Bab 39 . Perbedaan

2K 47 0
                                    

Haikal mengandengan tangan ajeng selama perjalanan menuju Apartement barunya. mulai hari ini rencananya dia akan mulai menempati unitnya.

Beberapa minggu lalu Haikal sempat mengutarakan keinginannya kepada kedua orang tuanya untuk bisa pindah ke Apartement miliknya sendiri. Haikal memang punya beberapa unit Apartement dan beberapa rumah sebagai investasi.

Awalnya Mila keberatan dengan keinginan putra sulungnya. Namun Haikal bisa menyakinkan kedua orang tuanya, terlebih kepada Mila kalau dia ingin mandiri. Akhirnya mereka berdua bisa menerima alasan Haikal dengan beberapa syarat. Salah satunya mewajibkan anak sulungnya itu untuk pulang kerumah diakhir pekan.

" Ayo sayang " ucap Haikal sambil menarik Ajeng saat pintu lift sudah terbuka.

Ajeng hanya berdiam diri mengikuti kemana Haikal membawanya meskipun gadis itu sedikit bingung.

Haikal merogoh kunci dari saku celananya, dan memasukkan anak kuncinya kelubang pintunya.

" Silahkan masuk tuan putri " ucap Haikal sambil membuka pintu dengan lebar untuk Ajeng.

" Ini Apartement milik siapa Abang ? " tanya Ajeng, gadis itu melangkahkan kakinya memasuki apartement mewah milik Haikal.

" Mulai hari ini aku akan tinggal disini, dan tentu saja bersamamu nantinya sayang " sahut Haikal sambil tersenyum lebar. Haikal menutup pintu dan tak lupa menguncinya. Kemudian berjalan mendekati Ajeng.

" Ini punya Abang? Dan mulai hari ini Abang akan tinggal disini? " pekik Ajeng terkejut.

Haikal tersenyum kemudian merangkul pundak Ajeng yang celingukan mengamati seiisi Apartment mewah miliknya.

" Kamu suka gak dengan interior dan perbotannya atau ada yang mau ditmabahkan ? " tanya Haikal sambil mengiring Ajeng untuk menjelajahi setiap ruangan Apartement miliknya.

" Ini sudah cukup. Ini terlalu mewah buatku " sahut Ajeng dengan senyum canggung. Sepertinya gadis itu merasa minder dengan perbedaan mereka berdua. Ajeng anak dari keluarga biasa sedangkal Haikal adalah anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

" Untuk perbotan dapur Abangs sengaja hanya membeli seperlunya saja. Kamu bisa membeli perabotan dapur sesukamu nantinya " ucap Haikal, pria itu tidak menyadari perubahan raut wajah keksaihnya.

Ajeng hanya terdiam, dalam benaknya apakah dirinya pantas bersanding dengan Haikal yang berasal dari keluarga konglomerat. Apakah kedua orang tua Haikal akan menentang hubungan mereka berdua. Begitu banyak kekhawatiran dibenak Ajeng sehingga tidak menyadari Haikal menatapnya lekat.

" Apa yang kamu pikirkan sayang ? " tanya Haikal membuat Ajeng tersentak.

" Ah ... tidak apa kok, hanya merasa takjub saja dengan kemewahan Apartement ini saja kok " elak Ajeng. Gadis itu melipir memeriksa setiap kabinet dapur sebagai pengalihan.

Haikal hanya diam tak menjawab, pria itu justru mengawasi dan menatap Ajeng lekat. Firasatnya mengatakan ada keanehan dari sikap Ajeng baru saja.

Haikal memilih berjalan menuju lemari es dan mengeluarkan dua botol minuman dingin untknya dan Ajeng . Pria itu membuka botol minuman dan menegang isinya s\hingga menyisakan separuh. Kemudian menyerahkan satu botol satunya lagi kepada Ajeng.

" Duduk yuk, " Ajak Haikal yang diangguki oleh Ajeng.

Pria itu mendului Ajeng dan mendaratkan bokongnya disalah satu sofa empuk miliknya. Pria itu lantas menepuk tempat kosong disisinya saat melihat Ajeng tampak kebingungan memilih dimana seharusnya dia duduk.

" Sini, duduk sini dekat sama Abang sayang " ucap Haikal.

Ajeng menuruti permintaan Haikal dan mendaratkan bokong indahnya di tepat kosong sebelah Haikal.

Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang