Chapter 17 (21+)

3.6K 83 5
                                    


Warning!!

MATURE CONTENT! 

21+

"Saya sayang sekali sama kamu Jeonghan."


---*--


"Noo....no...no... Sayang udah taro aja, ntar aku yang beresin!"

Jeonghan mundur perlahan saat Seungcheol menghampirinya dan mengambil beberapa baju mereka yang akan ia letakkan di lemari. Acara pindah rumah memang tidak pernah mudah. Pun bagi Seungcheol dan Jeonghan yang telah memiliki banyak pengalaman soal ini. Bahkan setelah 2 minggu menetap di London, rasanya tidak selesai-selesai kegiatan mereka mengeluarkan barang-barang dari box. Meski sudah menyewa jasa organizer profesional, nyatanya mereka tetap senang menata beberapa barang pribadi sendiri agar sesuai selera mereka.

"Aku cuma mau masukin ke lemari!" Jeonghan lama-lama kesal juga dengan kelakuan Seungcheol yang melarangnya ini dan itu. Ingin sekali Jeonghan berteriak bahwa ia hanya hamil, bukan sakit. Tapi kenyataan berkata lain, Jeonghan bahkan lebih banyak rawat inap di rumah sakit ketimbang pergi ke salon bahkan untuk sekadar potong rambut.

"Nope. Enggak, kita gak tau nanti Adek capek atau gimana. Kamu tau aku parno tiap kamu kram lah, apalah. Enggak ya sayang, aku aja. Kamu mending duduk baca buku atau yoga atau apalah terserah." Seungcheol berkata bahkan tanpa menatapnya. Sibuk dengan acara beberes baju, membuat Jeonghan menghentakkan kakinya kesal.

"Aku khawatir. Udah ya. Gak usah ngambek gitu. Kamu boleh bikinin aku kopi di mesin kopi yang kamu pilih kemarin. Belum beneran nyobain kan?"

Jeonghan memutar bola matanya malas. Mesin itu bahkan hanya tinggal pencet, cukup memasukkan coffee capsule dan tekan satu tombol, selesai. Seungcheol menyuruhnya seakan-akan ia harus unjuk gigi bak barista hanya untuk membuat Jeonghan merasa sedikit berguna. Jeonghan tetap berjalan ke pantry dan membuatkan kopi untuk Seungcheol, mungkin bisa membuatnya sedikit terhibur karena akhirnya bisa melakukan sedikit pekerjaan rumah. Mereka di sana masih berdua, Mbak Nita masih tertahan kembali ke Jakarta karena urusan Visa dan di sinilah Seungcheol kembali repot harus mengurus rumah dan pergi ke kantor.

"Beth apa kita suruh nginep ya sayang?"

Maribeth, perempuan kulit hitam berusia 46 tahunan yang membantu keluarga ini bersih-bersih 2 hari sekali. Rumahnya ada di belakang tower apartment mereka. Beth tinggal sendiri karena suaminya sudah meninggal dan anak laki-laki satu-satunya sedang berkuliah di Liverpool.

"Aku makin gak ngapa-ngapain kalo dia di sini." Jeonghan menaruh cangkir kopi di depan Seungcheol yang duduk menyusulnya ke pantry.

"Anggep aja nemenin kamu di sini. Lumayan kan ada temen ngobrol. Jisoo masih ikut Seokmin kan?"

"Terserahlah...."

"Jangan ngambek dong sayang. Kamu kan paham concern aku." tangan Seungcheol mengusap pelan pipi Jeonghan. Membujuknya. Yang dibujuk menolak menatap Seungcheol, masih terlalu kesal.

"Besok belanja deh. Nyicil buat kamar Adek. Kemarin kan wallpapernya udah selesai dipasang."

Kamar mungil bernuansa biru muda dan beberapa pajangan hewan telah siap untuk menyambut bayi kecil mereka. Meski Jeonghan bilang kalau Rayya akan tidur bersama mereka setidaknya sampai usianya 5 atau 6 bulan, tapi keinginan untuk mengubah ruangan yang tadinya ingin Seungcheol gunakan untuk menaruh segala koleksi action figuresnya, tetap disulap menjadi nursery room yang nyaman untuk si kecil.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang