Bab 01 . Tetangga Baru

14.6K 185 1
                                    

Dara mengeliatkan badannya sambil mengucek matanya perlahan. Gadis cantik berkulit putih itu nampak masih berbaring dikasurnya yang empuk nampak enggan untuk segera bangun.

Dara masih berbaring saat teriakan sang Ratu membahana dari luar pintunya. Bukan lagi ketukan namun sebuah gedoran pintu dari sang Ratu yang berteriak menyuruh sang anak gadis untuk segera bangun.

" Dara... bangun. Sudah siang " teriak Mila, ibunda Dara tercinta. Ratu dirumah yang dibangun oleh sang Ayah.

Masih berdiam diri diatas kasurnya meskipun suara sang ibu kembali terdengar.

" Bunda jewer telingga kamu kalau tidak bangun juga. Bangun cepetan " teriak Mila.

" Iya Bun, sebentar " teriak Dara dari dalam kamarnya.

" Awas kamu. Lima menit belum bangun juga Bunda congkel pintu kamu " ancam sang Bunda membuat Dara mau tak mau bangun dari kasurnya dan berjalan kearah pintu.

Ceklek

Pintu terbuka dengan dara mendapati sang Bunda bersedekap menatapnya sambil melotot seram.

" Iya Bun, ini sudah bangun " ucap Dara sambil memeluk sang Bunda untuk merayu wanita kesayangannya itu.

" Anak gadis kok jam segini baru bangun sih kamu. Dasar kebo. Gimana mau dapat jodoh kalau bangun saja kamu masiih telat " omel Sang Bunda.

" Apa hubungannya sih Bun, dengan bangun telat sama jodoh " ucap Dara tak terima. Bundanya itu sering sekali membahas jodoh untnuk Daea. Padahal kakaknya, Haikal saja maisih belum menikah.

" Ya tentu ada.... kamu telat terus.. jadi ya jodoh kamu seret " ucap Mila tak perduli.

Dara mengikuti sang Bunda kearah dapur lalu menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya dan berdikat gigi.

" Pagi Yah " sapa Dara kepada Restu, ayah Dara yang tengah membaca koran dimeja makan.

" Pagi sayang, kemu kena omel Bunda lagi? " tanya Restu sambil melirik anak keduanya.

Dara hanya nyengir sambil menganggukkan kepalanya. Dara mengamati sang Ayah yang nampak tengah fokus membaca berita koran pagi. Ayah dara lebih memilih membaca koran daripada membaca lewat media elektronik seperti HP atau Ipad. Alasannya kasian dengan Abang penjual koran dan perusahaan percetakan. Masuk akal juga sih.

" Ayah hari ini jadi pergi sama Bang Haikal ke kantor? " tanya Dara sambil mengunyah pisang goreng diatas meja.

" Jadi lah, sekalian Ayah mulai mengenalkan kantor kita sama Abang kamu " ucap Restu sambil melipat koran dan meletakkannya diatas meja.

" Tapi kan Abang baru selesai wisuda S2 nya yah. Masa langsung kerja diperusahaan kita yah "

" Justru itu lebih bagus. Jadi ilmunya bisa langsung diterapkan " jawab Restu.

Dara mengangguk mengerti dengan mulut tak berhenti mengunyah. Dari belakang Haikal muncul dengan pakaian yang sudah rapi ala kantoran.

" Kamu anak gadis jam segini baru bangun. Mentang-mentang tinggal tunggu wisuda " ucap Haikal sambil mengacak rambut Dara, membuat gadis itu berteriak kesal.

" Abang ih " teriak Dara kesal. Namun Haikal hanya terkekeh pelan. Pria itu suka sekali menjahili adik perempuan satu-satunya itu.

" Jorok banget sih jam segini belum mandi " ucap Haikal.

" Kaya gak tahu kebiasaan adik kamu saja Bang " ucap Mila ikut bergabung dengan anak dan suaminya dimeja makan.

" Tanggung Bun soalnya jam 11 Dara mau keluar. Kalau mandi sekarang nanti mandi lagi dong " elak Dara.

" Halah memang dasar kamunya saja yang malas mandi " ejek Haikal.

" Apaan. Abang juga gitu kalau libur. Mandinya tunggu sore " ucap Dara tak mau kalah.

Restu hanya menggeleng melihat kedua anaknya saling berdebat. Sudah bukan hal aneh lagi pagi-pagi selalu diwarnai keributan. Entah itu oleh kedua anaknya ataukah Mila yang tengah mengomel karena Dara yang selalu terlambat bangun. Namun meskipun begitu itu semua adalah cara keluarga itu menggungkapkan kasih sayang mereka. keluarga yang penuh kasih sayang dan kehangatan.

Selesai makan Dara mengantar kepergian sang Ayah dan Abangnya sampai depan rumah. Namun perhatiannya teralihkan dengan mobil truk yang penuh dengan perabotan berhenti disebelah rumahnya.

" Sepertinya pemilik rumah sebelah pindah hari ini Bun ? " ucap Dara kepada Mila disebelahnya.

" Bunda kira baru minggu depan ditempatinya "

" Memang Bunda tahu kapan pemilik rumah itu akan pindah?" tanya Haikal

" Iya , Ayah kalian yang bilang kalau rumah sebelah akan pindah hari ini " ucap Mila.

" Siapa memang Bun? Bunda kenal dengan tetangga baru kita ? " tanya Dara penasaran. Rumah sebelahnya satu tahun ini selalu kosong karena belum ada pembeli. Namun beberapa bulan lalu rumah itu sudah laku terjual.

Pemilik baru tidak langsung menempati rumah yang dibelinya namun memilih untuk merenovasinya terlebih dahulu.

" Sudah, ayo kita berangkat dulu Haikal, sudah siang " tegur Restu.

" Oke, kami pamit ya Bun " ucap Haikal sambil mencium tangan sang Bunda dan mengacak rambut Dara kembali.

Haikal kembali terkekeh melihat snag Adik kembali mengamuk padanya.

" Sudah...sudah kalian ini sudah pada dewasa masih saja suka sering berantem " lerai Mila, hapal kebiasaan kedua anaknya yang selalu membuatnya pusing karena pertengkaran mereka berdua.

" Abang tu Bun " adu Dara. Merapikan rambutnya yang acak-acakan.

" Kami berangkat dulu ya sayang " ucap Restu sambil mengecup kening sang istri.

Sebuat pemandangan yang membuat hati Haikal dan Dara menghangat dengan senyum mengembang. Kedua orang tua mereka memang tipe orang tua yang mesra dan tidak malu saling menunjukkan kasih sayang mereka didepan kedua anaknya.

Bagi Dara maupun Haikal kedua orang tuanya adalah sosok idola nyata untuk keduanya.

Dara tidak langsung masuk kedalam rumah saat mobil yang sopiri oleh Haikal meninggalkan pekarangan rumahnya. Gadis itu memilih berapat kepinggir pagar untuk melihat siapa pemilik rumah disebelahnya.

" Kamu ngapain Dek ? " tanya Mila yang merasa aneh dengan kelakuan anak gadisnya.

" Hanya sekedar melihat saja kok Bun " ucap Dara tanpa menoleh.

Mila menggeleng pelan melihat Dara yang tampak asyik mengamati proses pindahan rumah tetangga mereka. mila memilih masuk kedalam rumah dan meninggalkan Dara dengan kelakuan anehnya.

Netra dara mencari-cari sosok sang tetangga namun tidak mendapati nya. Gadis itu hanya melihat beberpapa pekerja yang tengah mengangkut barang-barang masuk kedalam rumah.

" Sepertinya mereka sangat kaya jika dilihat dari jenis perabotannya " gumam Dara.

Perobotan dengan bahan kayu jati ukir yang nampak mewah dengan harga yang ditaksir Dara mencapai puluhan juta. Dan hampir semua berabotan itu berbahan dasar kayu.

Dara masih mengamati para pekerja yang tengah mengangkut barang.

" Mas...mas, pemilik rumahnya yang mana ya " tanya Dara membuat mereka menoleh.

" Oh... Pemilik rumahnya belum ada Mbak. Rencananya baru minggu depan pindah kesininya " ucap salah satu dari mereka

" Oh begitu. Jadi kalian hanya memasukan perabotan rumah saja ya ? "

" Iya Mbak. Ada lagi Mbak ? "

" Ah tidak. Terima kasih ya Mas " ucap Dara.

" Sama-sama Mbak. Permisi "

Dara mengangguk melihat pekerja itu kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda. Dara memilih berbalik dan kembali masuk kedalam rumahnya. Dan bersiap diri karena siang ini gadis itu ingin bertemu dengan satu-satunya sahabat yang dia punya di cafe langganan mereka.

***


Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang