Bab 46 . Pukulan Telak

2.2K 52 0
                                    

Bara sedang meeting bersama bawahannya saat telpon genggam miliknya bergetar.

" Maaf saya angkat telpon ini sebentar " ucpa Bara, kemudian menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan yang ternyata dari Surti.

Entah apa yang mereka bicarakan, namun tampak terlihat Bara mengepalkan jemarinya sampai memutih karena menahan emosi.

" Jangan kamu tinggalkan dia sendiri. Selalu awasi dia. Setengah jam lagi saya sampai rumah " ucap Bara kemudian mematikan sambungan telponnya dengan kasar.

Semua mata menatap Bara dengan sorot menyelidik, kenapa Bos mereka terlihat marah setelah menerima telpon dari rumahnya.

Bara menghembuskan nafasnya kasar, kemudian menolehkan kepalanya. Pria itu sepertinya lupa kalau saat ini dirinya tengah berada didalam ruangan meeting.

" Ah.. maafkan saya terjadi sesuatu dirumah saya. Meeting kita undur besok pagi saja " ucap Bara.

" Baik Pak " jawab mereka semua.

" Baiklah kalau begitu saya permisi dulu " sahut Bara sembari beranjak keluar.

Tapi sebelum benar-benar meninggalkan ruangan, Bara kembali berbalik dan menatap Devika.

" Dev, sepertinya saya tidak kembali lagi kekantor, kalau ada yang tidak terlalu penting kamu tunda saja sampai besok. Jika itu mendesak kamu bisa menghubungi nomorku " pesan Bara.

" Baik Pak " sahut Devika sopan. Sebagai sekertaris Bara, Devika memang dituntut bekerja secara profesional dan melakukan apa yang atasan perintahkan.

Setelah itu Bara melesat meninggalkan kantornya dengan berjalan tersega. Pria itu bahkan langsung tancap gas begitu masuk kedalam mobilnya.

Disisi lain, Surti berusaha menghalau Sandra, mantan istri bosnya itu untuk berkeliling rumah.

" Maafkan saya Bu, Anda tidak diijinkan untuk memeriksa seiisi rumah " Surti berusaha mencegah Sandra dengan merentangkan kedua tangannya menghalangi Sandra yang berniat mengelilingi siisi rumah.

" Siapa kamu berani melawan saya. Dengar nya saya itu majikan kamu. Dan kedepannya bakalan menjadi nyonya rumah ini " ucap Sandra tak terima.

" Meskipun begitu Ibu tidak berhak memasuki rumah tanpa ijin dari Pak Bara " sahut Surti kukuh menahan Sandra.

" Minggir kamu, dasar penbantu kurang ajar. Dasar tidak tahu diri. Beraninya pembantu rendahan seperti kamu melarangku " bentak Sandra.

Namun Surti tidak menggubrisnya. Wanita itu tetap menghalangi Sandra seperti yang Bara perintahkan.

" MINGGIR KAMU PEMBANTU SIALAN, JANGAN HALANGI SAYA " teriak Sandra emosi. Mantan istri Bara itu mendorong Surti dengan kasar. Sehingga membuat Surti jatuh tersungkur.

" APA YANG KAMU LAKUKAN SANDRA !!! " terdengar suara menggelegar Bara yang penuh dengan emosi.

Bagaimana tidak, begitu masuk kerumah sampai harus setengah berlari, Bara harus melihat pemandangan Sandra yang mendorong Surti hingga tersungkur.

Kedua wanita itu serentak menoleh kearah Bara yang baru saja memasuki rumah.

" Bara, aku tidak— " Sandra mencoba menjelasan namun wanita itu harus kecewa karena Bara hanya mengacuhkannya. Bara hanya melewati Sandra tanpa memandangnya dan memilih menolong Surti berdiri.

" Kamu tidak apa-apa Surti ? " tanya Bara. Pria itu sedikit khawatir jika pembantunya itu terluka. Karena Bara sudah menganggap Surti sebagai bagian dari keluarganya.

" Saya tidak apa-apa Tuan " ucap Surti. Gadis itu berdiri meskipun sedikit meringis sakit.

Sandra yang melihat Bara lebih memperhatikan pembantunya dan mengacuhkan dirinya menjadi kesal. Sandra melipat tangannya dan bersedekap dengan angkuh.

Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang