Hampir 2 jam lebih aku menunggu, jarum jam dinding di warung itu sudah menunjukkan angka 11 lewat 20. Maka kupesankan Mie Instan buat mengisi perutku.
Buku kuliahku sepertinya mau habis bab demi bab kubaca, tapi yang kutunggu tunggu belum juga datang.
Tak sadar ku sebut nama Om Pierr, 'Pierr Roland', kau sudah membuatku menderita. Kalau bukan kau pemilik yayasan tempatku sekolah, dan biaya kuliahku se tahun kau yang membayar, kau sudah kutinggalkan, Om"gumamku sambil membereskan buku bukuku. "Karena rasa hormatku padamu, aku setia menunggu seperti seorang pembantu, setia membukakan pintu menunggu Tuannya" kesalku.
Pukul 12 kurang 2 menit mobil itu datang juga. Dengan berani aku mencegatnya. Polisi muda yang menjadi supirnya membuka kaca pintu dan marah mengumpatku.
Kudekati Om Pierr yang sudah membuka kaca mobilnya.
"Maaf Om, Robby harus kerja."kataku. Dia tidak mengeluarkan sepatah katapun. Dia memerintahkan mobilnya di masukkan dan menyuruh polisi muda itu menunggu di parkiran.
"Om minta maaf Robby sudah melupakanmu. Tunggu sebentar ya, Om kedalam dulu. Nanti Om antar ke tempat kerjamu" katanya.
"Tidak usah Om, takut terlambat. Silahakan Om menyelesaikan urusannya. Tidak usah pikirkan Robby"jawabku.
"Katakan tempat kerjamu dimana"
Kusebutkan dimana aku bekerja dan berbalik dari hadapannya.
"Robby, Om benar benar minta maaf"katanya. Aku diam saja karena tidak mengerti yang telah ku alami barusan.
Saat aku melangkah, aku bingung angkot mana yang akan kuambil, karena aku tidak tau, jurusan angkot dari kantor Kepolisian itu. Terpaksa aku balik lagi ke warung untuk bertanya.
"Itu jauh bang. Lebih baik Abang naik ojek"
"Mahal tidak pak ongkos ojeknya"
"Lumayan itu bang. Kalau tidak, abang naik ojek sampai simpang. Bilang sama abang ojeknya, nah dari situ abang naik angkot lagi. Bisa irit"jelasnya.
"Maksih pak"kataku dan pergi menuju ojek pangkalan tanpa buang buang waktu lagi.
***
Ditempat kerja, konsentrasiku pecah. Masih ke Om Pierr pikiranku. Apa maksud dan tujuannya menemuiku? Justru aku semakin takut dengan kehadirannya. Apa dia sudah tau aku dan Ihot ada hubungan? Ini membuat cemas diriku.
Apa nanti yang akan kukatakan bila Om Pierr menanyakan hal tersebut?
Apa kemungkinan dia mencabut beasiswa yang diberikan?.Untuk menghilangkan rasa was wasku, kusibukkan diriku, membersihkan kamar, mengganti sprei dan mengepel.
Pukul 5 lewat sore itu, saat aku mengobrol dengan resepsionis kami, ada tamu yang datang.
"By, kamu siap siap antar tamu ke kamarnya"kata Vanny dengan pandangan ke tamu. Kuikuti arah matanya..
"Om Pierr"sebutku. Vanny melihat ke aku. "Kamu kenal By?"tanya Vanny.
Aku tidak menjawab karena Om Pierr sudah menyapa lebih dulu.
"Selamat sore"sapanya dengan ramah.
"Selamat sore, pak."Sambut kami berdua. "Ada yang bisa Vanny, bantu?"ramah Vanny melayani.
"Mau buka kamar, mba."sahutnya. Aku memperhatikan Om Pierr dengan balutan kaos ketat seragam Polisi dan Celana yang masih di pakai tadi. Sengaja aku pura pura tidak mengenalnya saat regis di resepsuionis.
"Pak, kuncinya. Silahkan menikmati istirahatnya."Vanny mempersilahkan Om Pierr. Aku tidak disuruh antar karena Om Pierr tidak mebawa apa apa.
Tapi setelah Om Pierr menuju kamarnya, dia kembali lagi.
Hanya memberikan senyumnya ke kami dan keluar..
KAMU SEDANG MEMBACA
MY LIFE (BI SEX) ALONE
General FictionAPAKAH ANDA PERNAH MERASAKAN DIUSIR DARI RUMAH, KETIKA ANDA KETAHUAN SEORANG 'HOMO atau GAY?' APA BISA ANDA MERASAKAN BETAPA SAKITNYA? ikuti ceritaku Like dan komen ya. Robby Ferdinand biasa dipanggil Robby atau Ferdi di usir oleh orang tuanya karen...