Kapan ya Ruga bisa mandiri dan bisa berteman?
---*---
"Pake stem cell aja. Temen Papi ada kenalan yang bisa ngobatin pake stem cell di Singapore."
Seungcheol hanya bisa menghela napas berat saat akhirnya ia mengumpulkan seluruh keluarga dan membahas masalah Ruga. Semua tentu kaget, shock. Tidak pernah menyangka kalau si kecil Ruga mendapat diagnosis begitu. Seungcheol pun berusaha maklum saat Papi merekomendasikan pengobatan ini itu, rumah sakit ini itu, dokter si ini si itu.
Ya karena memang semua orang di keluarganya begitu awam dengan 'fenomena' ini.
Beruntung, Jeonghan bisa menjelaskan bahwa Ruga hanya butuh diterapi dan didampingi saja, dibantu jika memang dibutuhkan, dan semua orang harus lebih sabar karena ada beberapa aspek yang tentu saja terlambat dari bayinya.
"Nanti semua mobilannya Mas buat Adek aja!"
Seungcheol mengelus kepala Rayya sayang. Si sulung paling pengertian. Ruga paling anteng jika sudah dipangku oleh Masnya ini. Terlihat sesekali tertarik jika Rayya berbicara apalagi saat diajak main tennis karena tentu...penuh bola!
Mas favorit!
"It's okay if Ruga want me to read the same book over and over again. I'll love to do it!"
Aluna, si Kakak yang selalu senang meski Ruga yang sudah mulai merambat akan berdiri berpegangan pada meja tempat biasa Aluna menggelar pesta minum tehnya hanya karena bayi gendut itu tertarik dengan bola kristal berisi Elsa yang menari di dalamnya dan sengaja ditaruh di atas meja untuk mempercantik pesta minum teh. Dan Kakak yang sabar sekali terus menerus mengulang satu buku cerita dengan sampul bebek kuning besar untuk kembali dibacakan setiap malam hanya demi melihat mata Ruga berbinar karenanya.
"Kalo si Endut gak seru, Ara yang bikin seru!!"
Si anak tengah akhirnya kibarkan bendera perdamaian. Bermenit-menit memperhatikan Ruga yang diam saja saat ia ajak berjoget lagu disko ayam favoritnya karena matanya terus terpaku pada roda bis yang ia putar hingga hampir lepas dari badan bisnya. Tapi Ara tidak apa-apa. Ia akan mengajak Adiknya memantulkan gym ball milik Yanda dan tertawa bersama.
Seungcheol lega.
Seluruh keluarga besarnya begitu pengertian dan mendukung kemajuan perkembangan Ruga.
"Gak papa sayang, ini pasir nih. Gak papa, sama Yanda yuk pegang yuk. Geli ya? Geli ya Adek ya?"
Seungcheol tersenyum melihat Jeonghan begitu sabar menemani sesi sensory integration meski wajah Ruga tegang dan mulai memerah disertai mimik ingin menangis dan tangan kanan yang meremas tangan Jeonghan kuat-kuat. Pasti tidak nyaman. Usianya sudah 20 bulan dan Ruga sensitif sekali dengan segala rangsangan sensori. Pernah, mereka semua mencoba MRT di hari Sabtu pagi. Ruga menangis karena cahaya dari jendela membuat indera penglihatannya tidak nyaman dan Seungcheol harus menutup sebagian wajah bayinya dari rangsangan cahaya.
Memang begitu.
Atau Ruga yang sulit sekali memakan menu lain selain ayam karena anaknya 'malas' mencoba hal-hal baru dan membuat satu rumah pusing memasak ini dan itu. Jeonghan yang biasa sangat handal dan sabar mengurus bocah yang sedang GTM, tentu menangis di malam hari saking stressnya si anak sulit sekali makan menu lain. Beruntung Ruga masih ASI. Setidaknya berat badannya tak turun drastis, meski cukup mendapat tertawa kecil dari Prof. Bas dan berkata, "Gak papa, pelan-pelan aja. Dia belajarnya memang gitu. Hidungnya sensitif sama makanannya baru, makanya jadi males coba yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death