"Be healthy, be happy, my babies."
---*---
Jeonghan berhenti meng-scroll instagram miliknya. Memijat keningnya pelan, efek terlalu lama berhadapan dengan layar dan tentu pening karena seharian ia membaca berbagai komentar yang membuat hatinya nyeri mendadak.
'Itu siapa sih yang di sebelah si Bapak? Cakep banget!'
'Ada yang tau IG Mas yang pake kemeja biru gak sih? Gila bening bener jadi salfok.'
'Duh gantengnya. Bau duit sampe sini. Tipe idealnya gimana Mas? Aku mau memaksakan diri.'
'Sebelahan sama Mbak Mina, cocok banget. Serasi.'
'Cocok deh sama Mina, satunya cantik satunya cakep, sama-sama keliatan berpendidikan. Bisa kali kalian jadian.'
'Mina bening banget anjir. Keliatan elegan lagi, cantiknya~'
Seluruh komentar bernada senada muncul dari berbagai akun yang memposting foto dan vidio suaminya yang sedang menghadiri peresmian beberapa unit bus listrik yang mulai beroperasi kemarin di Jakarta. Suaminya tampak gagah dengan kemeja dan celana bahan, berjalan menjelaskan operasional unit yang mulai beroperasi bersama beberapa pejabat dan tentu orang nomor satu di sana. Peresmian itu juga dihadiri banyak sekali public figure dengan harapan dapat meningkatkan awareness untuk menggunakan transportasi publik pada masyarakat. Termasuk perempuan itu, Mina.
Perempuan yang entahlah mungkin hanya 3 bulan menjalin kasih dengan suaminya sebelum akhirnya Seungcheol berkenalan dengan Jeonghan. Cantik, berasal dari keluarga terpandang, lulusan salah satu universitas terbaik di Indonesia, dan yeah finalis ajang kecantikan kenamaan negara itu. Fisiknya aduhai, perangainya anggun, dan sangat menarik. Namun, ternyata masih tak cukup membuat Ibu Mertuanya menyetujui hubungan tersebut.
Ayah Mina, tersandung kasus korupsi pun dengan Ayah tirinya. Dua kasus yang cukup besar dan menjadi headline di mana-mana. Keluarga Seungcheol tak mungkin membiarkan Mina bersanding dengan sang putra mahkota, kandaslah hubungan mereka.
Jeonghan melempar ponselnya ke sisi ranjang kosong di sebelahnya. Mencoba berbaring dan memejamkan mata. Kepalanya berdenyut pelan. Belum habis segala rasa mual yang mengaduk perutnya sejak dini hari dan meski jam sudah menunjukkan pukul 3 sore, rasa tak nyaman itu belum juga hilang.
Air mata mengalir dari sisi matanya. Jeonghan merasa apa ya...tidak berguna?
Tentu ia senang sekali diberkahi seorang bayi mungil yang nantinya akan meramaikan hari-harinya bersama sang suami. Tapi menghadapi kenyataan bahwa ia hanya bisa berbaring di ranjang, memutuskan untuk cuti kuliah, bahkan resign dari pekerjaan dengan karir yang sudah ia bangun susah payah. Sekarang, Jeonghan hanyalah Jeonghan. Laki-laki hamil yang hanya bisa bergantung pada suaminya.
Usia janin Jeonghan baru sekitar 18 minggu. Kecil sekali. Sudah trimester kedua tapi tubuh Jeonghan masihlah payah. Pipinya menirus dan setiap minggu ia ketakutan naik ke atas timbangan tiap kali periksa ke dokter. Jeonghan tak lagi menarik, pun otaknya dihinggapi ketakutan bahwa ia bisa saja kehilangan janinnya karena tak berhasil memberikan asupan terbaik untuk si kecil. Semua akan jadi salah Jeonghan.
Sementara, lihatlah suaminya! Berdiri begitu gagah dengan karir cemerlang, wajar jika banyak yang menggandrunginya. Termasuk mantan kekasihnya sendiri. Mina punya banyak sekali fans fanatik. Persona yang ia tampilkan di layar kaca sungguhlah sempurna. Cocok sekali bersanding dengan Seungcheol. Seluruh dunia pasti akan tertawa jika mereka kemudian menyadari bahwa pasangan Seungcheol bukanlah apa-apa. Tak selesai lanjutkan studi, tak miliki pekerjaan dan hanya bergantung pada suami, ditambah dengan penampilan yang tak lagi menarik. Kombinasi mematikan dari kehancuran seorang Jeonghan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death