39. Kecewa

270 29 10
                                    

Setelah sekian lama bekerja, dan satu alasan yaitu setiap hujan terancam banjir, aku mengambil keputusan, pindah kontrakan dekat sekolah ku. Biar tenang belajar menyongsong ujian.

Masih sama seperti akses jalan ke pekerjaan, hanya sedikit memotong jalan ke arah pangkalan angkot.

Semua tidak tau aku pindah, baik Handoko, Exell, Mulyono maupun Ihot. Aku sengaja tidak memberitahu.

"Koh, tinggal menghitung hari Robby selesai SMA. Rencana kokoh gimana, sayang" kuutarakan isi hatiku sejujurnya.

"Rencanamu gimana, By" malah balik bertanya dengan raut wajah yang sedih.

"Jangan sedih gitulah, Cinta"rayuku memeluk tubuhnya.

"Rencanamu kuliah dimana, sayang"

"Formulir PMDK yang sudah Robby isi disekolah, ambil IKIP dan Universitas di Propinsi"

"Hah...Jauh itu. Kenapa gak bilang dulu sebelumnya. Kan ada swasta di sini. Jauh jauh kuliah bikin kokoh sengsara kalau begitu."

"Kokoh tau sendiri kan, biaya kuliah swasta gimana. Robby gak sangguplah. Pihak sekolah memberikan Robby beasiswa se tahun kalau lolos ke salah satu pilihan Robby. Syukur syukur dua pilihan itu lolos"

"Mudah mudahan tidak lolos"

"Maksud kokoh?"kataku mulai naik darah.

"Kau kenal kokoh sudah berapa lama Robby? Belum cukup waktu sesingkat itu untukku mencintaimu. Kokoh tidak bisa"

Dia beranjak dari tempat tidur dan keluar kamar membanting pintu. Aku melongo seperti terhipnotis.

Aku keluar mencarinya. Ternyata dia duduk di sofa tamu berpangku tangan.

"Koh..."panggilku mendekat. "Apa hanya karena berjauhan alasan kokoh melarang, Robby? Ada alasan lain?"tangannya ku genggam.

"Robby.! Kokoh belum pernah jatuh cinta sedalam yang kurasakan padamu. Enggak tau kenapa, rasanya..."

"Waktu tempuh ke Propinsi aku belum tau. Bagaimana kota propinsi juga aku belum tau. Yang kutau, pihak sekolah akan mengantarku dafar ulang kalau aku berhasil di PMDK. Kokoh yang lebih tau. Jadi bisa kita ambil ancang ancang mulai sekarang. Bukan mendoakan Robby supaya tidak diterima disana"

Exell merebahkan dirinya di sofa, kepalanya dipangkuanku. Kuelus elus rambut tebalnya.

"Aku belum bisa berfikir panjang sayang"

"Semangat ku kembali bekerja di Resto, karena motivasi kokoh. Aku ingat waktu kokoh kutanya, Untuk apa menahanku untuk bekerja di Resto? Kokoh jawab waktu itu 'Masa depanmu, Robby, sebentar lagi kau kuliah', itu membuat aku bersemangat. Sekarang kokoh tidak membiarkan aku untuk kuliah"

"Kuliah sayang, kuliah tapi jangan jauh jauh"

"Aku maunya di PTN koh, tidak mau di swasta. Nanti susah cari kerja. Aku ingin jadi Guru di sekolahan negeri. Itu kalau diterima di IKIP. Atau pegawai negeri kalau di terima di universitas."

"Kerja sama kokoh emang kenapa?"

"Yang penting kuliah dulu"

"Kapan pengumummannya'

"Setelah Ebtanas. Ebtanas bulan depan"

"Robby, jangan sebut sebut bulan. Itu membuatku sedih. Soalnya itu tinggal beberpa hari lagi"

"Setelah Ebtanas, aku bebas sampai pengumuman pelulusan. Aku akan bersama kokoh tiap hari di sini, di rumah ini. Itu kalau kokoh mau"

"Dari dulu kokoh sudah minta kau pindah. Jangan pernah bilang, kalau kokoh mau"

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang