"Maaf sayang, sebentar. Ayah cuma sebentar. Janji!"
......
"Mbak, semuanya udah saya tulis di notes, ikutin aja. Terus nanti kalo Jeonghan mau apapun, langsung carikan. Kasih aja. Tapi pastiin Jeonghan gak turun dari kasur dulu. Saya jam 12 malem udah di rumah kok." Seungcheol berkali-kali mengatakan hal yang sama pada Mbak Nita, memastikan bahwa segala kebutuhan Jeonghan aman selama ia tinggal sebentar kembali ke Jakarta.
KADIN Impact Awards
Acara yang membuat Seungcheol sebagai Department Head of Digital Financial Agency, praktis harus, wajib, mutlak hadir minimal sebagai pembaca nominasi. Ayahnya dua periode menjabat sebagai Ketua Kadin dan Seungcheol tentu sedang dipersiapkan untuk menduduki jabatan organisasi pengusaha bergengsi itu paling tidak dua periode lagi. Maka sekaranglah saatnya Seungcheol harus profesional dan terlihat serius sebagai pengurus dari organisasi ini. Yang artinya, saat pasangannya sendiri sedang mabuk darat akibat janin kecilnya yang berusia nyaris 18 minggu itu harus ia tinggalkan barang sejenak demi sebuah eksistensi.
"Sayang, batik biru yang belum pernah aku pake itu di mana ya?" Seungcheol mengaduk salah satu lemari di walk in closet kamar utama, suaranya menggema membuat Jeonghan yang memejamkan mata karena sakit kepala mau tidak mau menyahut seadanya.
"Hmmmm?"
"Yang kamu beliin pas ngambil baju di Mas Didiet. Aku belum pernah pake, ditaro di mana?" Seungcheol berdiri di dekat ranjang, menunggui Jeonghan menjawab pertanyaannya.
Jeonghan jujur ingin mengumpat. Kepalanya sakit luar biasa, perutnya bak diaduk membuatnya mual dan muntah-muntah, tapi lihatlah suaminya yang sungguh tampan, membangunkannya hanya untuk pakaian yang belum pernah ia pakai sebelumnya. Kan pakai batik yang lain bisa? Seungcheol punya banyak. Kenapa sih harus repot sekali sampai membangunkan Jeonghan?
"Ada cover-nya. Cari deketnya jas." jelas suaranya serak, Jeonghan kan sudah bilang, kepalanya sakit dan ia tak berhenti muntah. Sekarang pukul 9 pagi dan Seungcheol ribut sekali mengacak-acak lemari.
Heran ya, Seungcheol itu bujang serba bisa (dulunya). Semuanya ia kerjakan sendiri, mulai dari belanja, masak, mencuci AC, menangani toilet mampet, sampai yang kecil-kecil macam memindahkan tempat sabun dan shampoo yang semuanya harus matching saja ia lakukan sendiri. Sekarang, saat pernikahannya dengan Jeonghan baru hitungan bulan, Seungcheol mendadak linglung hilang arah. Semua-semuanya tidak tau dan maunya bertanya saja atau ya duduk terima beres karena Jeonghan yang mengurusi segalanya.
"Kaos kakinya yang item mana ya sayang? Pasangannya batik ini..." Seungcheol, menenteng-nenteng hanger, kembali ke arah ranjang dan kali ini kaos kaki yang membuatnya ribut tak karuan.
"Di tempatnya, deket yang maroon." Jeonghan terpaksa membuka kedua matanya. Kepalanya makin sakit melihat Seungcheol ribut sekali bolak-balik hanya untuk bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death