"Jeonghan di sini pun, saya sangsi dia bisa ngelakuin apa yang udah saya lakuin buat Rayya!"
---*---
Seungcheol terduduk di kursi di depan kamar rawat anaknya. Berusaha mencerna apa yang baru saja ia dengar. Suara di kepalanya memutar ulang perkataan Seokmin sebelum laki-laki itu menggiring kedua orang tuanya pulang.
"It's serious Cheol. Ini bukan cuma karena badannya yang lagi gak sehat, Rayya beneran ngulang semua emosinya waktu umur 7 tahun. It's a big thing. Dan omongan temennya itu cuma trigger. Mungkin kabur-kaburannya kemarin karena dia berusaha cari jawaban dan ketika dia tanya ke elo, satu-satunya orang tua yang dia punya, yang dia paling percaya, lo gak ngasih jawaban yang memuaskan kemudian marahin dia. Gue tau, pasti berat ngebesarin anak sendirian, tapi Rayya masih 12 tahun. Anak umur 12 tahun gak mikir kayak gitu, dia harusnya main sama temennya, sibuk les karena mau ujian, happy, tapi Rayya malah mau ikut Jeonghan. Ini gak bener. Jangan pernah lo sepelein ini lagi atau lo beneran bakal nyesel seumur hidup!"
Seokmin bilang, kemungkinan Rayya memiliki gangguan kecemasan. Bukan hal baru apalagi mengagetkan karena sederet masalah emosional anaknya sudah berkali-kali Seungcheol hadapi sejak Rayya kecil. Seungcheol rasanya baru bisa bernapas lega saat Rayya menginjak usia 10 tahun, terlihat sehat jasmani dan rohani, 'He's functions..' sayangnya itu yang terlihat oleh Seungcheol.
Seungcheol tidak pernah sadar bahwa selama ini, anaknya menyimpan bom waktu, just like Jeonghan did. Tapi memang benar, semua support systemnya mengatakan hal yang sama. Rayya sehat, Rayya baik, Rayya ceria, dan tentu tumbuh luar biasa pintar secara akademik. Saat anak itu mulai didaftarkan playgroup, dia yang paling menonjol. Tak heran, karena Seungcheol yakin anaknya bisa mengikuti segala instruksi setelah Seungcheol melihat sendiri Rayya bisa mengenali abjad ketika berusia satu setengah tahun.
Seungcheol mendampingi segala step pertumbuhan anaknya, ada di sana setiap Seokmin datang ke rumah untuk imunisasi, Seungcheol yang mengajari anaknya banyak hal, bahkan hingga minggu kemarin membantunya mengerjakan PR. Semua mulus, tak ada hambatan berarti. Anaknya bisa melewati segala obstacle sedari dini, membuatnya yakin bahwa Rayya akan dengan mudah beradaptasi dan berkembang meski harus melewati serangkaian tes masuk ke sekolah internasional terbaik di negeri ini. Banyak rekan kerjanya yang memberi Seungcheol pujian karena berhasil mendampingi anaknya.
Semua orang tau, Rayya anak yang membanggakan. Cuplikan vidio anaknya pun sempat viral, saat ia menceritakan pengalaman liburannya ke Bali semester kemarin. Ia berhasil menceritakan bagaimana masyarakat lokal hidup berdampingan dengan budaya dan bangga dengan identitas mereka, ia bahkan dapat memaknai apa itu pluralisme. Salah satu rekan bisnisnya bahkan sempat menghampiri Seungcheol setelah rapat dengan seluruh dewan direksi, "I saw your son's video because the school that I want to send my son to post it. It was amazing! How could you raise such an amazing boy?"
Rayya juga terlihat lebih sehat. Setidaknya, dalam satu semester, anaknya hanya ijin sakit paling tidak tiga hari. Setelah sebelumnya ia menghabiskan seluruh jatah ijin sakitnya tiap semester. Satu hal melegakan bagi Seungcheol, cukup untuknya meyakinkan diri bahwa anaknya benar-benar 'sudah normal'.
Tapi tak pernah ia sangka, hari ini akan datang lagi padanya. Melihat anaknya drop, harus kembali masuk rumah sakit, dan apa lagi sekarang? Mengigau? atau apa?
"Saya kasih kamu kesempatan kedua. 12 tahun saya kasih ijin kamu rawat cucu saya. Terus sekarang apa lagi? Gak puas kamu nyiksa Jeonghan? Jeonghan udah gak ada, kamu siksa lagi anaknya? Kamu denger kata Seokmin tadi? Ini gak instan. Dia pasti begini dari lama, kamu kenapa gak becus sekali ngurus anak? Kalau kamu gak mampu, bilang! Saya bisa ngurus cucu saya. Kalau kamu masih gak terima dan marah dengan semua keputusan anak saya, bilang! Jangan cucu saya yang kamu jadiin bulan-bulanan. Kurang murah hati apa saya sama kamu? Saya kasih kamu kesempatan kedua ngurusin Rayya. Lihat hasilnya sekarang? Tau gitu, saya bawa aja dia. Besok Rayya keluar dari rumah sakit, Rayya ikut saya. Gak perlu ujian-ujian, saya pindahin sekolahnya. Cucu saya pinter, gak butuh dia sekolah di tempat yang sama kayak anak pecun itu. Kamu saya suruh cari sekolah bagus, malah tetep aja curi kesempatan biar balik lagi sama dia. Gak ada otaknya kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death