57.

263 27 18
                                    

Dalam 2 bulan terakhir, Exell sudah bisa mungkin mengerti bagaimana lelahnya menyetir sendiri atau alasan lain, mungkin sudah mendapat pasangan yang cocok, Exell sudah jarang menemuiku.

Aku sangat bersyukur. Karena tidak ada drama lagi yang akan tercipta. Ingin disayang, rasa cemburu dan pertengkaran dan lain lainnya tidak akan pernah terjadi lagi. Sebenarnya tidak ada rasa cinta dihatiku sejak dia mendekatiku. Aku hanya suka permainannya dalam bercinta, yaitu memuaskan hasratku dengan semua permainannya. Itu saja.

Aku tidak mengharapkan janji janjinya soal uang yang akan diberikan padaku. Pelit, adalah kata yang tepat buat Exell.

Mulyono, yang kucintai sejak pertama bertemu dan juga mencintaiku, mungkin sibuk dengan pekerjaannya. Ku akui, dia sering mengunjungiku di akhir pekan.

Tapi tidak untuk bulan terakhir, yang hanya datang pada hari biasa tanpa menginap. Aku tidak pernah mempertanyakannya, karena akan menimbulkan waksangka, kecurigaan yang akhirnya perdebatan.

Seperti yang pernah ku katakan, biar hanya sekali dalam seminggu atau dalam sebulan, aku akan tetap melayani. Karena Mulyonolah Cinta pertamaku. Disamping pemberian pemberiannya, seperti uang saku, tentu aku tidak akan memulai pertengkaran.

Hari hari kuliah kujalani seperti biasa. Pulang kuliah lanjut kerja, yang bisa membuatku melupakan mereka sejenak.
Hari Rabu sama seperti hari hari yang lain. Tapi Rabu ini adalah hari bersejarah bagiku.

Ruang kuliah kami geger atas kedatangan Seorang Polisi. ( Maaf aku tidak mengerti tentang pangkat serta lambang lambang yang ada di baju dinas Polisi )

Admin Kampus kami membawanya pagi itu ke ruang kelas kami kuliah. Pak Dosen yang mengajar buru buru menyalami setelah di perkenalkan Admin Kampus.

"Om Pierr"sebutku pelan. Aku gemeteran.

"Mohon maaf pak Dosen, ada tamu untuk Robby" katanya cewe cantik admin di kantor kampus kami. Spontan mata seluruh Mahasiswa/i tertuju padaku.

Setelah Admin kampus kami pergi undur diri, Mahasiswa yang di dalam kelas melihat Om Pierr bergantian ke aku.

Mungkin mereka bertanya tanya orangtua atau saudara ku yang datang. Teman semejaku bertanya pelan ke aku.

"Ayahmu Robby"tanyanya. aku hanya tersenyum menjawabnya. Kemudian Pak Dosen memanggil namaku.

"Robby, silahkan keluar sebentar"seru pak dosen dari depan pintu. Semua mata tertuju padaku saat berjalan menemui Om Pierr dan kusalami dengan mencium punggung tangannya.
Dan Om Pierr memelukku.

"Terima kasih Pak. Saya bawa Robby sebentar."kata Om Pierr yang dianggukkan Pak Dosen kami. "Maaf menggangu."Om Pierr mengakat tangannya ke teman temanku se kelas.

Saat berjalan keluar, aku masih tanda tanya besar atas kunjungan Om Pierr. Hingga kuberanikan diriku membuka pembicaraan.

"Om Pierr dalam rangka bertugas ya ke kampus Robby"polosku bicara.

"Tidak."

"Terus ambil Robby dari kelas mau ngapain Om"

"Mau menemui kamu, Robby. Sebentar saja Om mau bicara. Kita ke Mobil Om ya"

"Mau bicara apa Om. Robby ada salah ya, Om."aku ketakutan sekali.

"Masuk Robby"perintahnya setelah dekat mobilnya. Aku membuka pintu dan masuk. Hatiku tidak karu karuan duduk disampingnya.

"Kenapa kau ketakutan Tampan? Sampai keringatan begitu"tanyanya.

"Robby belum pernah bermasalah dengan Polisi Om. Salah apa Robby. Apa ada hubungannya dengan Ihot, Om" aku semakin ketakutan karena pikiranku ke Ihot. Apa Om Pierr tau sesuatu tentang aku dan Ihot anaknya. Aku semakin ketakutan.

MY LIFE (BI SEX) ALONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang