𝘼𝙔𝘼𝙉𝘿𝘼 𝙓 𝙋𝘼𝙎𝙐𝙎𝙐 𝙎𝙀𝙍𝙄𝙀𝙎((at) cericericerry)
|What in the world do you know about me?|
---*---
"Yanda, Mas disuruh bawa jas hujan plastik sama Mrs. Hana buat biology." Rayya berhenti mendorong troli belanja di tengah-tengah aisle sayur-sayuran organik yang sedang ia jelajahi bersama Yanda.
Jeonghan menatap putra sulungnya sebentar. Rak tempat jas hujan dan perkakas itu jauh sekali di ujung FarmsMarket ini. Jeonghan hapal? Tentu saja. Sejak ia kecil, ia selalu belanja di supermarket penuh makanan organik serta beragam snacks juga barang-barang impor lainnya. Jadilah saat ia berumah tangga, segala keperluan pasti akan beli di sini.
Ganti ia menatap Ruga yang lelap dalam gendongannya, kemudian matanya menelusuri ke segala arah karena si kembar yang katanya ingin melihat-lihat selai bersama Ayahnya tak kembali juga.
"Mas bisa sendiri gak? Yanda kalo ikut ke sana capek, Nak. Adeknya berat. Mas Rayya tanya ke Mbak yang di ujung situ, minta tolong dianter ke tempat jas hujan. Bisa?" Jeonghan menatap penuh harap pada anaknya yang paling bisa diandalkan. Sejujurnya ia tak terlalu khawatir bocah 7 tahun ini hilang karena sama sepertinya Rayya pun hapal supermarket ini dan anggukan kuat adalah jawab dari permintaan Jeonghan.
"Bisa! Bisa sendiri Mas!" wajahnya cerah penuh keyakinan. Inilah saat-saat yang ia tunggu. Berbelanja sendiri! Rayya selalu suka memperhatikan banyak produk, sesekali membaca ingredients di belakang kemasannya, memperhatikan kemasan dengan ragam warna dan gambar, sekarang ia bahkan sudah tau mana yang promo and a good deal untuk dibeli. Andalan!
"Hati-hati ya, Yanda tunggu di sini." Jeonghan mengusap pelan kepala si sulung dengan senyum bangga. Kenapa anaknya cepat sekali besar?
Jeonghan kemudian lanjut memilih-milih sayur untuk MPASI Ruga. Sudah 10 bulan dan Jeonghan masih saja pusing soal menu apa yang harus dimasak padahal dari rumah ia sudah membuat meal plan at least untuk satu minggu ke depan. Bukan Jeonghan, Jeonghan bukan pusing soal makanan apa yang akan dikonsumsi Ruga. Lebih ke khawatir tentang bagaimana bayi 10 bulannya bisa tumbuh dan berkembang dengan normal.
Organik, biar bebas pestisida. Gula jangan kali ya... Garam tuh boleh gak sih? Kalo diganti Himalayan salt? Yodiumnya nanti kurang....hhhh....
Kepalanya sakit memikirkan Ara yang harus diet gula, sekarang ia juga harus memikirkan sendiri makanan apa yang bagus untuk putra bungsunya. Harus diet juga kah? Atau gimana? Jeonghan pening.
Dan suaminya serasa tak membantu sama sekali.
"Hhhhh...hhhuuuwaa...."
Jeonghan nyaris melempar sebungkus bayam yang ada di tangannya saat bayi 10kilo-nya menangis karena lapar. Ia selalu kesal sebenarnya setiap pergi keluar rumah di jam-jam tanggung seperti sekarang. Niatnya memang agar supermarket yang didatangi tak terlalu ramai (meski memang tak pernah seramai itu sih) tapi pasti jam yang dipilih jam-jam Ruga terbangun dari tidur siangnya dan menagih untuk disusui. Jadilah Jeonghan keki sendiri anaknya menjerit di tengah aisle sayur dengan satu troli belanja yang hampir penuh dan lampu putih cukup menyorot ke wajah bayinya yang begitu sensitif dengan segala rangsangan ini.
Shit!
Kenapa di saat suaminya belum juga kembali sih?
Masa bodoh, Jeonghan berjalan cepat dengan troli belanjanya menuju ujung supermarket tempat nursing room berada. Menyusui harus dilakukan sebaik-baiknya, senyaman-nyamannya, dan tak boleh ada pressure di sana. Begitu prinsip Jeonghan. Biarlah jika suaminya bingung mencari dirinya atau anak sulungnya yang pusing karena Yandanya tiba-tiba hilang, tapi kan keadaannya darurat! Ruga benar-benar mengamuk dalam gendongannya dan bayi 10 kilo yang memberontak tentu sama sekali bukan tandingan Jeonghan yang tubuhnya bak garpu ulang tahun sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death