Bab 15 . Patah Hati

3.3K 70 1
                                    

Sudah hampir satu bulan sejak kejadian ciuman malam itu, membuat Dara semakin yakin akan perasaannya.

Gadis itu bahkan terlihat galau dan uring-uringan dikantor, membuat Ajeng disebelahnya menatapnya sebal.

" Kenapa sih uring-uringan terus ? "

Dara hanya melirik Ajeng sekilas sambil mencebikkan bibirnya. Kembali cemberut dengan menekan keyboard kencang-kencang.

Ajeng mengeser kursinya mendekati Dara " Katakan atau aku akan mencubit pantatmu itu " ancam Ajeng. Dan Dara yakin gadis itu akan melakukan apa yang diucapkannya.

Dara mengeser kursi dan tubuhnya dan menceritakan kejadian yang membuatnya uring-uringan hampir sebulan ini dengan berbisik-bisik.

Ajeng bahkan tidak bisa untuk tidak tertawa, " Kamu sangat konyol sayang " ejek Ajeng. Gadis itu tahu tentang kelakuan Dara.

Dara hanya memberengut kesal karena ditertawakan. " Ya.. tertawalah sepuasmu Malika " ucap Dara setengah kesal. Dara memang sering menyebut Ajeng dengan sebutan Malika karena kulitnya yang hitam manis.

" Kamu yakin jatuh cinta pada duda itu ? bukan karena ketertarikan semata?" tanya Ajeng sambil menatan tawanya.

" Kamu meragukan diriku ? "

" Tidak hanya saja, kamu selama ini yang aku kenal tidak pernah merasa tertarik atau jatuh cinta akan sesuatu. Bahkan pria tampan dan lajang dikantor ini kamu hiraukan mereka "

" Entahlah, mengenalnya membuatku berbeda. Dan akhirnya lewat ciuman kami malam itu aku bisa memastikan kalau aku benar-benar jatuh cinta padanya. "

" Kalau begitu perjuangakan dirinya "

" Aku tidak tahu bagaimana untuk memulainya. Hampir sebulan ini dia selalu menghindariku. "

" Bukankah kamu dekat dengan anaknya? "

" Hei... aku tidak sepicik itu memanfaatkan anak kecil untuk mendapatkan Papanya " tolak Dara mentah-mentah.

" Bukan memanfaatkan hanya saja sekali menyelam sambil minum air. Buat anaknya ketergantungan padamu "

Belum sempat Dara menjawab perkataan Ajeng, interkom dimejanya berdering. Panggilan dari ruangan Haikal membuat Dara terpaksa menunda obrolan mereka.

Dara mengetuk pintu ruangan Haikal dan membukanya dengan lebar, tak lupa menuntupnya rapat kembali.

" Kenapa Abang ? " tanya Dara kemudian duduk disalah satu sofa diruangan Haikal

" Nanti malam temani Abang keundangan kolega Abang ya " pinta Haikal.

" Ah... pasti aku menjadi tameng abang lagi kan ? " tebak Dara membuat Haikal menyengir lebar. Haikal memang sering mengajak Dara menghadiri undangan koleganya untuk menghindari para penggemar Haikal.

" Pintar sekali "

" Kenapa tidak cari calon istri saja sih. Dengan begitu Abng tidak harus menghindari para penggemar Abang "

" Sepatu incaran kamu akan berada dikamr mu besok pagi, deal ? "

" Deal " sahut Dara dengan cepat.

***

Bara baru saja masuk ke ruang pesta saat tiba-tiba saja Jessika merangkul lengannya dengan posesif.

" Kok gak bilang kalau diundang. Tahu gitu kan kita bisa datang bersama " rajuk Jessika.

Bara tidak menjawab ucapan Jessika, pria itu hanya membiarkan wanita itu bergelayut dilengannya. Kembali berjalan dengan tegap dan wajah dinginnya untuk menemui pemilik acara.

Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang