"Hei bayi....ini Ayah..."
---*---
"Bab, Bapak kenapa gak bobok sama Gia?"
Anak perempuan itu mengusakkan wajahnya di dada Bababnya, masih mengantuk tapi tak sengaja terbangun saat Babab bergerak sedikit rusuh dari ranjang dan terdengar suara ribut dari luar kamar mereka.
"Hmmm? Bapak nemenin Mas Rayya bobok di kamar Gia. Gia kan maunya hari ini bobok sama Babab, jadi kamarnya Mas Rayya pinjem dulu ya?" anak itu mengerjap bingung menatap wajah Bababnya.
"Mas Rayya kenapa bobok sini?"
"Mas Rayya badannya lagi gak enak, lagi diperiksa sama Bapak. Gia bobok berdua Babab aja ya, Mas Rayya kayaknya agak flu juga, nanti Gia ketularan. Jadi kita berdua dulu aja ya. Gia masih ngantukkan? Bobok lagi aja Nak..." Jisoo membenarkan posisi duduknya di ranjang. Ia cepat-cepat kembali ke kamar setelah didengarnya Gia merengek dan ia tau anak perempuannya akan mengamuk jika ditinggal sendiri di kamar.
"Owkaaay..." kemudian dengan mudahnya anak itu terbuai oleh elusan Babab di kepalanya diiringi dengan gumaman, 'Somewhere..over the rainbow....' yang menjadi pengantar tidurnya.
Saat dirasa anaknya mulai lelap, Jisoo mengambil ponselnya, terlihat ada puluhan missed call dari Tiff dan beberapa pesan dari Soonyoung. Semua orang pasti panik karena bocah laki-laki Choi tidak ada di rumah hingga pukul 10 malam.
"Tiff..."
"JOSHHH!!! RAYYA ILANG!!!" baru sepatah kata yang diucapkan Jisoo, Tiffany langsung menyambarnya dengan teriakan panik.
"Anaknya di sini..."
"HAH? GIMANA?"
"Iya, Rayya di sini. Calm down, tenang dulu..." Tiffany di ujung sana menarik napas sedikit lega, berusaha tenang karena ia tau Jisoo tidak akan mau melanjutkan ceritanya jika ia masih panik.
"Anak gue kayaknya tau sesuatu. Dia bilang gak mau pulang, Ayah jahat, Rayya benci Ayah, Rayya kecewa sama Ayah, Yanda sendirian, ngomongnya rada kacau karena kayaknya dia demam. Lagi diperiksa sama Seokmin. Dia bilang gak mau ketemu semua orang, maksud gue gak mau ketemu semua keluarga lo. Gak Bapaknya aja. Mungkin besok pagi baru bisa gue tanyain. Tenang ya. Jangan buru-buru ke sini. Tarik aja itu laporan polisi, gue tau Om lo pasti dah nelfon ke mana-mana. Kasian nanti malah jadi berita. Udah, tenang. Lo tidur aja sana. Besok pagi kita omongin lagi."
"Tapi Josh..."
"Nurut deh sama gue, gue takut ini anak bakal kabur-kaburan lagi kalo kalian rusuh ke sini. Biarin aja dulu. Lagian di rumah gue ini."
"Okey, please update ke gue terus ya Josh. Gue panik banget tadi Kakak gue yang gak guna itu nelfon-nelfon tadi sore panik anaknya gak ada."
"BARU SORE?"
"Lo ngarep apa sih sama dia?"
"Gak berubah ya tu astral satu."
"Tumben lo? biasanya kudu ada brengsek ama bajingan dulu biar lengkap ngatain tu orang."
"Gue lagi ngelonin Gia. Udah deh ah. Gue tutup ya!"
"Wkwkwkwk basi banget lo sok jaim gegara udah ada buntut!" Tiffany tergelak di seberang.
"Lo rasain deh besok! Udah deh. Bye!!"
Jisoo menutup sambungan telfon, menunduk melihat anaknya pulas karena tidur dengan mulut sedikit terbuka. Ia tersenyum sedikit, 'Duhhh anak Seokmin!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death