61. Om Pierr mengambil Perjakaku

455 27 39
                                    

Ujian Semester akan segera tiba.

Aku berniat hendak meminta izin untuk mengajukan keringanan pekerjaan, setelah  menerima gaji bulananku.

Sabtu setelah kuliah, aku tidak pulang ke kontrakanku. Aku langsung menuju Hotel tempat aku bekerja.

"Eiiii Robby! Ini kan belum jam masuk kerja. Ada apa ini datang jam segini. ( Managerku melihat jam ditangannya)"

"Mau ambil gaji pak Boss. Sekalian mau minta..."Aku terdiam. Pak Managerku menyipitkan matanya dan berpangku tangan di bangku kerjanya.

"Mauuuuuu..."Dia bertanya memiringkan kepalanya.

"Robby mau ujian Semester pak."

"Mauuuuuu...."masih mengulang kata katanya.

"Robby Mau minta keringanan jam kerja pak. Robby mau belajar."

"Maunya Robby..?"

"Pak, jangan melihat Robby begitu pak. Robby takut"kataku karena managerku menyenderkan ke dua tangannya di atas meja, tapi matanya tajam.

"Keringanan kerja? Maksudmu apa Robby. Yang jelas kalau bicara"

"Robby minta izin selama seminggu pak boss"

"Hah! Seminggu? Kau pikir kau digaji hanya untuk libur"

"Pak, tolong mengerti Robby pak. Robby kerja untuk kuliah. Terima kasih bapak sudah menerima saya. Tapi Robby dilema pak. Robby ingin kerja dan kuliah tidak saling mengganggu. Tapi..." aku tertunduk.

"Bapak mengerti Robby. Dengan kerja kau tidak ada waktu untuk belajar sepenuhnya. Tapi Hotel juga harus ada yang melayani tamu. Terlebih kebersihan. Bapak minta maaf, Robby, tidak bisa memberikan kamu izin"

Aku langsung lemas mendengar keputusannya.

"Soal gajimu, nanti Bapak kasih sepulang kerja" lanjutnya.

"Baik pak. Terima kasih atas waktunya. Robby pamit"

"Tunggu disini saja Robby. Ini tinggal 1 jam lagi kamu sudah masuk. Pulang lagi nanti kau terlambat".

"Robby sudah memutuskan tidak kerja lagi, pak. Robby mau fokus ujian kuliah Robby. Kalau bisa gaji Robby bulan ini, Bapak..."

"Robby..."

"Jalan terbaik yang Robby pikirkan, ya mengundurkan diri, pak. Maaf, kalau saya mengambil jalan sepihak. Kalau bisa, gaji saya pak.".

Managerku melihatku dengan sayu. Aku tidak tau arti mimik wajah sayunya. Apa karena kasihan melihatku atau hal lain.

"Kau boleh libur seminggu. Tapi kontrakmu dibatalkan. Kau kembali percobaan lagi, bila ingin bekerja lagi Robby. Maaf bapak harus ikuti SOP perusahaan"kata kata itu menyejukkan hatiku. Tanpa perintah, aku berhamburan memeluknya. Aku menangis di bahunya. Tangannya menepuk nepuk punggungku.

"Bapak mengerti keadaanmu, Robby. Kau berjuang demi kuliah. Harus ada yang dikorbankan"katanya. Aku melepaskan pelukanku dan menatap matanya yang berkaca kaca. Lalu managerku menarik tubuhku dan memelukku lagi.

"Bapak juga dulu seperti kamu Robby.  Bapak juga berjuang sendiri menafkahi diri bapak sendiri"katanya dalam isaknya. "Ini ambil gajimu, kau boleh pulang, Robby. Belajar yang keras, karena Abang yakin kau bisa adekku"katanya memelukku erat. "Kau boleh panggil Abang samaku, dek. Karena kau adalah adekku. Kau harus semangat. Gapai cita citamu"katanya setelah melepaskan pelukannya. Dia menyeka air mataku.

"Pergilah. Seminggu lagi kau harus kembali. Jangan sampai tidak datang. Abang yang akan datang mengambil kau ke kampusmu"

"Terima kasih, bang Darwin. Boleh kan Robby panggil nama abang"

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang