Bab 18 . Bimbang

2.8K 63 0
                                    

Dara baru saja menapaknya kakinya dibandara saat namanya dipanggil oleh seseorang yang sangat dikenalnya.

Gadis itu menoleh dan mendapati Bara sedang berdiri menyenderkan tubuhnya dimobil dengan gaya maskulin. Sejujurnya ada perasaan senang karena dijemput oleh Bara, dan rasa kagum melihat betapa tampannya pria itu dalam balutan celana jeans dan jaket kulitnya, dan oh jangan lupakan kacamata hitam yang terpasang diujung pangkal hidungnya yang mancung.

" Dara " panggil Bara membuat gadis itu menoleh.

" Mas Bara? Ngapain disini ? " tanya Dara dengan wajah datar. Meskipun jantungnya kebat-kebit berdetak dengan cepat.

Bara hanya tersenyum lalu menghampiri Dara dan meraih koper gadis itu. " Menjemputmu apalagi " sahut Bara.

" Kok Mas Bara yang jemput ? memangnya Abang kemana ? " tanya Dara

" Kakakmu sedang ada meeting. Dan kebetulan aku punya waktu luang jadi bisa menjemputmu saat Haikal minta tolong padaku " sahut Bara sambil sibuk memasukkan koper Dara kedalam mobil.

" Ayo masuk " Bara mempersilahkan Dara masuk mobilnya dengan membukakan pintu untuk gadis itu.

Dara tak menjawab namun tetap masuk kedalam mobil dan duduk disamping Bara.

" Bagaimana liburanmu " tanya Bara basa-basi sambil menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran bandara Soe-Hatt.

" Menyenangkan. Kami berencana liburan lagi jika punya waktu luang " sahut Dara sedikit antusian.

Dara dan kedua sahabatnya baru saja pulang setelah beberapa hari liburan kelabuhan Bajo seperti rencana mereka. selama berada disana, Dara bisa melupakan patah hatinya karena Bara. Sehingga gadis itu benar-benar menikmati liburan mereka.

Namun Dara sedikit kesal dengan Haikal, rencananya utnuk move on dari Bara sepertinya gagal. Karena justru pria itu kini sedang duduk dengan tenang dibalik kemudi disampingnya.

Dara melirik Bara dengan sebal. Wajahnya memberengut kesal dengan bibir mengecurut sebal.

" Kamu kenapa " tanya Bara sambil memicingkan matanya saat tak sengaja memergoki Dara memberengut kesal sambil melirik kearahya.

" Tidak " sewot Dara.

Bara hanya menganggukkan kepalanya tanpa bertanya, sepertinya pria itu sedikit paham dengan tingkah Dara saat ini yang sedang kesal dengannya.

" Kita makan dulu ya sebelum pulang kerumah ? " ucap Bara sambil membelokkan mobil mereka kesalah satu rumah makan favorite nya.

***

" Jadi kenapa dengan wajah kesalmu itu " tanya Bara setelah kembali kemobil mereka selepas makan.

Dara menoleh dan mengangkat alisnya " Apa maksud mas Bara ? " tanya Dara pura-pura tidak mengerti. Padahal gadis itu tahu dengan jelas maksud pertanyaan Bara padanya.

" Kamu tahu maksudku Dara "

" Bagaimana aku tahu jika Mas bicara yang tidak-tidak " sewot Dara dengan ngegas.

Bara menepikan kendaraan mereka disamping trotoar. Utnuk saja jalanan saat ini sedang sepi hanya ada mobil mereka saja yang melintas.

Bara menghembuskan nafasnya perlahan lalu menoleh kearah Dara dengan tatapan sendu.

" Kenapa kita berhenti disini ? " tanya Dara mengalihkan pandangannya. Gadis itu sedikit tidak nyaman dengan cara Bara memandanginya.

" Katakan padaku, kenapa kamu terlihat kesal padaku. Kenapa kamu selalu mengindariku akhir-akhir ini " tanya Bara dengan tatapan menusuk tajam. Dara bahkan sampai merinding dengan tatapan Bara saat ini.

" Ah... itu hanya persaan Mas Bara saja " elak Dara tidak mau mengakui. Padahal jantungnya berdebar karena berbohong.

" Dengar Dara, Mas tidak tahu kenapa kamu mengelak. Tapi dengan sikapmu beberapa minggu terakhir itu sudah membuatku paham kalau kamu mencoba menghindariku. Kamu selalu membuang muka jika tanpa sengaja tatapan kita saling beradu. Katakan jika aku salah "

Dara hanya terdiam mendengar rentetan kalimat yang keluar dari mulut pria disebelahnya itu. Meskipun enggan mengakui namun ucapan Bara tidak ada yang salah.

" Memangnya kenapa jika aku benar menghindari Mas?. Bukankah itu baik untuk kita semua. Sesuai dengan keinginan Mas. Lupakan semuanya " sahut Dara dengan menahan nyeri didadanya.

Bara hanya bisa terdiam memandangi gadis cantik disebelahnya dengan tatapan sendu. Hatinya ikut sakit melihat Dara tampak menahan sesak. Sepertinya pria itu baru menyadari kalau dirinya telah membuat gadis itu kecewa dan sakit hati.

" Maafkan aku Dara. Sungguh. Aku tidak bermaksud seperti itu " sahut Bara

" Lalu apa maksudmu. Kamu yang yang meminta melupakan semuanya. Kamu yang tidak ingin menganggap ciuman itu tidak berarti kan ? marah Dara. Gadis itu sampai tersengal dengan nafas memburu dengan mata berkaca-kaca.

Bara tersentak dan tertegun melihat Dara meluaskan emosinya dengan mata berkaca-kaca. Dalam hati Bara hanya bisa mengumpati dirinya yang sudah menjadi pria brengsek dengan menyakiti gadis itu.

Denga sekali sentak tubuh Dara masuk kedalam pelukan Bara yang hangat.

" Lepaskan aku. " Dara memberontak dengan kuat. Gadis itu menangis dengan kencang.

Namun Bara tidak melepaskan Dara begitu saja, justru semakin mengeratkan dekapannya. Memeluk Dara dengan erat hingga gadis itu kembali tenang tdak memberontak.

" Sudah jauh lebih tenang ? " tanya Bara

Dara hanya mengangguk dalam pelukan Bara. Dan sedikit menikmati betapa hangat dan nyamannya dekapan Bara.

Bara melepaskan rangkulan mereka dan menatap Dara dengan tatapan bersalahnya.

" Dara, aku minta maaf sekali lagi untuk semuanya." Ucap Bara.

" Lupakan. Sebaiknya segera antarkan aku pulang. Aku lelah " sahut Dara lalu memejamkan matanya pura-pura tidur. Gadis itu terlalu ellah untuk berdebat dengan Bara.

Bara hanya menghembuskan nafasnya kasar melihat Dara memejamkan matanya. Tandanya gadis itu tidak ingin diusik dan memilih diam.

Bara kembali menjalankan mobilnya dengan perlahan menuju rumah mereka. dalam perjalanan ada ada kesunyian yang menemani. Tidak ada lagi obrolan diantara keduanya.

***

Bara menyesap rokoknya dalam-dalam. Pikirannya kembali melayang atas kejadian tadi siang.

Pria itu tidak mengira jika perbuatannya akan melukai Dara dengan begitu dalam. Pria itu tidak pernah menyangka kalau Dara menyimpan perasaan suka untuknya.

Bara mengumpati dirinya yang begitu muafik. Tidak berani mengakui kalau dirinya tertarik dengan gadis itu. Namun Bara masih takut untuk menjalin hubungan kembali dengan wanita.

Rasa trauma yang setelah perceraiannya tampaknya masih meninggalkan lukan baginya. Dan Bara tidak ingin memulai hubungan saat dirinya maish belum bisa berdamai dengan masa lalu.

Namun pria itu tidak bisa menipu dirinya lagi. Terlabih Bara ingat pertanyaan Nathan saat pesta kebun dirumah gadis itu. Anaknya sangat mengharapkan jika Dara bisa tinggal bersama mereka dan menjadi Mama sambung untuk anaknya.

Bara mengacak rambutnya kasar, pria itu benar-benar bimbang. Dirinya tidak ingin salah bertindak dalam mengambil keputusan yang menyangkut dirinya, Nathan dan Dara.

" Sial " umpatnya pelan.

Bara mematikan rokoknya di atas asbak dengan cepat. Kemudian bergegas masuk kedalam kamar sang anak yang sudah tertidur dengan pulas.

Bara merebahkan tubuhnya disamping Nathan dan memeluk bocah itu dnegan sayang. Pria itu memejamkan matanya dan tak lama akhirnya Bara terlelap dengan memeluk Nathan.

***


Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang