ya mas. Nanti kalau ada kesempatan, akan aku jelajahi ini ibu kota propinsi"kataku membuat dia tertawa yang dipaksakan.

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang