33. Mulyono

323 30 13
                                    

Mobilnya Mulyono meluncur pelan pelan saja melintasi malam. Aku dan Mulyono tidak bicara banyak di dalam mobil. Senyum dan tawa nya yang menghiasi wajah tampannya membuatku ingin memeluk.

Tapi dalam hatiku, khawatir yang berlebihan. Banyak pertanyaan dalam hatiku tentang pertemuan ini.
Dari penampilannya saja aku sudah tanda tanya. Selama kerja di bangunan yang dulu Pak Mul lebih banyak memakai kaos.

Sekarang, dia benar benar macho. Lengan panjang dimasukkan kedalam blue jeans biru, membuat dia semakin tampan dan gagah.

"Kenapa senyum senyum dari tadi, mas"tanyaku.

"Iya By. Gak nyangka ketemu sama kamu. Ngamen lagi. Kurasa pasti ada yang suka dengan kamu pakai topi, By. Tampan mennnnn"

"Bisa gak mas, kalau tidak bawa bawa fisik? Aku dari dulu mulai kenal mas kan sudah begini. Tidak oplas mas. Mas kalau sama Handi selalu memuji ya"

"Bedalah. Kalau kau duluan aku kenal, tentu lain cerita By. Kita bicara tentang kita saja ya" Tangannya meraih tanganku dan digenggamnya lalu diciumnya. "By, mau kau tinggal sama aku" serius dia bicara dan tanganku diletakkan di dadanya.

"Mas Mul, tadi salah makan apa, sampai sampai gegar otak macam itu"jawabku.

"Perasaan ini, By, perasaanku tidak bisa kuingkari. Doa yang selama ini kupanjatkan ke Yang Maha Kuasa dikabulkan, By, dikabulkan. Aku memohon dalam doa, agar dipertemukan sekali saja dengan kau. Aku tau, By, bila aku datang ke kontrakanmu, kau akan semakin membenciku. Kau akan menolak dan mengusirku. Perih ulu hatiku mengingat itu. Aku hanya berharap kau akan berubah dan bisa menerimaku"

"Dan itu berhasil" kutarik tanganku dari genggamannya. Aku mendengus karena tarikan nafasku. "Mas tadi bilang pasti ada yang suka sama aku. Ada mas, seorang ASN. Dia memberi kartu nama. Dia minta aku menelponnya. Kubilang sama dia bahwa aku bukan Homosex. Tapi dia ngotot, agar bisa ikut ke rumahnya. Dia akan bayar aku melebihi pengasilan ngamenku se hari"

"Kamu suka dan mau?"

"Tidak. Mengenal orang baru sama saja menumbuhkan luka baru, mas. Kalau hanya sekali, mungkin gak apa apa. Tapi kalau aku juga suka, akan runyam urusannya. Aku tidak mau macam macam. Takutnya aku kena sialnya, bukan untungnya"

"Makasih By."

"Untuk?"

"Kau menolaknya".

"Iya ialah aku tolak. Aku ingin fokus nyari duit. Nyari duit bukan seperti yang di tawarkan Om om itu. Beberapa bulan lagi kan pelulusan. Mau konsen belajar."

"Tawaranku tadi gimana?"

"Jangan dulu mas. Biar aku sendiri. Aku tidak mau ribet sewaktu waktu ada yang datang. Mas kan udah dewasa, hidup mapan lagi, pasti mas banyak yang suka. Aku tidak mau mas terganggu karena aku"

"Aku ajak hidup bersama, berarti aku tidak ada yang lain, By selain istriku tentunya"

"Itu kan ada batas kedaluwarsanya mas. Seperti mas dan Handi. Itu kalau benar benar kata mas tidak sama Handi lagi. Tidak langgeng"

"Kamu belajar ilmu hubungan dari mana, By. Sepertinya kamu bisa membaca masa depan?"

"Insting dan fakta mas. Dulu, aku suka sekalai sama mas. Waktu mas memelukku dalam tidur, pertamakali kita se kamar, aku bahagia sekali. Kurasakan denyut 'barang' nya mas di pantatku. Tapi bahagia itu ku tahan, karena tidak ada keberanian dalam diriku untuk mengatakan, aku suka sama mas. Hingga akhirnya rasa suka ku itu hilang terbawa kehadiran, Handi. Jadi ada batas waktunya"

"Kenapa kau mau aku ajak kalau tidak suka lagi sama mas"

"Ketika melihat wajah mas tadi, sebenarnya aku ingin menyentuh pipimu mas. Untuk mengekpresikan rasa dalam hatiku"

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang