Bab 41 . Kejujuran

1.8K 43 2
                                    

Seperti janji Haikal kemarin. Siang ini ketiga sahabat itu sudah berkumpul diruangan Haikal dengan beberapa makanan dan camilan sudah tersedia diatas meja sofa diruangan itu. Mereka menyantap makan siang mereka tanpa ada suatu hal yang berarti.

Semalam Haikal sudah memberi tahu tentang hubungannya dengan Ajeng. Dan betapa seiusnya Haikal ingin menjadikan Ajeng sebagai istrinya kelak. Haikal juga bercerita tentang kekhawatiran dan ketakutan ajeng dalam mejalin hubungan dengannya. Dara bisa mengerti dan memaklumi pikiran sahabatnya. Gadis itu berjanji kepada Haikal akan selalu mendukung hubungan mereka berdua.

Begitupun sebaliknya, Haikal juga kan selalu mendukung hubungan Dara dengan Haikal. Pria itu bahkan memberi ijin kepada Dara dan Haikal untuk menikah duluan. Beberapa saat lalu saat sedang nongkrong bersama dicafe Bara, pria itu memberi tahu Haikal akan segera melamar Dara setelah memberi tahu Kedua orang tua Dara. Dan tentu saja hal itu disambut Baik oleh Haikal.

Bara dan Dara memang sudah merencakan akan cepetnya memberi tahu kedua orang tua mereka dan setelah itu akan segera melangsungkan pernikahan. Bara tidak ingin menunda lagi, pria itu ingin menikah dan menjadikan Dara sebagai istri sekaligus ibu dari anak-anaknya kelak.

" Jadi apa yang kamu mau bicarakan denganku dan Dara Ajeng? " ucap Beby selepas mereka selesai makan siang.

Tiba-tiba suasana berubah menjadi tegang, Ajeng bahkan sampai meletakkan gelas minumnya dengan sedikit gemetar. Ajeng bahkan berdehem beberapa kali untuk meredakan rasa gugupnya.

" Ehmmm ... teman-teman, begini... ehmm ... aku ... aku punya sesuatu untuk dikatakan kepada kalian " ucap Ajeng gugu. Gadis itu bahkan berulang kali meremas tangan yang berkeringat berulang kali.

" Katalah, kami akan mendengarnya " sahut Dara dengan senyum tertahan. Dia dan Beby sengaja mengerjai Ajeng dengan pura-pura tidak tahu apa-apa.

" Sebetulnya aku dan Abang sudah resmi berpacaran sejak beberap waktu lalu, namun aku tidak berani memberitahu kalian. Aku takut kalian akan marah. Terlebih Dara, aku takut kamu menilai sebagai gadis matre yang ingin memanfaatkan persahabatan kita karena ingin mendekati Abangmu. Kamu tahukan kalau aku sudah menyukai Abang sejak aku bekerja disini, itu sebelum kamu masuk perusahaan ini. jadi jangan salah paham " ucap Ajeng sambil menundukkan kepalanya. Mata gadis itu berkaca-kaca saat berbicara.

" Awalnya aku ragu untuk menerima cinta Abang karena tahu dia kakakmu. Namun aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri. Aku tahu, aku hanyalah karyawan biasa dikantor ini, dan aku juga bukan berasal dari keluarga kaya seperti kalian. Namun aku tulus mencintai Abang. Tapi aku merasa bersalah karena menyembunyikan ini dari kalian semua. Seolah-olah aku seperti menusuk kalian dari belakang. Sungguh aku tidak punya niat seperti itu. " ucap Ajeng dengan bercucuran air mata.

Haikal yang mendengar dari ruang pribadinya tidak bisa untuk tidak tersenyum mendengar pengakuan keksaihnya yang mengatakan telah jatuh cinta padanya sejak pertemuan mereka yang pertama kali.

Dara dan Beby tidak bisa lagi untuk menahan tawanya. Akhirnya meledaklah tawa keduanya memenuhi seisi ruangan. Ajeng yang bingung hanya bisa memandangi kedua sahabatnya dengan tatapan bingung.

" Ha ... Ha ..., aku tidak bisa lagi menahan tawaku " ucap Beby tertawa sambil memegangi perutnya. Begitupun dengan Dara, gadis itu bahkan sampai mengusap sudut matanya yang berair.

" Kok kalian tertawa? " tanya Ajeng disela-sela isak tangisnya. Ajeng mengusap pipinya yang basah bekas jejak air matanya.

" Ha ... Ha ... habisnya kamu lucu. Aku sudah tahu hubunganmu dengan Abang Ajeng. Sebetulnya sudah sejak lama aku curiga. Tapi aku menunggu kejujuran kalian saja " ucap Dara. Dirinya pernah memergoki sang Abang dan Ajeng tengah menonton dibioskop berdua. Kebetulan waktu itu dia sedang kencan berdua dengan Bara, hanya dirinya yang melihatnya.

Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang