Chapter 18

2K 91 4
                                    


"Kamu udah janji sayang..."


---*---


"Mas..." Jeonghan menoel pipi Seungcheol yang lelap di sebelahnya, mencoba membangunkan suaminya. Pukul set 12 malam dan Jeonghan kelaparan. Mereka tidur lebih awal, sekitar pukul 8 malam. Seungcheol kembali dari kantor saat makan malam sudah siap, hanya roast chicken sederhana yang berhasil Jeonghan buat. Seungcheol menyambut dengan semangat karena tubuhnya luar biasa lelah dihajar meeting berturut-turut sejak pagi, ia berencana memasak grilled chicken dan merebus beberapa sayuran saat tiba dan sumringah ternyata ia tak perlu memasak karena roast chicken super menggiurkan telah terhidang di hadapannya.

Seungcheol buru-buru mandi dan makan malam dengan nikmat. Sempat mengeluh lelah pada Jeonghan dan langsung tidur. Jeonghan sempat ikut terlelap, sampai anaknya menendang-nendang keras pertanda lapar dan semangkuk Pho terbayang nikmat di kepalanya.

"Yah...Ayaaahhh..."

"Hmmm..." Seungcheol menggeram lemah. Matanya seperti direkatkan dengan lem, enggan terbuka.

"Massss...bangun dong bentar.." Jeonghan makin menusuk-nusukkan telunjuknya ke pipi Seungcheol. Berusaha mencegah suaminya tidur makin dalam.

"Dek, gimana ini Ayah gak bangun-bangun." Jeonghan mengelus perutnya pelan, mencoba bernegosiasi dengan bayi kecilnya, bukannya kesepakatan untuk menunggu hingga matahari terbit yang didapat, bayinya malah makin keras menendang.

"Cari sendiri aja apa ya? Tapi di mana? Nanti Ayah marah." Jeonghan dan Seungcheol memang tinggal tak jauh dari apartment Jeonghan di London, tapi tetap saja Jeonghan kurang familiar. Apalagi tengah malam begini, restaurant Asia mana yang masih buka?

Perlahan Jeonghan mencoba duduk menyandar pada kepala ranjang. Diliriknya Seungcheol masih masih terlelap nyaman, mengeluskan tangan ke rambut suaminya yang tebal. "Ayah capek banget ini Dek. Besok aja ya nyarinya, makan yang ada di rumah aja. Cobain makan sandwich aja ya, tapi jangan dimuntahin lagi. Yang penting kan gak laper, oke?"

Jeonghan beranjak pelan dari kasur dan berjalan menuju dapur. Sebenarnya ia kurang berselera makan akhir-akhir ini. Setelah sempat mereda, fase mual-muntahnya aktif kembali, meski tak separah saat trimester pertama. Mulutnya selalu terasa pahit, air liurnya jadi makin banyak, dan semua makanan mulai terasa tak enak. Hari ini Jeonghan kembali bolak-balik kamar mandi, makanya saat Seungcheol mengajaknya tidur lebih awal, Jeonghan menurut karena badannya lelah sekali. Ia hanya berhasil memakan sekitar 10 suapan ayam dan beberapa sayur saat makan malam dan semua rasa tak enak yang menyerang mulutnya membuatnya membayangkan kuah Pho yang segar.

"Ugghh...huugg.." buyar sudah pertahanan Jeonghan. Baru segigit sandwich yang ia masukkan, langsung ia muntahkan lagi di wastafel dapur. Kedua tangannya meremas pinggiran wastafel erat, ia merasa makan malamnya tadi pun ikut keluar.

"Sayang? Han..?" Seungcheol berlari saat melihat Jeonghan makin merunduk ke wastafel, buru-buru memijat tengkuk suaminya, berusaha sedikit membantu.

Jeonghan berkumur cepat, rasa muntahan itu pekat memenuhi mulutnya.

"Hhhh..." tangannya beralih memijat pelipisnya, entah tapi pandangannya terasa berputar. Seungcheol di sana, merapatkan tubuhnya, berjaga jika Jeonghan terjatuh tiba-tiba. Dilihatnya sekeliling dan menemukan sandwich yang teronggok begitu saja di pantry, agaknya Jeonghan melemparnya saat rasa ingin muntah itu muncul.

Seungcheol menuntun Jeonghan duduk di kursi meja makan, kemudian ikut mengelus kepalanya, "Enakan? Masih eneg? Kok gak bangunin aku?"

"Entar Mas diem dulu, gak karu-karuan rasanya." Jeonghan menutup wajahnya dengan kedua tangan. Cairannya seperti naik lagi ke kerongkongan tapi ia sudah benar-benar lelah untuk memuntahkannya, kepalanya berdenyut, dan perutnya mulai sakit.

Second LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang