"Rayya, Aluna, Ara, semuanya beda sayang. Ruga juga beda. Setiap anak itu beda. Gak perlulah pikirannya ke mana-mana."
---*---
"Ara, Yanda minta tolong boleh?" Jeonghan duduk di pinggir ranjang dengan Ruga di pelukan, menatap mata Ara yang sudah wangi sehabis mandi sore dan bermain lego di kamar Ayah dan Yanda.
"Boleh..." Ara ikut naik ke kasur, menatap penasaran pada Yandanya yang terlihat serius.
"Yanda mau ke kamar mandi sebentar, mau poop. Sebentar aja. Yanda minta tolong liatin Adek sebentar ya? Diliatin aja sayang biar adek gak geser-geser ke pinggir kasur." Jeonghan harap-harap cemas. Sungguh ia sudah sangat ingin buang air tapi kondisi rumah yang sepi membuat niatnya tertahan lama sekali.
Hari ini Rayya ikut seleksi untuk kejuaraan kelas junior tennis, tentu Seungcheol yang mendampingi dan Aluna yang ikut menjadi supporter. Mbak Mirna turut serta karena Jeonghan minta tolong untuk membeli beberapa kebutuhan anak-anak yang perlu untuk dibeli. Sementara asisten rumah tangga yang lain sedang kerja bakti membersihkan halaman belakang karena sedang musim demam berdarah. Jadilah hanya Jeonghan, Ara, dan Ruga di dalam rumah.
Kenapa si nomor 3 tidak turut serta? Anak itu mengeluh dadanya tidak enak dan tadi siang saat pulang sekolah memang Ara terlihat tak bersemangat dan badannya hangat. Jadilah ia di rumah saja. Sekarang ia sudah wangi sehabis mandi air hangat dengan rambut mangkok yang tersisir rapi dan perut gendut menyembul tertutup baju lengan panjang yang ia kenakan. Sedikit berenergi untuk sekadar menggelar legonya di kamar Jeonghan.
"Lama lama ya?" Ara melirik pelan Ruga yang sibuk memainkan kancing piyama Yandanya.
"Sebentar sayang, nanti Ara liat jarum panjangnya ke angka 6, Yanda udah selesai. Dilihatin aja, Nak. Gak usah ngapa-ngapain kok Ara. Nanti kalo Adek minggir-minggir sendiri, bisa teriak panggil Mbak Nita oke? Sebentaaaarrr aja." duhhhh Jeonghan benar-benar sudah tidak tahan!
"Oke!" Ara mengangguk mantab. Rasanya bukan hal yang terlalu sulit.
Jeonghan tak punya pilihan lain. Meski Ara masih dalam masa adaptasi dengan kehadiran Ruga, selama kurang lebih 6 bulan ini belum benar-benar ada sesuatu yang 'besar' yang dilakukan bocah itu pada adiknya. Memang, beberapa kali ada pukulan kesal disertai tangisan, tapi ya...itu saja. Jeonghan masih bisa mengatasi.
Usia Ara sudah menginjak 5 tahun, tahun ini. Jeonghan sudah banyak berbicara (oke, bersitegang lebih tepat) dengan Seungcheol yang makin sensitif dengan perlakukan Ara yang terbilang ekstrem. Bocah ini cenderung sulit kendalikan emosi dan pergerakan tubuhnya. Komunikasinya belum terlalu lancar, beberapa orang juga bilang jika Ara 'aneh'. Jeonghan tau sekali. Maka, Jeonghan memaksa Seungcheol untuk ikut memeriksakan Ara pada Seokmin untuk melihat perilaku anak itu dan diteliti. Hasilnya, ada kecurigaan Ara alami ADHD.
Terjawab sudah segala pertanyaan mengenai perilaku Ara yang makin terlihat saat ia memasuki usia sekolah. Anak itu sulit duduk diam, banyak bicara meski topiknya sering kali lompat-lompat, di usianya 4 tahun ia terlihat stress dan tak mau sekolah bahkan histeris jika pagi hari tiba yang tandanya ia harus bersiap untuk ke sekolah, dan masih banyak lagi. Jeonghan pikir, Ara hanya memiliki karakter yang berbeda dengan saudara-saudaranya. Rayya terlihat lebih tenang, cara berpikirnya lebih runut, dan putra sulungnya memang cepat sekali tanggap, terlihat sangat enjoy dengan aktivitas sekolahnya. Pun dengan Aluna, putri satu-satunya itu bahkan jadi bintang kelas, selalu ingin tampil, menata barangnya dengan rapi, ingat dengan segala tugas-tugas sekolahnya, dan bisa bergaul dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death