Bab 49. Meminta Restu

1.5K 32 1
                                    

Dan disinilah Haikal saat ini berada. Sesuai jadwal kini pria itu tengah duduk manis diruang tamu keluarga Hangestri sedang tertawa n mengpobrol penuh keakraban bersama keluarga kekasihnya. Kedatangannya benar-benar disambut penuh hangat oleh keluarga mereka. Ajeng yang merupaka anak sulung dari tiga bersaudara membuat mereka sangat antusias dan penuh bijaksana untuk bertemu dengan pria yang akan menjadi suami dari anak keksayangan mereka.

Dan setelah mengenal dan menilai sikap Haikal kini tampaknya mereka merasa lega dan bahagia melihat Ajeng mempunyai ekkasih yang bisa diandalkan. Bahkan tampak sangat sangat memuja dan mencintai Ajeng dengan tulus.

Tidak dipungkiri memang, awalnya Haikal sedikit gugup dan khawatir jika keluarga
Ajeng tidak menyukai mereka. terlebih awal pertemuan mereka tampak keluarga Ajeng tampak penuh silidik dan protektif. Hal itu bisa dimaklumi karena mereka ingin melihat dan menilai seperti apa pria yang akan menjadi calon suami utnuk anak mereka.

Dan kini Haikal tampak bisa menghembuskan nafas lega karena nyatanya keluarga Ajeng sangat menerima dirinya, bahkan kedua adik Ajeng pun tak sungkan meminta masukan darinya sebagai sesama pria. Terutama masukan tentang bisnis yang baru saja dirintis oleh adik Ajeng.

" Kamu sudah yakin dengan anak kami nak Haikal, tidak akan menyesal dengan pilihanmu? Terlebih kita ini dari keluarga yang berbeda. Kamu bisa lihat sendiri kan kalau kami ini dari keluarga biasa saja. Sedangkan kamu adalah anak dari pemilik perusahaan tempat anak kami bekerja " ucap Papa Ajeng kepada Haikal.

Haikal menganggukkan kepalanya mantap. Dari sorot matanya sama sekali tidak menunjukkan keraguan " Sudah yakin Om saya tidak akan menyesali pilihan saya. Saya yakin dan percaya kepada Ajeng dan pilihan saya. Saya yakin bisa membuat dia bahagia " sahut Haikal tegas.

Pak Lesmana, selaku papa dari Ajeng mengangguk-anggukkan kepalanya puas, dengan jawaban Haikal. Kemudian menoleh kepada sang istri yang juga menganggukkan kepalanya sembari tersenyum penuh kelembutan.

" Kamu sendiri bagaimana sayang? Sudah yakin dengan Nak Haikal ? " tanya Nyonya Lastri, Ibu dari Ajeng.

" Yakin Ma, Pah. Selama ini Abang yang sudah menjaga Ajeng selama kami menjalin hubungan. Kami berdua juga sudah merasa cocok satu sama lain. Dan usia kami juga sudah cukup untuk melanjut kejenjang yang lebih serius lagi " sahut Ajeng. Kemudian melirik tangan nakal Haikal yang mengusap-usap pahanya dengan lembut. Ajeng mengumpat dalam hati akibat kelakuan Haikal, dirinya tiba-tiba merasakan panas disekujur tubuhnya.

" Kami sebagai orang tua dari Ajeng ikut bahagia dan merestui niat baik kalian. Lalu bagaimana rencana kalian selanjutnya ? " tanya Pak Lesmana.

" Rencananya kami ingin bertunangan terlebih dahulu setelah pernikahan adik saya. Beberapa bulan lagi dia akan menikah dengan calon suaminya. Setelah itu keluarga saya akan melamar Ajeng secara resmi Om, Tante " sahut Haikal.

" Baiklah kalau begitu. Kami sekeluarga tinggal menunggu kapan waktunya keluarga kalian akan berkunjung kemari " ucap Nyonya Lastri.

" Baik Tan, kami akan mengabari keluarga Om dan Tante secepatnya " sahut Haikal dengan senyum lebar.

" Cie yang sebentar lagi akan dilamar sama pengusaha kaya " ledek Roi, adik pertama Ajeng sambil menoel-noel lengan sang kakak.

" Apaan sih Dek, " ucap Ajeng dengan malu-malu, tanpa tidak menutupi rona bahagianya.

" Asyik, nanti buatkan keponakan yang banyak ya Bang Haikal " ucap Roni ikut menimpali ucapan kakaknya.

" Pah... lihat tuh adek-adek, " rengek Ajeng kepada yang Papa yang hanya ditanggapi dengan senyuman kedua orang tuanya

" Ha ... ha ... ha .. " adik-adiknya tertawa terbahak melihat sang kakak sulung mereka memberengut kesal.

" Husshh ... sudah-sudah, kalian ini kalau bertemu selalu saja saling menjahili " lerai sang Mama.

Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang