Sesampainya di rumah, Rania tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Haidar mengikutinya sampai rumah. Rania juga baru menyadari bahwa ada mobil tante Wulan di rumahnya.
"Bang, lo ngapain ikutan ke sini?" Tanya Ari pada Haidar.
"Gue ada urusan sama tante Wulan. Ayo masuk!" Ajak Haidar yang langsung memasuk rumah Rania dengan seenaknya.
"Dih, berasa dia yang punya rumah!" Dumel Ari.
Rania menatap Ari yang dibalas anggukan oleh adiknya. Mereka bedua langsung memasuki rumah bersama.
"Assalamualaikum." Ucap Haidar.
"Waalaikumsalam. Eh, calon mantu!" Jawab tante.
Seketika Rania dan Ari yang mendengar jawaban tante mereka langsung membulatkan mata. Rania menatap ke arah adiknya sambil menunjuk ke arah adiknya itu.
"Lo, mau nikah sama Haidar?" Tanya Rania pada adiknya.
"Gile lo kak! Gini-gini gue masih suka cewek!"
Wulan dan Radit tertawa melihat kelakuan keponakan mereka. Bagaimana mereka bisa sepolos itu?
"Sini, kalian duduk dulu!" Titah Wulan pada ponakannya.
Mereka mengikuti perintah Wulan dan langsung duduk di sofa ruang tamu diikuti oleh Radit. Rania dan Ari masih sama-sama terbengong. Mereka belum mengerti apa yang sedang terjadi saat ini.
"Rania, Haidar mau nikah sama kamu!" Jelas Radit pada rania.
Rania langsung menghadapkan duduknya ke arah Haidar.
"Gue, Muhammad Haidar Al-Fatih, melamar lo, Rania Adiningrum buat jadi istri gue." Ucap Haidar tegas.
"Lo waras?" Tanya Rania.
"Waras lah! Makanya gue nikahin lo!" Jawabnya.
Ari yang mendengar jawaban dari ketua geng motor sekaligus laki-laki yang ia anggap sebagai kakaknya itupun langsung terkejut. Ia membulatkan matanya dan menutup mulut dengan kedua telapak tangannya histeris.
"Kenapa lo mau cepet-cepet nikahin gue?" Tanya Rania.
"Gue mau menjaga perempuan baik yang gue cintai, dengan cara yang baik juga." Jawab Haidar.
"Atas dasar apa lo mau nikahin gue?" Tanya Rania lagi.
"Cuma satu. Karena Allah bikin gue tertarik dan jatuh ke lo." Jawab Haidar.
"Gimana, lo mau ngga?" Tanya Haidar.
Rania terdiam sejenak. Ia berpikir. Ia sangat terkejut dengan lamaran dari Haidar yang sangat tiba-tiba. Ia ragu untuk menerima lamaran Haidar. Karena, saat ia sudah menikah nanti tidak akan ada yang menemani Ari. Belum lagi, Rania dan Haidar baru bertemu sekali setelah kejadian malam itu.
Tapi di sisi lain, ada beberapa hal yang membuat Rania ingin menerima lamaran Haidar. Pertama, karena jawaban Haidar yang mengatakan bahwa ia mencintai Rania karena Allah. Dan yang kedua, karena ia tidak ingin menjadi beban untuk Wulan dan Radit.
Rania menghadap ke arah adiknya.
"Tenang, nanti Ari bakalan ikut om sama tante." Ucap Wulan yang mengerti dengan tatapan Rania pada adiknya.
Rania menghadap ke arah Haidar lagi.
"Kita istikharah dulu. Tiga hari lagi, lo bawa orang tua lo dan kita tentuin keputusannya di hari itu." Jawab Rania.
Haidar yang memdengar jawaban itu langsung menerbitkan senyuman di wajahnya. Tipis, sangat tipis. Sampai yak ada seorang pun yang dapat melihatnya. Hanya Rania yang dapat melihatnya.
"In Syaa Allah, besok gue bawa orang tua gue ke sini." Ucap Haidar pada Rania yang dibalas dengan anggukan.
"Ya udah, kalo gitu sekarang kita makan dulu, yuk! Tante masak banyak tadi." Ajak Wulan pada Haidar, Rania, dan Ari.
"Iya." Jawab Rania.
"Iya, tan." Jawab Haidar.
"Oke, let's go brother in-law!" Ajak Ari pada Haidar sambil merangkulnya.
Setelah itu, mereka makan bersama sampai adzan maghrib berkumandang. Setelah selesai, Haidar langsung pamit pulang karena sudah di telepon umminya.Rania langsung pergi ke kamarnya begitu Haidar sudah pulang. Ia menunaikan sholat maghrib dengan khusyuk dan berdoa kepada Rabb-nya atas keputusannya telah menerima lamaran Haidar tadi.
Saat hendak pergi ke dapur untuk mengambil air minum, Rania tidak sengaja mendengar obrolan Wulan, Radit, dan Ari di ruang tamu. Ia langsung mengurungkan niatnya untuk pergi ke dapur dan memeilih mendengarkan obrolan mereka yang terlihat serius.
"Om, om serius mau nikahin kakak sekarang?" Tanya Ari pada Radit.
Radit menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa sambil menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya.
"Om juga ngga tau, Ri. Om ngga tau, keputusan yang om ambil ini bener atau ngga." Jawab Radit frustasi.
"Kamu ambil keputusan yang tepat, sayang!" Ujar Wulan meyakinkan suaminya.
"In Syaa Allah, dengan cara ini, dia bisa sembuh dari traumanya." Lanjutnya.
Rania yang mendengar itu sedikit terkejut. Ia sendiri tidak merasa memiliki trauma. Tapi kenapa om dan tantenya menganggap ia memiliki trauma?
"Maksud tante?" Tanya Ari tidak mengerti.
"Setelah kejadian itu, kakakmu selalu menutup diri dari orang lain. Dia jarang senyum kayak dulu, jarang ngomong, dan ngga punya temen. Aku yakin, Haidar laki-laki baik dan bertanggung jawab. Dia bisa menyembuhkan Rania. Aku yakin dengan adanya Haidar sebagai suami, dia bisa belajar untuk lebih membuka diri ke orang lain dan dunia luar" Jelas Wulan panjang lebar yang dibalas anggukan oleh Ari dan Radit.
"Tante tau dari mana dia laki-laki baik?" Tanya Ari.
"Terkadang, kita bisa menilai manusia hanya dari tatapan matanya." Jawab Wulan. Ari mengerutkan alisnya tidak mengerti.
"Nanti kamu juga tau." Ucap Wulan.
"Tapi, di usia kakak yang masih 17 tahun, tan?" Tanya Ari.
"Kan mereka udah baligh. Lagian kakakmu siap, tuh!" Jawab Radit yang dibalas anggukan oleh sang istri.
Ari menghela napas panjang dan menyandarkan tubuhnya di sandara sofa. Ia khawatir harus melepaskan kakanya dengan laki-laki lain. Walau Ari sangat mengebal laki-laki itu, tapi tetap saja ia merasa khawatir. Adik laki-laki mana yang tidak khawatir saat harus melepas kakaknya dengan laki-laki lain.
Setelah merasa cukup mendengar obrolan om, tante, dan adiknya di ruang tamu, Rania langsung menutup pintu kamarnya dan duduk di kursi. Ia meletakkan kepalnya di atas meja belajar.
Belasan tahun sudah setelah kejadian itu. Rania baru menyadari bahwa ia trauma setelah mendengar penjelasan dari tantenya tadi.
Rania frustasi dengan keadaannya sejak 1 bulan terakhir. Mulai dari pertemuannya dengan Haidar, dipalak anak berandalan, kecelakaan, bertemu Haidar di sekolah plus mendapatkan teman baru, dan dilamar oleh Haidar, serta penjelasan tantenya bahwa ia mengalami trauma."Ya Allah, hamba harus apa?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Waduh, Haidar sat-set-sat-set, nih!
Gimana, kalian penasaran ga nieh?
Kalo penasaran, aku bakalan lanjut, kalo ga penasaran, ya tetep lanjut.😆
Btw, kalian suka tipe cerita jni ga?
Kalian boleh banget kasih komentar, kritik, atau saran kalian supaya cerita aku kedepannya bisa lebih bagus lagi.
Jangan lupa masukin ke reading list,
share, dan vote terus ya!

KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romance13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...