"Ruga, si pemberani. Gede biar sesuai sama nama."
---*---
"3,918 gram. Panjangnya 53cm, jumbo banget dek!" Jihoon tersenyum kecil sembari mencatat ukuran bayi besar yang baru saja membuat Yandanya mendapat beberapa jahitan di jalur lahir dan sekarang sedang berbaring, menunggu si bungsu selesai diukur dan kembali disusui.
"Pantes diobras!" Jeonghan menghela napas, pening memikirkan lubangnya yang masih sedikit berdenyut saking besarnya bayi yang baru saja ia keluarkan.
"Ruga, si pemberani. Gede biar sesuai sama nama." Seungcheol duduk di pinggir ranjang, mengecup lama dahi Jeonghan kemudian. Tak henti mengucap syukur dan rasa terima kasihnya karena jagoan mereka lahir dengan sehat dan selamat.
"Silakan Yanda. Nanti kita pantau terus at least sampe besok ya. Bibuw di sini terus ya dek! Yang pinter nyusunya." Jihoon mengelus rambut tebal itu gemas, menaruh bayi besar itu ke samping Jeonghan yang mengeluh nyeri di lubangnya dan harus menyusui bayinya untuk ketiga kali (setelah inisiasi menyusui dini), meminta untuk memberikan ASI sembari berbaring.
"Ayah liatin kalo keselek ya Yah. Nyusunya udah mulai pinter ini. Cepet. Hmmmm gendut!" Jihoon tak tahan untuk tak menoel pipi putih kemerahan milik Ruga yang sekarang mengenyot cepat puting Yandanya.
"Ssshhhhh pelan Nak." anak keempat, tapi Jeonghan tak pernah benar-benar bisa terbiasa dengan tajamnya lidah bayi-bayinya. Menyusui bayi di usia mereka yang bahkan belum 24jam selalu membuatnya meneteskan air mata. Sakit luar biasa.
"Jahitannya kita liat semingguan ini ya, mau langsung minggu ini operasi sterilnya atau nunggu jahitannya kering aja biar sakitnya gak dua tempat?"
"OBRAS ini! Jahit jahit..." Jeonghan melirik sebal pada Jihoon yang tekikik geli.
"Ya lo gimana. Disuruh jangan ngeden eh maksa. Nah itulah jadinya."
"Tunggu sembuh aja sayang." Seungcheol mengusap pipi tembam Jeonghan. Tak tega melihat Jeonghan meringis sakit karena putingnya lecet dan terus disedot si bayi sementara pantatnya sedikit-sedikit bergerak tak nyaman karena jahitan.
"Bulan depan aja deh." keputusan Jeonghan final. Empat anak cukup. Cukup membuat stress suaminya.
Seungcheol sudah berusia 40 tahun Agustus kemarin. Tak terbayangkan di usianya yang menginjak kepala 4, Seungcheol harus menggendong bayi lagi! Jadi Jeonghan putuskan untuk steril karena ia tak mau Seungcheol lakukan vasektomi (karena satu dan lain hal). Yasudah, Seungcheol sih setuju-setuju saja. Karena sebenarnya, saat Twiniez lahir, ia merasa sudah cukup dengan 3 anak. Seungcheol tak ingin Jeonghan bertahun-tahun menghabiskan waktunya hanya untuk mengurus rumah dan anak saja.
Jeonghan banyak sekali berkorban. Berturut-turut harus hamil dan melahirkan. Kemudian berkomitmen kuat untuk membersamai anak-anak setidaknya sampai usia mereka 3 tahun dan siap untuk masuk ke sekolah. Baru Jeonghan akan bernapas lega dan ancang-ancang untuk melanjutkan karirnya di dunia pendidikan, Ruga keburu hadir di tengah-tengah mereka. Jadilah, nyaris 7 tahun pernikahan, Jeonghan benar-benar mendedikasikan dirinya, lahir dan batin untuk rumah tangga. Seungcheol tak tega.
Bahkan keputusannya yang berani untuk melakukan operasi steril dan menolak ide Seungcheol yang menawarkan diri untuk vasektomi. Jadilah Seungcheol menurut saja apa kata Jeonghan. Karena memang selalu begitu kan? Seungcheol seringkali kalah jika sudah berurusan soal anak-anak, kemenangan satu-satunya yang Seungcheol dapatkan adalah memasukkan anak-anak ke salah satu sekolah pilihannya. Selebihnya? Urusan pengasuhan direncanakan oleh Jeonghan dan ia hanya mendukung saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
Hayran KurguPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death