Karena ultimatum Ayahku yang tidak bisa menerimaku lagi akibat penyimpanganku, aku mengurus sendiri surat surat kepindahan sekolahku. Pertanyaan pertanyaan guru guru dan teman teman sekolahku hanya kujawab dengan 'Ikut Bapa Udaku'.
Tidak kutunjukkan sikap bahwa sebenarnya aku di usir oleh orang tuaku sendiri.
"Siapa yang memukulmu By? Bilang sama aku biar ku habisi dia." Benny teman sebangku bertanya. Aku hanya diam. "Aku yakin kepindahanmu yang mendadak begini karena ini"katanya menyentuh sudut bibir ku.
"Ahh kau ini. Sok tau kalipun kau."bohongku mengelak dari sentuhan tangannya. "Ini karena kepentok sama pintu. Engsel pintu kamarku rusak. Waktu kubuka pintunya ehhhh balik lagi. Kena lah bibirku"jawabku.
"Terus terang By, aku kehilangan sahabat yang pintar dan tampan"katanya menarik tanganku untuk duduk dibawah pohon akasia di sudut sekolah kami.
"Ben! Terimakasih kau sudah perhatian. Kita hanya menuntut ilmu di tempat yang berbeda saja. Soal kehilangan seperti yang kau bilang, nanti juga kita akan berpisah. Sama saja menurutku"
"Benar By. Itu kalau kita lulus. Ini kan kamu pindah. Terus gimana sama si cantik Elsa? Hari ini dia tidak masuk. Apa kau gak pamit sama dia?"
"Sampaikan saja salamku ya. Toh selama ini kita hanya berkawan"
"Berkawan? Maksud kau apa?"
"Aku tidak ada rasa sama dia. Dia yang suka sama aku"
"Alamaaak. Kok gitu kau cakapnya, By?"
"Emang itu adanya. Jadi selama ini orang tengok kami akrab, itu hanya keakraban sebagai teman. Kalau tak percaya, tanya saja dia"
"Bisa bisanya kau"
"Ya begitulah. Kalau kau naksir dekati dialah. Yang penting persahabatan kita tetap"
"Kau gak merasa sedih apa ninggalin sekolah kita"
"Sedih gak sedih aku harus pindah Ben."
"Kirim kirim suratlah nanti ya"
"Pasti aku kasih kabar. Oh ya Ben, aku pulang dulu. Kau juga masuk kelaslah"
"Ok By. Rindukan aku ya"
Aku hanya mengangguk, menyalaminya dan pergi.
****
Tiba di rumah, ternyata Ibuku, mak Uda dan Bapa Udaku sudah dirumah.
Aku langsung masuk ke kamar untuk membereskan semua yang hendak aku bawa.Buku Matematika, Bahasa Inggris dan Pendidian Moral Pancasila buku Raport SD, SMP dan SMA kumasukkan dalam tasku di samping 3 potong seragam sekolah dan 4 pasang pakaian sehari hari, hanya itu yang kubawa.
***
Air mata ini tidak hentinya menetes mengingat kemarahan Ayahku yang telah mengusirku. Hanya karena rasa malu nantinya bila ketahuan orang orang, aku tega diusir. Padahal aku sudah memohon untuk tetap tinggal dengan satu komitmen, Tidak akan membuat mereka malu. Aku menangis sesugukan.
Tiba tiba pintu kamarku terbuka.
"Anak biadab. Menjijikkan. Menyukai laki laki ketimbang perempuan"suara Ibuku setelah menutup kamarku.
"Ibu tidak usah mengatai aku seperti itu. Aku juga tidak pernah meminta untuk Ibu lahirkan seperti ini. Kupikir Ibu dan Ayah mengerti. Aku bisa aja berbohong ke Ayah dan Ibu atas kejadian kemaren. Tapi kalian mendidik aku harus jujur dalam bertindak dan berkata. Tapi...."
"Ibu juga tidak pernah berharap akan melahirkan anak anak Ibu menjadi Homosex macam kau"
"Aku berjanji, tidak akan pernah kembali lagi ke kalian, karena sudah menganggap aku bukan anak kalian lagi dengan mengusir aku. Jadi Ibu tidak usah berbicara banyak lagi. Besok pagi pagi aku sudah pergi"
"Lebih baik begitu." kata Ibuku dan meninggalkanku.
Sebenarnya aku ini anak mereka bukan? Sepertinya tidak ada arti kata 'Ampun', 'Maaf' bagi mereka. Kenapa mereka sangat membenciku? Ada apa dengan Ayah dan Ibuku?
Aku duduk di bangku meja belajarku menutupi wajahku. Belum terbayang arah kaki ini akan membawaku kemana. Akan sekolah dimana. Hanya tekad yang ada. Tekad meninggalkan orang tua dan adekku. Tekad untuk melanjutkan sekolah. Tekad ingin menjadi sukses.
"Bisa masuk Robby?" suara Bapa Udaku.
"Siapa kamu? Kau yang menghancurkan hidupku. Aku sudah memohon mohon agar kau tidak beritahu Ayahku. Akibatnya apa? Ingat kau ya, tidak akan pernah dalam hidupku kenal manusia macam kau. Pergi kau" kataku dan mendorongnya keluar.
*
Aku merebahkan tubuhku ditempat tidur. Mataku menerawang ke setiap sudut masa masa bahagiaku bersama keluargaku. Memikirkan nanti aku akan tinggal dimana. Memikirkan bagaimana nanti aku hidup dengan hanya berbekal uang pemberian Ayahku.
Tok
Tok
Tok
"Bang....buka pintunya bang" suara adekku Miko dibalik pintu.
Aku hanya diam. Hingga Miko mengetuk berulang ulang dan memanggil namaku.
Aku mendengar dia memanggilku dengan menangis."Baaaaang....bu...kaaa pinn...tunya"isaknya yang kudengar. Dan aku turun dari tempat tidurku dan membuka pintu. Dia langsung memelukku dalam tangisnya.
"Heeii kenapa menangis sayang"tanyaku dengan senyum terpaksa.
"Abang kenapa pergi?. Bapa Uda tadi bilang"
"Hanya pindah sekolah adekku"
"Tapi kenapa?"
"Ayah dan Ibu ingin abang sekolah di kota, agar nanti mudah mencari kerja setelah lulus"bohongku dengan ulu hati perih.
"Siapa yang akan ajarin Miko baaaaang, siapaaa"masih dalam tangisnya.
"Kau itu pintar sayang. Abang yakin kamu bisa"kataku.
Miko tidak tau ternyata aku telah diusir. Berarti Ayah, Ibu dan Bapa Udaku tidak cerita sama Miko.
Aku dan adekku berbincang tentang aku nanti ditempat baru. Semua ceritaku akan bagaiman dan dimana nantinya aku berada, bohong semuanya hanya agar Miko senang. Tidak ada lagi kejujuran berbicara yang keluar dari mulutku. Ajaran kebaikan dan kejujuran itu sudah hilang semua.
"Besok Miko berangkat sekolah sambil antar Abang ya"pintanya. Aku sedih mendengarnya. Karena besok pagi, sebelum dia bangun aku sudah akan meninggalkannya.
"Iya sayang. Besok kamu antar abang"kataku dan memeluknya. Air mataku tidak bisa kutahan lagi. Miko melepaskan pelukanku dan menatap wajahku. Dia menghapus air mataku.
"Miko sayang abang" katanya. Kupeluk erat lagi adekku. Makin deras air mataku mengalir. Kubayangkan bagaimana dia akan tumbuh dewasa nantinya tanpa kami bisa bersua. Akankah aku kembali bersama adekku nanti?
"Abang juga sangat sayang sama kamu Miko. Hanya kau adekku satu satunya" suaraku serak masih memeluknya. Segera kuhapus air mataku. "Doakan abang ya. Libur nanti abang akan pulang"bohongku. Miko tersenyum. Senyumannya getir kurasakan.
"Abang beres beres dulu ya sayang. Oh iya ambilkan handuk abang gih, dikamar mandi"kataku.
Miko langsung beranjak. Bapa Udaku melongokkan lagi wajahnya yang sendu menatapku."Terima kasih sudah memberi pelajaran berharga buat aku. Tapi tolong jangan ganggu aku"
"Robby, Uda sangat menyesal"
"Terlambat. Jangan pernah mengasihi aku. Ingat apa yang telah aku ucapkan" kataku
"Permisi Da, Miko mau kasih handuknya abang" Miko dengan handukku ditangannya membuat Udaku menyingkir.
"Letakkan diatas tas abang, Ko"pintaku ke adekku. Setelah pintu kututup, Aku dan Miko adekku berbincang bincang sambil merapihkan tas bawaanku.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/320273637-288-k192305.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (BI SEX) ALONE
General FictionAPAKAH ANDA PERNAH MERASAKAN DIUSIR DARI RUMAH, KETIKA ANDA KETAHUAN SEORANG 'HOMO atau GAY?' APA BISA ANDA MERASAKAN BETAPA SAKITNYA? ikuti ceritaku Like dan komen ya. Robby Ferdinand biasa dipanggil Robby atau Ferdi di usir oleh orang tuanya karen...