IF I (I Can Hear Your Voice, Ara!) Chapter 3

1.2K 47 0
                                    


"Mau ke dokter aja, mau disinar aja Ayah."


---*---


"Gak bisa napas idungnya!!"

"Ayah sedot lagi ya sama diuap lagi ya." Seungcheol yang memangku Ara menyenter kedua lubang hidung anak itu untuk melihat apakah ada kotoran hidung atau cairan yang menyumbat hidung kecilnya. Badan Seungcheol masih lelah karena kemarin mereka baru saja sampai rumah setelah buru-buru pulang karena si kembar yang kurang enak badan. Awalnya badan mereka hangat, tapi setelah minum paracetamol, mereka masih sempat menikmati satu hari di Disneyland (dari total 5 hari seharusnya). Tapi di hari ketiga, akhirnya dua anak ini tumbang.

Jeonghan sudah memastikan bahwa anak-anaknya sehat sebelum akhirnya mereka liburan panjang ke Jepang bahkan semuanya punya surat dokter sebelum memutuskan terbang. Karena rencananya mereka akan dua minggu ada di sana dan 5 hari akan dihabiskan untuk bermain di Disneyland dan DisneySea. Apa mau dikata, belum juga seminggu ternyata anak-anak mulai demam dan Ara bahkan terkena flu. Beruntung, Rayya sangat sehat jadi ia bisa membantu sekadar mengambilkan tisu atau membantu mengambilkan air hangat.

Liburan panjang artinya berekreasi tanpa ada pengasuh apalagi asisten. Semua akan Jeonghan dan Seungcheol urus sendiri karena mereka merasa moment ini adalah waktunya balas dendam dengan quality time bersama anak-anak. Jadilah, Jeonghan dan Seungcheol kerepotan sendiri mengurusi si kembar yang nge-drop.

Seungcheol mengambil lagi nasal aspirator dan kembali menyedot segala cairan di hidung bocah itu. Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari dan Seungcheol belum tidur sama sekali. Untungnya Rayya sudah pulas dan Jeonghan yang terlihat kelelahan sudah lelap bersama Aluna yang mulai membaik.

"UHHUUKK UHUUKK...gak enak ini!" Ara masih terus rewel, kali ini terbatuk keras dan tangannya memegeng terus lehernya, kesal karena tenggorokannya sakit dan gatal.

Seungcheol yang tadinya memeluk Ara dan berkali-kali mendengar keluhan serupa sejak pukul 11 malam tadi, akhirnya menyerah. Ia menekan nomor Seokmin untuk mendapat rujukan.

"Udah 38 derajat dari sejam lalu, batuknya makin kenceng terus dia bilang tenggorokkannya sakit. Napasnya makin gak enak ini, kayaknya kambuh asmanya, udah dikasih inhaler masih ngeluh terus. Makin keringetan terus sekarang nangis aja sambil dipeluk, udah gak histeris tapi makin lemes." Seungcheol mengelus kepala belakang Ara yang terkulai di dadanya.

"Mau ke dokter aja, mau disinar aja Ayah." Ara berbisik dan mengusak kepalanya di dada Seungcheol. Seungcheol yang mendengar ucapan Ara mencelos, kaget.

"Ara udah gak kuat ya? Capek ya?"

Ara itu tidak pernah minta ke dokter sendiri meski ia memang anteng setiap pemeriksaan rutin atau terapi. Anaknya tenang dan bahkan bisa bermain dengan santai di playground rumah sakit, bahkan akrab dengan beberapa perawat yang mengajaknya bermain. Tapi mendengar Ara sendiri yang meminta untuk dilakukan tindakan, sepertinya bukan pertanda baik.

"Ini anaknya minta ke dokter, langsung ke ER aja atau gimana ya?" Seungcheol berusaha tenang sambil terus mengelus punggung anaknya yang terasa makin panas.

"Langsung aja, gue jalan ini dari rumah." Seokmin menyahut dari ujung telfon.

Seungcheol yang mendapat komando dari Seokmin, langsung meraih jaket Ara yang tadi sempat dipakai anak itu karena mengeluh kedinginan, menggendong Ara keluar kamar dan meminta tolong Pak Min untuk mengantar ke rumah sakit. Sengaja tak memberitahu Jeonghan karena Seungcheol tahu sekali Jeonghan begitu kelelahan. Bukan hanya karena mengurus dua bocah yang sakit bersamaan, Jeonghan juga tak berhenti muntah-muntah sejak beberapa hari mereka sampai di Jepang bahkan tak juga membaik ketika sudah berada di rumah. Seungcheol takut, Jeonghan malah makin sakit dan jadi 3 orang yang harus ia urus.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang