42. Mengundurkan diri

240 28 22
                                    

Bangun pagi itu, badanku serasa remuk. Kelelahan, mebuatku agak malas bangun. Tapi Sekolah tetap nomor satu.

Hari ini hanya simulasi untuk cara pengisian nama, nomor ujian dan cara melingkari dengan tebal pilihan. Pencil 2 B dan penghapus sudah kusiapkan. Mungkin cepat pulangnya. Aku banyak waktu mempersiapkan diri.

Tiba di sekolah Andika dan beberapa temanku menjumpai aku dengan berlari lari menuju gerbang.

"Ada apa pada lari"kutanya.

"By, aku dekat nanti ya sama kamu ujiannya"pinta Andika.

"Mana bisa, Dika. Kan seorang satu meja. Aku di ruang kelas II Ipa1. Emang kamu dapat di ruang kelas berapa"

Andika melihat kartu peserta ujiannya. Dia langsung memelukku. Gengnya Ihot melihat kami. Ihot dengan berani mendekat kami.
Andika cemberut.

"Preman yang tak di akui"gerutunya.

"Biarin aja"balasku.

"Kenapa rangkul rangkul Robby kau Dika?"tanya Ihot.

"Andika satu kelas sama aku ujian besok"aku yang menjawab. "Rangkul gitu aja kamu marah, Hot"lanjutku "Gak takut sama tuan putri sama algojonya"ledekku.

"Ngapain takut. Aku mau bilang, habis ujian kamu di undang Ayah ke rumah"

"Udah tau. Om Pierr ketemu aku di tempat kerjaku"

"Oh selama ini kamu kerja disana?"

"Apa harus pengumuman. Yang ada kamu dikandangin ama tuh...."bibirlu menujuk ke gengnya yang menyusul Ihot.

"Takut? Gak lagi. Kan Ayah yang suruh aku nemuin Pangeran"

"Suiit suiit....Pangeran Robby. Hahahaha" tawa mereka.

"Husssh...pada masuk ayooo"ajakku.

"Hebat kali kau Robby, Ayahnya Boss Ihot ngajak ke rumah"ujar seorang anggota gengnya.

"Orang baek, pasti ketemunya yang baek baek. Boss Ayahnya Ihot aja kenal sama Robby. Kamu? huh kenal sama anaknya saja"sela Andika.

"Andika...."sungutku.

'Biar pada tau diri. Udah mau pada bubaran ini habis Ujian, ngapain takut"jelas Andika.

"Ku cekik mati kau"balas yang lain

"Berani? Ayo coba..."tantang Andika. Aku langsung merangkul tubuh Dika. "Tidak boleh begitu, Ka. Kita teman semua."bisikku.

"Nanti selesai ujian aku ke rumah Hot. Sampaikan salamku sama Om Pierr sama tante. Aku pasti datang"kataku ke Ihot biar temannya pada berfikir hubungan apa aku sama keluarga Ihot. Dengan begitu mereka akan tanda tanya kenapa Ihot menuruti Mahla dan gengnya.

***

Hanya sekitar dua jam kami di kelas. Wali kelas kami mengingatkan kembali agar istirahat cukup, belajar yang rajin, jangan keluyuran.

Karena kontrakanku sudah di dekat sekolah, sengaja aku duduk duduk di pekarangan sekolah di bawah pohon sambil membaca baca bukuku.

"Nanti malam adalah terakhir ku di Resto. Ohh...harus bikin surat pengunduran diri nih"kataku sendiri. Aku bergegas keluar sekolah menuju kontrakanku.

Aku terkejut melihat mobil dipinggir jalan yang parkir agak jauh dari sekolahku.
Jantungku seperti terhenti. Aku berdiri terpaku. Mulyono keluar dari Mobilnya dan berdiri bersandar.

Pelan pelan aku berjalan melewati Mulyono. Seperti tidak perduli sama orang lewat, dia menarik tanganku tanpa bicara. Aku menolaknya.

"Besok Robby Ebtanas. Hari ini terakhir aku di Resto. Aku mau pulang, belajar habis itu aku ke Resto antar surat pengunduran diriku"

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang