"Cintanya siapa?"
"Ndaa!"
"I love you nya siapa?"
"Nda!"
---*---
"Tidur lagi aja sayang, I can handle it."
Jeonghan hanya sanggup membuka mata kanannya sedikit. Badannya luar biasa lelah ditambah ia masih dalam masa perdarahan setelah melahirkan. Badannya rasanya remuk karena pinggangnya terkadang nyeri dan Rayya yang terbangun setengah jam sekali untuk menyusu.
Sudah pukul 2 dini hari, tubuhnya rasanya tak sanggup lagi untuk sekadar bangun. Beruntung Seungcheol langsung beranjak saat Rayya terdengar merengek.
"Ssssttt sayang, laper ya? Banyak banget sih minumnya hmm? Bentar-bentar laper. Ganti popok dulu oke?"
Samar-samar Jeonghan mendengar Seungcheol mengobrol dengan bayinya, sesekali menggumamkan nyanyian pelan. Seungcheol cepat-cepat menghangatkan ASI, masih dengan Rayya digendongan. Menunggu sebentar untuk dipanaskan dan saat sudah siap, ia meminumkannya pada Rayya, pelan lewat cup feeder. Meski masih mengantuk luar biasa karena menjadi orang tua baru tak seindah postingan di social media, Seungcheol berusaha menjalaninya dengan bahagia.
Hidup yang seperti ini yang ia idam-idamkan. Mengurus Rayya sejak keluar dari rumah sakit beberapa minggu lalu, menemani Jeonghan sembari bersantai di rumah karena ia bebas tugas dari kantor, serta menatap wajah anaknya kapan pun ia mau.
Rayya tumbuh luar biasa sehat, montok, pahanya besar sekali seperti drum chicken resto cepat saji kesukaan Jeonghan. Seungcheol tersenyum saat Rayya dengan tak sabaran meneguk susunya. Beberapa minggu ini mereka berhasil mengajarkan Rayya minum susu bukan dari botol. Hanya langsung dari Jeonghan atau dengan cup-feeder, tentu manfaatnya lebih banyak dan yang terpenting ia tak akan bingung puting. Setelah selesai, Seungcheol memposisikan Rayya ke depan dan mengelus punggungnya pelan untuk burping.
Dilihat-lihat, nikmat sekali ya menjadi bayi? Hanya minum susu, tidur, buang air besar, dan semua orang yang datang berusaha untuk menghiburnya.
Ibunya hanya bertahan seminggu di London karena banyak jadwal yang harus ia hadiri. Pembukaan ini-itu, peresmian ini-itu, kunjungan ini-itu. Banyak sekali. Jeonghan sempat menangis saat akhirnya Ibu Seungcheol pamit pulang, ketakutan terselip di hatinya saat akhirnya ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia akan mengurus Rayya sendiri.
Selama mereka memiliki bayi, Seungcheol yang akan bertugas begadang dan memberikan waktu pada Jeonghan untuk beristirahat. Ia bisa lakukan semuanya, kecuali memandikan bayi karena ia masih takut, bagaimana pun, Rayya terlihat sangat kecil di tangannya, ia takut melukai anak itu. Mungkin bulan depan ia baru akan mencoba.
"Sayangnya Ayah, bobo sayang..." Seungcheol mengayunkan Rayya dalam pelukan. Berusaha membuat anak itu terlelap. Sesekali diciumnya pipi dan kepala anak itu sembari tersenyum. Pengalaman pertama yang luar biasa untuknya.
Tak pernah berani ia mengulang lagi memori saat Rayya seumur ini, karena yang teringat hanya Rayya dengan selang di tubuhnya atau Seungcheol yang dimaki-maki. Tapi lihatlah sekarang? Ia berada di kamar yang hangat, dengan Rayya dalam ayunan, dan Jeonghan yang terlihat kembali lelap. Seungcheol banyak sekali bersyukur.
Perlahan ia taruh lagi Rayya ke bassinet di sebelah Jeonghan tidur, Seungcheol kembali berbaring, menarik pelan Jeonghan yang terlelap nyaman ke dalam pelukannya. Memeluknya erat, menciumi pucuk kepalanya, "I love you sayang.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death