Bab 30 . Semakin Dekat

2.7K 55 0
                                    

Semenjak kejadian Haikal mengantarkan ajeng kekost an nya dulu, kini keduanya semakin dekat. Terlebih lagi kini Ajeng diangkat menjadi wakil manager mengantikan posisi Dara yang kini menjabat Direktur perencanaan.

Ajeng kini lebih banyak berinteraksi dengan Haikal sebagai wakil dari Fera jika wanita itu sibuk dengan pekerjaannya.

Tidak ada yang menyadari atau mencurigai kedekatan keduanya. Karena mereka bisa bersikap profesional selama berada dilingkungan kantor.

Haikal sesekali mengajak ajeng menonton dioskop atau makan malam bersama. Terkardang Haikal juga sengaja lewat dekat kost an Ajeng dan pura-pura menawarkn tumpangan kepada gadis itu.

Seperti malam ini, Haikal mengajak Ajeng menonton film baru yang ingin ditonton oleh Haikal. Ajeng menerima ajakan dari pria yang disukainya itu dengan hati. Gadis itu menganggap kebersamaannya dengan Haikal adalah cara pria itu mendekatinya.

" Ayo kita berangkat sekarang " ucap Haikal saat sudah berdua didalam mobil bersama dengan Ajeng.

" Oke, tapi yakin kan orang kantor gak bakalan ada yang akan melihat kita ? " tanya Ajeng.

" Kamu tenang saja, lagipula memangnya kenapa kalau ada orang kantor yang melihat kita bersama? Memangnya ada larangan? " tanya Haikal.

" Bukan seperti Abang, Aku Cuma tidak ingin menimbulkan gosip saja. Tahu sendirikan mulut orang iri itu jahatnya bagaimana? " sewot Ajeng dengan cemberut.

Mereka memang merubah cara panggilan mereka dengan bahasa yang lebih santai jika berada diluar kantor. Dan itu Haikal lah yang pertama mengusulkan.

" Sepertinya kita harus merubah cara bahasa kita menjadi lebih santai. Aku kamu sepertinya lebih baik daripada Saya Anda kan ? " ucap Haikal kala itu.

" Ah ... saya takut itu tidak sopan Pak " tolak Ajeng. Tentu saja, siapa yang berani bersikap kurang ajar kepada atasan mereka.

" Dan kamu bisa memannggilku Abang seperti Dara atau Beby kita berada diluar lingkungan kantor " sahut Haikal cepat.

" Tapi Pak ­­– "

" Tidak ada tapi Ajeng, Aku kamu dan panggil aku Abang jika berada diluar Kantor. Atau Mas juga boleh , terserah nyamannya kamu. Asal jangan Bapak. Kesannya saya tua banget dipanggil Bapak sama kamu " potong Haikal.

" Baiklah, Abang saja " ucap Ajeng pada akhirnya.

" Abang rasa itu lebih baik, " ucap Haikal dengan senyum misteriusnya.

" Biarkan saja mereka bergosip tentang kita selama itu masih dibatas wajar. Kalau mereka sudah bertindak diluar batas nanti Abang yang akan bereskan "

" Tsk ... enaknya yang punya kekuasaan, tinggal perintah beres semua " sindir ajeng membuat tawa Haikal menguar.

" Ha ... Ha ... Ha ..., maka dari itu, kamu harus beruntung punya Abang Ajeng " sombong Haikal.

Ajeng hanya berdecih kesal melihat betapa jumawanya seorang Haikal Wicaksono.

" Ya .. Ya ... terserah kata Abang saja deh. Aku mah apa atuh, Cuma remahan peyek " canda Ajeng membuat Haikal kembali tertawa terpingkal-pingkal.

" Wah ... jika bersama mu aku selalu tertawa seperti ini, Abang rasa, Abang akan jauh lebih terlihat awet muda " ucap Haikal.

" Bagus dong kalau Abang terlihat awet muda, jadi aku tidak akan di sangka cabe-cabean yang sedang jalan sama om-om genit " timpal Ajeng sambil terkikik geli.

" Seneng tuh ngatain Abang seperti om-om "

" Ha ... Ha ... Ha ... "

Keduanya tertawa terbahak bersama, hingga tidak menyadari kalau mobil yang mereka kendarai sudah berbelok menuju parkiran Mall dimana mereka akan menonton film di bioskop.

Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang