Bab 36 . Ajakan Kencan

2.2K 47 1
                                    

Ajeng tengah sibuk berkutat dengan tumpukan dokumen dan komputer didepannya. Gadis itu tampak fokus tanpa menyadari kehadiran Dara disampingnya.

" Ajeng " Dara menepuk bahu Ajeng dengan kencang. Membuat Ajeng terlonjak kaget.

" Shit, ough ... Dara kamu mengagetkanku saja " ajeng mengusap dadanya naik turun.

" Ha ... Ha ... sorry bikin kamu kaget. Habisnya dari tadi dipanggil tidak menyahut " sahut Dara dengan senyum tertahan.

" Lagi banyak banget kerjaan nih. Mbak Fera minta selesai hari ini juga " sahut Ajeng tanpa menoleh. Jari-jar nya masih menari dengan lentik diatas keyboard. Bahkan bunyi ketukan keyboard tampak nyaring terdengar.

" Aku yang minta Mbak Fera menyerahkan laporannya secepatnya. Soalnya aku harus segera mengajukan proyek kita kepada Pak Restu secepatnya " sahut Dara. Meskipun Restu adalah Ayahnya sendiri, namun dikantor mereka bersikap profesional. Dara lebih sering menyebut Pak Restu saat dilingkungan kantor dan Ayah jika berdua atau dirumah.

" Ngomong-ngomong tumben turun kelantai 7, memang dilantai 15 kamu gak ada yang bisa digangguin? " ledek Ajeng. Gadis itu tahu kalau lantai lima belas adalah untuk para petinggi perusahaan. Dara satu lantai dengan Haikal, Presdir dan beberapa petinggi perusahaan lainnya yang rata-rata sudah berumur. Hanya Haikal dan Dara lah yang maish muda dan single.

" Sialan, ngeledek banget sih lo " Dara menoyor pundak Ajeng dengan gemas.

Bunyi pesan masuk di telpon genggammilik Ajeng membuat pandangan keduanya teralihkan. Ajeng meraih telpong ganggam miliknya utnuk melihat siapa yang mengirimnya pesan.

Abangku

Sayang .. pulang kerja kita jalan-jalan dulu ya. nanti tunggu ditempat biasa.

Ajeng tersenyum tipis membaca pesan yang ternyata dari Haikal, keksaih tersayangnya. Ajeng mengetik balasan untuk Haikal.

Me

Oke, memangnya kita mau kemana?

Abangku

Nanti kamu juga tahu, bukan kejutan lagi kalau Abang bilang sekarang.

Me

Cih ... Sok rahasian segala. Baiklah sampai juga nanti pulang kerja

Abangku

Oke Sayang.

Ajeng sibuk berkirim pesan dengan Haikal tanpa memperhatikan Dara yang menatapnya curiga.

" Kamu sedang berbalas pesan sama siapa sih. Sampai tanpa sadar bibirmu hampir sobek seperti itu " tanya Dara dengan tatapan menyelidik.

Ajeng buru-buru mematikan layar telpon genggam miliknya menjadi gelap, dan meletakkan benda pipih itu diatas meja dengan cangguh.

" Bukan siapa-siapa kok " elak Ajeng berusaha menutupi kegugupannya dengan tersenyum canggung.

" Bukan siapa-siapa tapi kok bisa membuatmu senyum-senyum sendiri. Hayo ngaku ... pasti dari gebetan kamu kan ? " tanya Dara.

" Ih ... apaan sih, bukan kok hanya temen saja " elak Ajeng. " Eh ... iya, gimana jadinya? Sudah ada keputusan kapan mau memberitahu hubunganmu dengan Mas Bara ke keluarga kalian ? " lanjut Ajeng mengalihkan pembicaraan.

Dara menghela nafas perlahan " Sudah, rencananya aku sama Mas Bara mau mencari moment yang pas dan memberitahu Ayah dan bunda tentang hubungan kami " sahut Dara.

" Baguslah, kalian memang harus secepatnya memberitahu keluarga kalian " lanjut Ajeng.

Kedua gadis itu tak lama kembali ke kesibukannya maisng-maisng hingga jam kantor telah usai.

Menggoda Sang DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang