MATURE CONTENT!
21+
"Anyway, telornya dua ya?"
---*---
"Unitnya oke ya, di sini bisa buat kamar bayi." Seungcheol membuka pintu kamar di sebelah kamar utama. Jeonghan yang ada di belakangnya tercekat, 'Kamar bayi ya..'
Setelah sebuah lamaran dadakan di bandara waktu itu, dalam 2 bulan hubungan mereka berkembang begitu pesat. Wedding Organizer secepat kilat merancang sebuah pemberkatan di Katedral dengan kapasitas 150 undangan saja, termasuk orang nomor satu dan jajaran kabinet akan turut hadir menyaksikan. Ditambah dengan resepsi yang akan digelar di sebuah hotel berbintang di pusat kota dengan 1000 undangan, serta pesta kecil bersama sahabat dekat di Bali yang mengundang tak lebih dari 50 orang. Seungcheol dan Jeonghan kemudian melangkah pasti dengan membeli sebuah unit penthouse di tengah kota London.
"Iya, oke kok sebesar ini buat bayi." Jeonghan berujar kikuk.
Jujur saja, progress hubungan dengan kekasihnya kali ini tak bisa ia prediksi. Ada masanya mereka hanya duduk di mobil berdua dengan sepiring nasi pecel di tangan pukul 11 malam karena keduanya baru saja pulang lembur untuk kemudian keesokan harinya Jeonghan sudah ditodong dengan cincin berlian dan tak dapat mengatakan apapun selain, 'Iya..'
Dan di sinilah mereka sekarang, pernikahan hanya menghitung hari hmmm 2 minggu lebih tepat dan Seungcheol sudah membawa Jeonghan mengecek rumah masa depan mereka di London nanti yang bahkan Seungcheol beli begitu saja untuk menemani Jeonghan melanjutkan studi. Lalu apa tadi? bahasan soal kamar bayi?
Benar jika mereka akan menetap di Inggris paling tidak dua atau tiga tahun dan mereka sudah banyak membicarakan topik mengenai memiliki bayi yang sebenarnya tak secepat itu mungkin mereka bisa miliki. Jeonghan sempat mengatakan, jika mereka bisa bersantai dan mungkin 'berpacaran' sedikit lebih lama karena jalinan hubungan mereka sebelum menikah mungkin hanya 3 bulan dengan intensitas pertemuan yang tak begitu tinggi dan 4 bulan sisanya dijalani dengan LDR. Luar biasa express. Jeonghan tak mau terlalu terburu-buru untuk punya bayi. Pemikiran Seungcheol jauh sekali.
Jeonghan melangkah mengikuti Seungcheol menelusuri kamar yang ukurannya sedikit lebih kecil dibanding kamar utama mereka ehem. Ukurannya lebih dari cukup untuk tidur bayi mereka ehem lagi. Di sudut ruangan bahkan masih cukup untuk nanti Jeonghan tambahkan meja dan kursi kecil sebagai mini playroom, aahh lucunya..
Pipi Jeonghan memerah membayangkan ada satu makhluk kecil perpaduan Seungcheol dan Jeonghan yang akan menempati kamar ini. Hatinya menghangat membayangkannya, 'Bunda, Seungcheol baik banget!' batinnya berbisik. Ia sungguh bersyukur tak salah pilih. Seungcheol begitu dewasa, tenang, dan bisa menjaga Jeonghan dengan baik.
"Kantor jaraknya cuma 5 menit, kampus kamu ya 10 menitan lah, bisa lebih cepet kalo naik tram. Di sini cuma agak jauh sama Asian store aja, adanya toko daging Turki di seberang jalan" Seungcheol mendudukkan tubuhnya di ranjang, hari mulai sore dan sesungguhnya ia cukup lelah karena baru sampai kemarin dan hari ini sudah harus mengecek unit yang akan mereka tempati.
"Iya, gampang aksesnya. Terima kasih ya Cheol." Jeonghan ikut duduk di sebelah kekasihnya, matanya menatap penuh penghargaan, Seungcheol sangat mengerti kebutuhannya. Semua yang ia lakukan semata-mata untuk kenyamanan Jeonghan dan Jeonghan bisa merasakannya.
'Cup!'
Jeonghan mengecup cepat pipi kiri kekasihnya. Tangan kanannya ia usapkan pada pipi yang baru saja ia kecup, ucapan terima kasih. "You're so thoughtful. Thank you sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
FanfictionPositive. 'Seungcheol akan senang kan?' 'Seungcheol mau ini juga kan?' 'Is it really okay?' Jeongcheol ⚠️ mpreg, angst, major character death