Ini adalah keputusan terbaikku, setelah matang matang kupikirkan. Kontrakan yang tadinya kubayar 6 bulan, aku meminta ke pemiliknya untuk bayar bulanan.
Dengan begitu, masih ada sisa yang bisa kupergunakan untuk membeli gitar kapuk yang murah agar aku bisa menghasilkan uang. Tidak ada waktu berleha leha. Jalan jalan tak pernah timbul dalam otakku. Kumpul kumpul sesama anak sekolahan apalagi, jauh dari pikiranku.
"Tidak kerja lagi, Rob?" tanya pemilik kontrakan.
"Mengundurkan diri, bu. Pulang malam terus. Kadang tertidur di meja sekolahan kalau sedang belajar. Jadi mau nyari duit yang tidak menggangu belajarku, bu"
"Kerja apa, Rob"
"Ngamen"
"Yang penting halal, Robby"
"Dan bisa bayar kontrakan tiap bulan"
Pemilik kontrkan tertawa lepas.
***
Menuju kota untuk membeli gitar, angkotku melewati jalan tempatku bekerja Resto. Rasa benciku seketika timbul ketika mengingat Handoko dan Exell.
"Bajingan kalian ber dua"umpatku dalam hati.
Turun dari angkot, kulayangkan pandanganku ke ruko ruko yang memamerkan dagangannya. Satu persatu ruko kulewati karena tidak ada penjual gitar.
Tiba di sebuah toko alat olah raga, kulihat ada gitar yang tergantung. Kuamati gitar gitar yang terpampang. Aku mencoba menstem salah satu yang aku suka. Karena suka, akupun membelinya.
"Gitar baru, masa depan baru". gumamku sambil menyusuri jalan besar dan berharap dilewati bus kota, bukan angkot kecil.
Akhirnya, aku bisa mengexpresikan bakat nyanyiku walapun suara pas pasan diatas bus kota damri.
Dengan masih canggung, suara bergetar karena demam panggung, kuakhiri sebuah lagu.Dalam memungut uang receh dari penumpang, aku masih menggunakan telapak tanganku. Lumayan yang kudapat.
"Suaranya bagus bang"puji seorang penumpang.
Aku tersenyum membalas pujiannya.
Setelah turun, aku menghitung uang yang kudapat. Maka kuputuskan membeli sebuah topi untuk kusodorkan nanti kalau memungut receh dari penumpang. Tidak memakai tangan lagi.Bus demi bus kunaiki untuk menjual suara demi terkumpulnya rupiah. Teman teman baru, dengan bermacam karakter kutemui dalam sehari. Tempat nongkrong menjadi baru bagiku.
"Bang, keren keren gini, kenapa jadi pengamen"teman baruku U'uk ( nama panggilan ) bertanya.
"Masih sekolah bang. Buat bayar uang sekolah"jawabku.
"Bukan orang miskin tampangnya"
"Miskin kaya gak bisa dilihat dari tampanglah, bang. Orang bule semua ganteng dan tampan tapi banyak yang miskin"kilahku.
"Hahahaha...! Bisa aja bang Robby kalau ngomong"
"Aku jauh dari orang tua bang. Aku tidak mau menyusahkan mereka. Petani."
Obrolan obrolan hingga ke berbau sex membuat seru perbincangan kami. Tapi aku menghindar ketika U'uk mengajakku ke rumahnya.
"Aku harus belajar bang. Besok ada ujian"halus aku menolaknya.
Biar bagaimanapun, tujuanku hanya mengumpulkan uang bukan macam macam.Akhirnya kami sepakat kumpul hanya di taman tempat kami nongkrong sekarang.
***
Pulang ke rumah, aku masih menyempatkan diri untuk mengamen dalam bus yang tujuannya arah ke tempat tinggalku. Masih dua bus kota yang ku manfaatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (BI SEX) ALONE
General FictionAPAKAH ANDA PERNAH MERASAKAN DIUSIR DARI RUMAH, KETIKA ANDA KETAHUAN SEORANG 'HOMO atau GAY?' APA BISA ANDA MERASAKAN BETAPA SAKITNYA? ikuti ceritaku Like dan komen ya. Robby Ferdinand biasa dipanggil Robby atau Ferdi di usir oleh orang tuanya karen...