"I don't have anything to talk about."
"I do."
---*---
"This bitccccchhhh!!!!!"Jeonghan terkaget mundur. Badannya terdorong ke belakang saat Jisoo meneriakinya tepat setelah ia membuka pintu.
"Lo balik kenapa gak bilang? Tiba-tiba nelfon terus nyuruh gue ke sini? Ini lagi, kenapa kok lo balik ke apartement sini sih? Lo kangen gue ya sampe maunya balik tinggal di sini? Bukannya lo jadi tuan muda sekarang? Penthouse lo itu apa kabar? Terus kok lo sendiri? Laki lo mana?"
Jeonghan menutup matanya penat. Belum 10 detik tapi banyak sekali pertanyaan yang harus ia jawab.
"First, bisa kita duduk dulu?"
"Oh iya bener. Oke kita duduk!" Jisoo berjalan melewati Jeonghan dan mencari posisi nyaman di sofa ukuran sedang yang menjadi favorit duo sahabat ini saat Jisoo kuliah di UK.
Jika Jeonghan menempuh pendidikan masternya di US, Jisoo memilih UK untuk menimba ilmu setelah lulus bachelor di US, di kampus yang sama dengan Jeonghan. Mereka seatap lagi saat Jeonghan bilang butuh teman berbagi apartment di Inggris saat melanjutkan pendidikan doktoralnya. Jisoo tentu dengan senang hati menyambutnya. Ia kemudian pindah saat Jeonghan menikah dan sekarang ia tinggal dengan Seokmin, pacarnya.
"Soo, dengerin gue." Jeonghan mengambil tangan Jisoo, membawanya ke pangkuannya. Ia menatap serius sahabatnya.
"Lo sahabat gue. Sahabat baik gue. Kita bareng-bareng dari kita SD. Kita gak pernah pisah kecuali waktu kuliah kemaren. Lo tau banget gue, pun sebaliknya. Sebelumnya gue mau bilang makasih karena lo udah banyak banget bantu hidup gue, termasuk mau ngurusin prenup gue sebelum gue nikah kemaren...." Jeonghan berhenti sebentar.
Jisoo mulai mencium ada yang aneh dengan Jeonghan, "Han, bentar. Ini kenapa? Lo kenapa?"
Jisoo makin panik saat dilihatnya Jeonghan mengadahkan kepalanya, berusaha mencegah air matanya tumpah.
"Lo cerita ke gue atau bentar deh, lo tenangin diri dulu. Sini Han..." Jisoo menggeser duduknya, berusaha meraih Jeonghan dan memeluknya erat. Kemudian tumpah sudah tangisannya. Jeonghan menyembunyikan kepalanya di leher Jisoo. Mengeluarkan segala yang mengganjal di hatinya.
"Nangis aja Han, keluarin aja. Gue di sini. Gue di sini sama lo. Gue percaya lo, selalu. Gue di sini Han..." Jisoo menepuk pelan belakang kepala Jeonghan yang menangis makin hebat.
"Gue...gue mau pisah."
"HAH? GIMANAAA?" Jisoo berteriak kaget. Cukup untuk membuatnya terlonjak sedikit ke belakang.
"Gue mau pisah. Gue udah gak tahan. Gue mau pisah aja sama Seungcheol." Jeonghan mengatakannya masih dengan terisak.
"Kenapa Han? Ada apa? Lo diapain? Lo dipukul? Dia maksa lo having sex? Kenapa Han? It's so sudden. Kalian kenapa?"
"He is cheating." "FUCK?! WHAT? WHAT THE FUCK?"
"He's cheating. With her. You know who. Dia...dia bareng terus sama perempuan itu. Nginep. Dia ninggalin gue. Ninggalin anak gue, dia..."
"Wa...wa..wait! Anak? Gimana?"
"I'm pregnant."
"WHAT THE ACTUAL FUCK JEONGHAN? HAH? CONGRATS!!! OMAGAH!!" Jisoo histeris. Persetan dengan sahabatnya yang ingin bercerai, Ia akan segera punya keponakan!!
"Udah 19 minggu."
"Hannnn.... ya ampunnnnn bayii sayang. This is Joshuji! Halooooo!" Jisoo mengusap perut Jeonghan lembut. Jeonghan balas tersenyum. Bertambah satu lagi orang yang menyayangi anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death