Haikal tampak merenung diruangannya sambil memutar-mutar pulpen dengan jarinya. Pria tampan dengan wajah khas melayunya itu tampak terpekur sedang memikirkan sesuatu.
Haikal memikirkan kata-kata sang Ayah untuk memasukkan Dara kedalam perusahaan mereka, sekaligus membimbing Dara agar bisa membantu Haikal kelak saat dirinya mengantikan sang Ayah memimpin perusahaan.
Haikal dan Restu sudah membicarakan hal ini kepada Dara, menempatkan Dara sebagai anak magang sesuai keinginan adiknya. Namun Dara mengajukan syarat untuk menyembunyikan identitasnya sebagai putri pemilik perusahaan dari karyawan lain.
Dara beralasan kalau dirinya ingin merasakan magang seperti karyawan yang lainnya. gadis itu ingin diperlakukan setara tanpa memandang siapa dirinya yang sebenarnya.
Haikal menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan menghembuskan nafasnya lelah. Banyaknya pekerjaan membuat perhatian sedikit banyak tersita. Pria itu menoleh menatap telpon yang ada diatas mejanya.
Haikal meraih gagang telpon dan menekan tombol yang menghubungkannya dengan sekertaris sang Ayah.
" Vin, bisa keruangan saya sebentar " ucap Haikal.
" Baik Pak, Saya akan segera kesana " sahut Davina, sekertaris CEO sekaligus orang yang membantunya juga.
" Baiklah, saya tunggu " sahut Haikal kemudian menutup sambungan telponnya.
Haikal membereskan berkas-berkas yang tampak berserakan diatas mejanya. Pria itu tampak fokus berbenah sehingga tidak mendengar Davina mengetuk pintu ruangannya.
Tok ...
Tok ...
Bunyi ketukan pintu berulang kali membuat Haikal berjengit kaget, pria itu meoleh kearah pintu dan tersenyum mendapati Davina tengah berdiri bersandar dipintu ruangannya.
" Perlu bantuan Pak " ucap Davina sopan.
" Ah ... masuk Vin, sorry saya tidak mendengar ketukan pintu sebelumnya " sahut Haikal memperdilahkan Davina masuk.
" Duduk Vin, tunggu sebentar ya, saya bereskan ini dulu " sahut Haikal sambil menunjuk tumpukan dokumen diatas mejanya.
" Perlu bantuan tidak Pak " ucap Davina menawarkan bantuan. Gadis itu tentu saja merasa tidak enak untuk berpangku tangan sednagkan dirinya melihat sang atasan tengah berbenah.
" Tidak usah. Kamu tunggu saja sebentar " tolak Haikal. Haikal memang tipe pria yang tidak ingin merepotkan siapapun.
Davina hanya menganggukkan kepalanya saja. Gadis itu tampaknya bisa mengerti Haikal menolak tawarannya karena tidak ingin merepotkan.
Tidak sampai sepuluh menit Haikal sudah selesai dengan kegiatannya. Pria itu kini sudah berhadapan dengan Davina yang duduk didepan meja miliknya.
" Besok akan ada calon anak magang yang akan masuk keperusahaan ini. tolong hari ini kamu seleksi mereka berdasarkan data dan kepribadian mereka. kamu bisa bekerja sama dengan pihak HRD untuk penerimaan dan penempatannya. " Haikal tengah memberikan arahan kepada Davina.
" Tentu Pak. pihak HRD juga sudah memberitahukan kepada saya tentang anak magang Pak " sahut Davina.
" Kalian sudah menentukan siapa-siapa yang akan diterima dan sudah menentukan penempatan mereka ? " tanya Haikal lagi.
" SudahPak. Seleksi penerima sudah berjalan selama dua minggu ini. namun baru hari ini akan dilakukan pemberitahuan penerimaan dan untuk penempatannya besok akan diberitahukan jika mereka sudah diberikan pengrahan dan pengenalan lingkungan kantor oleh pihak HRD Pak " terang Davina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggoda Sang Duda
RandomDara Maharani gadis cantik yang ceria namun berotak mesum dan sedikit binal. Terang-terang mengoda seorang duda tampan berbadan hot dengan satu anak yang menjadi tetangga barunya. Bara Pamungkas, duda beranak satu pindah rumah setelah bercerai dari...