WARNING
MATURE CONTENT!
21+
"Dasar cemburuan.."
"Cemburunya enak kan?"
---*---
"Aaaaaa Ara ikut!! Pwease Yanda pweaseee. Ara baik, janji!!" bocah kecil dengan rambut poni rata, menarik celana Yandanya erat-erat, memohon dengan mata basah untuk ikut serta pergi dengan Yanda nya.
Yanda, Hannie panggilan kecilnya, tersenyum sedikit. Menunduk mengelap air mata yang mengalir di pipi putra bungsunya.
"Kan kita sudah bicara-bicara kemarin? Yanda bilang apa?"
"Aaaa noo.. noo... gak mau main sama Mash! Mau sama Yanda!! IKUT!!!" makin anak itu menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Mulai frustrasi karena negosiasi alot dengan Yanda nya tak berhasil.
"Sini, peluk Yanda dulu sini. Ugghhh anak Yanda sayang. Kan Yanda cuma sebentar. Nanti sebelum Ara bobok, Yanda udah di rumah lagi. Ya sayang ya?" diciuminya pipi basah anak itu. Ia bahkan sudah memiliki 3 anak dan si bungsu (kembar) ini bahkan sudah berumur 3 tahun tapi masih sulit untuknya pergi keluar rumah dengan leluasa, hatinya tak tega.
"Ara, ini Mas udah keluarin cars nya, ayo katanya mau disusun?" si sulung masuk ke kamarnya, membawa dumptruck mainan dan otaknya langsung bekerja, ini pukul 5 sore dan anaknya malah menggelar mainan di playroom mereka. Terbayang betapa 'chaos'nya ruangan itu karena segala jenis mobil pasti sudah ditumpahkan di tengah-tengah ruangan. Harusnya jam segini mereka hanya duduk santai sembari memakan snack, menunggu makan malam. Tapi Ayah mereka malah terus membujuknya untuk ikut ke Gala Dinner ulang tahun perusahaan.
Jeonghan sudah lama sekali absen di acara itu, berapa tahun ya? Nyaris 5 tahun? Mereka tinggal di luar negeri bertahun-tahun dan di tahun pertama pernikahan mereka, ia langsung hamil dan dokter cukup ketat untuk tak membiarkanya mengambil penerbangan panjang. Praktis, hanya suaminya yang kembali ke Jakarta dan menghadiri segala rangkaian acara.
Tahun ini, mungkin kali kedua ia turut serta. Si kembar sudah selesai dari drama menyusuinya, Jeonghan sangat malas berpergian ketika itu. Volume ASI nya cukup banyak, menggunakan nipple pad pun terkadang tak membantu dan ia sebentar-sebentar akan menatap dadanya, memastikan tak ada rembesan ASI di sana. Baru beberapa jam bergabung di acara, payudaranya pasti akan sakit karena terasa penuh dan kepalanya akan pening. Jadi lebih baik ia di rumah bersama anak-anak.
Beruntung, suaminya sungguh pengertian. Pun dengan keluarga besarnya. Ayah dan Ibu Mertuanya tak pernah memaksa apalagi protes soal itu. Mereka tau prioritas Jeonghan adalah anak-anak dan kehadiran suaminya saja sudah cukup di sana.
"Ara, ayo main aja! Kan sama Kakak..." Jeonghan menolehkan lagi wajahnya ke pintu, putri cantiknya masuk dengan sang Ayah yang menggendongnya. Rambutnya diikat dua, pasti pekerjaan sang Ayah yang bosan karena menunggunya bersiap cukup lama.
"Ada Mas, ada Kakak, Abang Ichan juga mau dateng. Ramai sekali loh Ara. Pasti seru banget nanti mainnya. Sama boleh deh setel Disney, katanya mau ke Disney Land nanti tahun baru? Hmm?" suaminya ikut berjongkok di hadapan si bungsu yang masih menurunkan bibirnya. Tatapannya memohon untuk diijinkan ikut.
"Di sana isinya cuma orang tua. Memang Ara gak bosen? Bosen loh cuma liat orang ngobrol."
"Ara juga bisa!"
Suaminya tertawa, selalu sulit menangani si bungsu dan segala alasannya.
"Orang gede semua. Gak ada yang main mobil-mobilan, gak ada yang kasih tonton Disney. Hmm?" diusapnya poni rata anak itu. Berusaha menenangkan. Si Kakak masih dalam gendongannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death