Sampai di simpang masuk rumahku, aku melihat banyak orang disana. Ada yang sudah mendirikan tenda di seberang jalan. Semakin dekat semakin jelas kudengar keluhan mereka.
"Robby, banjiiiirrr...banjirr. Kau tak bisa masuk"kata pak Yos tetanggaku.
"Kau banyak barang tidak, Rob"tanya yang lain.
Aku hanya menggeleng.
"Tadi pagi sudah saya taruh di atas bak mandi. Kasur alasnya kubikin"kataku.
Pak Yos menguncang bahuku.
"Kau memang pintar Robby. Kau tau akan ada banjir. Kita kita mana ada pikirannya kesana"
"Kata hati aja pak."alasanku. "Tidur dimana ini"keluhku.
"Nanti kau sama anakku saja, si Fikri. Tuh dah ada penampungan"usulnya. "Kau kesana gih. Besok tidak usah sekolah. Guru guru juga pasti kebanjiran. Sana ada makanan tadi di kirim sama orang yang perduli"lanjutnya.
Aku tidak berfikir tentang makan pada saat itu. Yang kupikirkan apa banjir bisa menyentuh buku dan pakaianku, itu saja.
Kalau sampai bisa kena banjir, mampus aku. Aku tidak cukup banyak uang untuk membeli.
Aku mengalihkan perhatianku ke pandangan mata warga yang melihat ke satu arah. Exell.
Aku tidak bisa mengelak lagi. Karena dia sudah mendekat. Berbasa basi ke warga lalu mendekatiku.
"Kontrakanmu ikut banjir, By?"tanyanya yang di sahuti warga.
"Ya pak. Kasihan Robby. Tadi sudah kusuruh ke tenda pengungsian biar dia sama anakku disana"
"Tidak usah pak. Biar Robby ikut saya"Exell yakin sekali aku mau.
"By, Robby kau ikut bapak ini saja gih"minta ibu yang didekat kami.
"Iya Rob, dari pada di tenda. Kamu ikut kokoh aja"pinta yang lain.
"Maaf koh, Robby di sini saja sama warga. Biar bagaimanapun senasib dan sepenanggungan"jawabku.
"Robby, ada yang enak malah milih menderita. Hidup kamu dah susah Robby"pak Yos geregetan.
"Karena sudah terbiasa pak"jawabku.
"Terserah kau sajalah"kesalnya pak Yos.
"Robby kalau kau tidak mau, bisa tidak bicara sebentar di mobil"pinta Exell.
"Sana By. Barangkali ada yang penting"pak Yos masih usul.
"Ok, tapi sebentar saja ya. Aku mau istirahat"kataku.
Pak Exell permisi ke warga untuk meninggalkan mereka.
Didekat mobil Exell menyuruhku masuk. Tapi kutolak.
"Robby, didalam kan lebih enak bicaranya. Disini dilihatin orang"
Dengan berat hati aku masuk.
Exell menyalakan mobilnya. Aku langsung protes."Biar acnya nyala, By. Keras banget hatinya"gerutu Exell.
"Mau bicara apa? Bicaralah"kataku.
"Kenapa kau menghindar?"
"Menghindar? Dari siapa? Dari pak Exell?"
"Iya dari aku"
"Janji mau jemput, mana manusianya. Biasanya datang, seminggu kemana saja itu manusia. Handoko. Kalau jumpa dengan Handoko mesara sekali itu manusia"
"Aku sibuk Robby. Banyak urusan yang harus kuselesaikan"
"Koh, kalau kokoh tidak datang datang ke aku, mungkin tidak ada sakit hati di dada ini. Apa tidak ada niat memberitahuku sedikitpun. Di Resto ada kesempatan untuk bicara tapi sibuk dengan pak Handoko. Aku tidak mau pak. Tidak mau jadi permainan kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (BI SEX) ALONE
General FictionAPAKAH ANDA PERNAH MERASAKAN DIUSIR DARI RUMAH, KETIKA ANDA KETAHUAN SEORANG 'HOMO atau GAY?' APA BISA ANDA MERASAKAN BETAPA SAKITNYA? ikuti ceritaku Like dan komen ya. Robby Ferdinand biasa dipanggil Robby atau Ferdi di usir oleh orang tuanya karen...