Rania berjalan keluar sekolah yang diikuti Eva, Icha, Haidar, beserta para anggota BRUISER. Begitu tiba di warung bi Asih, mereka langsung memesan makanan. Seperti biasa, Rania memesan menu kesukaannya, yaitu batagor.
“Nia!” Panggil Haidar. Rania menoleh padanya.
“Gue kan punya adek. Berisik banget! Suka ngebeo, suka nendang gue, apalagi kalo habis ngebo. Gue heran, orang tua gue ngga ada yang mirip dia tuh! Trus ya, lo tau ngga? Tadi gue habis dimarahin Pak Adi. Gue disuruh keliling lapangan 20 kali gara-gara……”
Haidar terus mengoceh saat itu. Rania dan yang lainnya hanya bisa menatap Haidar malas sampai ia menghentikan ocehannya.
“Udah selesai?” tanya Rania lembut.
“Udah sayang.” Jawabnya lembut juga.
“Najis bet sumpah lo berdua!” ucap Icha, Angga, dan Leon serempak.
“Gue ngga kebayang kalo punya kakak ipar modelan lo, bang!” ucap Ari pada Haidar.
“Gue bakalan luluhin hati Rania, bikin dia bahagia, dan lo ngga akan bisa nolak gue. Adek mana yang ngga mau lihat kakaknya bahagia, ya ngga?” beo Haidar.
Ari hanya menatap Haidar datar. Ia sudah malas berdebad dengan ketuanya itu.
“Nyerocos aja terus.” Dumel Rania. Ternyata Haidar mendengarnya. Telinga apa radar sih itu?!~ batin Rania.
“Nih ya Ya, gue kasih tau. Pada umumnya, mulut itu punya 2 fungsi. Buat nyerocos sama makan.” Ucap Haidar.
“Yang ngga umum?” tanya Eva.
“Yang ngga umum tu mulut gue. Kalo mulut gue, fungsinya ada 3. Buat nyerocos, makan, sama ngucapin qobiltu buat lo.” Jelas Haidar.
“Anjay…” ucap Eva, Icha, Angga, dan Leon.
“Sumpah lo bang, gue gorok beneran lo!” ucap Ari. Haidar mengacuhkan perkataan Ari dan hanya menganggapnya angin lalu.
“Najis lo Dar, bikin gue mau muntah!” ucap Icha.
“Ya lo, kalo Rania pasti klepek-klepek!” ucap Haidar pede. Yang lainnya memutar bola mata malas.
“Minta plastik, gue mau muntah!” ucap Rania.
Semua langsung tertawa lepas mendengar perkataan Rania kala itu. Kecuali Haidar. Ia terdiam, tapi menatap Rania lembut sambil tersenyum. Ia sangat menyukai Rania. Entah dari mana perasaan itu datang hingga membuat dirinya selalu tersenyum saat bersama Rania.
Rania yang memperhatikan Haidar terus tersenyum sejak tadi melirik ke arahnya. Napa coba nih anak?~ batin Rania.
“Lo bikin gue makin gemes tau ngga?” ucap Haidar. Rania mengangkat salah satu alisnya tidak mengerti.
“Gemes. Gue kepo muka lo kalo salting gimana?” lanjutnya.
“Sama Dar, gue juga. Duh, tipe gue banget si Rania mah! Mana cuek dingin gimana gitu. Kek menantang bet buat di-melting-in.” timpal Leon yang langsung dibalas tatapan sinis oleh Haidar.
“Shhh… punya gue!” ucap Haidar posesif.
“Belom juga halal. Lagian yang bener itu, kak Rania punya gue!” Beo Ari.
“Real.” Timpal Eva dan Icha.
“Lo mau gue halalin nanti pulang sekolah?” tanya Haidar pada Rania.
“Hehe, mau pulang sekolah, mau 1000 tahun lagi, gue ogah.” Ucap Rania datar.
“Ini baru kakak gue!” celetuk Ari.
![](https://img.wattpad.com/cover/353235977-288-k18381.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MUST END (REPUBLISH)
Romance13+ Rania Adiningrum, seorang gadis remaja berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan tidak seperti remaja pada umumnya. Ia tidak pernah pergi ke mall bersama teman, ke tempat disco, ataupun bermain dan bersendagurau dengan sahabat. Semua itu terjadi...