Bab 33 . Sandra Handoyo

2.3K 46 2
                                    

Sandra POV

Setelah bertengkar dengan tunanganku, aku melampiaskan amarah dengan pergi berbelanja ke Mall. Ini adalah pertama kalinya untukku pergi ke Mall ini setelah kepulanganku dari Amerika satu minggu yang lalu.

Aku terpaksa ikut pulang ke indonesia bersama dengan tunanganku Ricard karena pekerjaan pria itu. Ricard berasal dari keluarga konglomerat, namun selama beberapa tahun ini usaha mereka berada diambang kebangkrutan. Dan tentu saja hal itu berpengaruh kepada hobi belanjaku. Pertengkaran sering terjadi diantara kami berdua.

" Dengar Sandra, kamu harus mulai mengurangi kebiasaanmu belanja barang mewah. Kita harus mulai berhemat sekarang ini " omel Ricard padaku.

" Honey, bagaimana bisa aku mengurangi hobiku itu. Kamu tahu betapa aku menyukai kegiatan itu " rengekku manja.

" Aku tahu. Aku tidak meminta untukku menghentikan kebiasaan burukmu itu. Tapi tolong kurangi untuk sementara ini. jik kamu terus seperti ini jangan salahkan aku jika aku akan memblokir kartu kreditmu Sandra " ancamnya marah.

" Tentu saja kamu tidak bisa melakukan itu padaku Ricard " teriakku kesal. Aku terpancing emosi karena pria itu.

" Tentu saja aku bisa. Karena itu adalah uangku " tegasnya pergi.

" Ricard .. kamu tidak bisa melakukan itu padaku. Ricard ... Ricard " panggilku berulang-ulang. Namun tunanganku itu p-ergi begitu saja dari kamarku dengan membanting pintu.

" Tsk ... dasar pria kolod " omelku.

Jika dia bisa pergi begitu saja dari sini, maka aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku segera menganti gaun santaiku denga gaun yang sexy, menonjolkal lekuk tubuhku yang tentu saja akan memikat pria kaya diluaran sana.

Aku mendongak memandangi Mall dikota yang baru saja aku injakkan kakiku seminggu yang lalu.

" Sepertinya kota ini banyak mengalami perubahan setelah kepergianku lima tahun lalu " gumamku.

Aku segera menyusuri outlet-outlet brand mewah disepanjang Mall ini. dan kini sudah ada beberapa paper bag yang berada ditangaku.

Saat aku sedang berkeliling, tanpa sengaja aku melihat sosok Bara sedang bermain bersama dengan seorang anak lelaki kecil. Aku yakin dia adalah anak yang aku lahirkan lima tahun lalu.

Aku membulatkan etkadku untuk sekedar menyapa mereka. dulu aku memilih Ricard karena dia bisa memberikan kemewahan yang tidak akan mungkin bisa Bara berikan untukku. Sejujurnya aku tidak terlalu membenci anak itu. Aku hanya tidak menyukainya. Karena mengandung dan melahirkan anak itu, aku kehilangan banyak kpekerjaanku sebagai model.

" Sudah lama tidak bertemu ya Bara " sapaku sambil melirik anak kecil yang berada dibelakangnya.

Netra Bara tampak melebar melihat keberadaanku disini. Tersirat dengan jelas rasa tidak suka akan kehadiranku. Namun aku mengacuhkannya.

" Apa maumu. Beraninya kamu menyapaku dengan wajah tanpa dosamu " Bara mengeram menahan emosi.

" Dia pasti anak yang aku lahirkan lima tahun lalu kan ? " aku memilih tak menjawab. Justru bertanya pertanyaan lain padanya.

" Bukan urusanmu. Silahkan tinggalkan kami sekarang " usir Bara.

" Hai Nathan kan, ini aku Ibu kandungmu. Kamu tidak menyapa ibu kandungmu? " ucapku memilih menyapa Nathan.

Nathan menatapku acuh, anak itu memilih berlindung dibelakang Bara. Menatapku tak suka. Melihat tingkahnya entah kenapa membuatku sedikit tak terima. Aku berusaha meraih pergelangan tangannya namun sialnya Bara menghalangiku.

Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang